38.10 Jam Yang Singkat

61 5 0
                                    

Happy reading-!🌻

Ravin duduk termenung di kamarnya, sambil membuka room chatnya bersama Rere.

Ia tersenyum simpul memandangnya. "Rere, aku akan selalu berusaha jadi yang terbaik buat kamu. Entah mengapa perasaan yang dulu sempat hilang, kini kembali seiring berjalannya waktu. Kamu beda Re, ga seperti dia. Kamu memang hampir memiliki mata yang persis sama sepertinya, namun tidak dengan kelakuannya."

"Pertama kali liat kamu, pikiran aku langsung tertuju pada Mama. Aku ingat pesan Mama kala itu Re. Besok nanti, tepat di tanggal duapuluh lima september pagi, aku resmi menjadikan kamu seorang Istri yang sah secara hukum, agama, keluarga, dan yang terpenting sah dimata allah."

Tak terasa setetes air bening jatuh membasahi wajah yang tampan itu. Air matanya lulur tanpa permisi.

"Cengeng banget Ma, liat Ravin deh. Masa Ravin nangis." ucapnya sambil menatap langit-langit kamar.

Ravin membuka room chatnya bersama Rere. Ia tidak akan membalasnya, mengingat dirinya esok, akan bertemu langsung dengannya.

Tok tok tok

"UDAH TIDUR BELUM VIN? INI OMA, BUKA DONG PINTUNYA!!!" teriak Rina yang tak sabaran.

Ravin tersentak, Ia segera menggosok wajahnya kasar menggunakan telapak tangannya.

Klek

"Kenapa Oma? Kok belum tidur? Ini udah jam sepuluh. Besok harus bangun pagi." papar Ravin yang melihat Oma kesayangannya itu duduk disisi ranjangnya.

"Sini! Tutup dulu pintunya." titah Rina.

Ravin berjala mendekati sang Oma, lalu Ia duduk dibawah ranjang, dengan posisi kepala berada diatas paha Oma Rina.

"Kamu nangis ya? Inget sama Mama Anita?" ujar Oma Rina yang mulai mengelus surai indah cucu semata wayangnya itu.

"Ravin lemah kalau soal Mama Oma, Ravin ga bisa." lirihnya dengan mata terpejam.

"Besok pagi, status kamu sudah berubah menjadi seorang suami. Ingat pesan Oma ya Vin? Jangan pernah sekalipun membuat Rere menangis, kamu harus selalu membuatnya bahagia, jika kamu tidak yakin, berusahalah."

"Ravin memang ga yakin Oma, tapi yang namanya usaha, pasti akan selalu Ravin perjuangin."

Oma Rina yang menyadari rok yang dipakainya basah, segera menanggkup kepala Ravin.

"Cucu Oma yang ganteng ini gaboleh lemah, ayo dong kuat! Masa nanti kamu mau letoy kaya gini didepan Rere."

Ravin menghapus sisa air matanya.

"Good boy!" ujar Oma, sambil mengeles kepala Ravin.

"Sini tidur sama Oma, udah lama Oma ga marende kamu."

Ravin mulai menaiki ranjang, dan merebahkan kepalanya diatas paha kaki Rina.

"Ga mau dikelonin. Malu, udah gede. Usapin aja biar Ravin cepet ngantuk ya Oma?"

Rina terkekeh geli. "Iya, Oma usapin."

Ravin mulai memejamkan matanya, mengingat usapan Oma sama persis dengan mendiang Mamanya. "Kangen Mama banyak-banyak, nanti mampir dimimpi Ravin ya Ma?" batinnya.

Mengingat ada hal yang ingin disampaikan, Oma Rina mulai memulai kembali topik pembicaraan.

"Vin...Oma mau nanya sesuatu deh. Kamu jangan marah ya?" pintanya.

Ravin membuka matanya, memposisikan dirinya menjadi bersila diatas ranjang. "Kenapa Oma? Ada yang mau disampaikan ke Ravin?"

Rina mengangguk. "Kemarin, disaat Mama Anggita bujuk kamu pulang, apa dia ada bicara lagi ke kamu?"

RENDRA || After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang