#10 Perpustakaan

115 16 1
                                    

Disepanjang perjalanan menuju perpustakaan sesekali Alice menoleh ke belakang, dia mengira Arthur tidak mengikuti nya, namun ternyata Arthur tetap mengikuti dia. Pada saat alice menoleh untuk yang ketiga kalinya Arthur sudah berada dibelakang Alice, tidak jauh jarak yang ada diantara mereka.

"Seberapa cepat lo berjalan, gue tetep bisa ngejar lo." Gumam Arthur yang bahkan Alice pun tak bisa mendengar itu karena alice segera memalingkan pandangannya dan bergegas masuk ke perpustakaan.

• • •

Sesampainya di perpustakaan Alice langsung mencari sebuah novel yang digemarinya, dia mengambil novel tersebut dan membaca nya didekat jendela perpustakaan.

Disana dia duduk dan membaca novel kesukaan nya, tanpa menyadari bahwa Arthur memperhatikannya sedari tadi. Suasana yang tadinya hening pecah begitu saja ketika Arthur tanpa sengaja menyuarakan isi perasaannya.

"Baca apasi dia, sampai senyum senyum kayak gitu. Gemes banget pengen gue makan" Ucap Arthur dengan dibumbui ekspresi obsesinya yang terpancar diwajah tampannya itu.

Alice mendengar suara yang familiar dari depannya itu, dia meletakkan bukunya dan menatap lurus kedepan. Mereka melakukan eye contact sesaat sebelum akhirnya Alice terkejut dengan keberadaan Arthur.

"HAH? KOK ELO BISA DISINI?" ucap Alice dengan bisik bisik karena harus menjaga keheningan perpustakaan yang luas itu.

"Ya bisa dong. Kemana pun lo pergi gue bisa nemuin lo." Ucap Arthur sambil menyeringai dan menyilangkan tangan di dadanya.

"Jujur aja, lo stalker gue apa gimana?"

"Nope, gue bukan stalker lo, tenang aja."

"Gimana mau tenang, lo aja ngintilin gue terus kayak penguntit gitu."

"Soalnya gue mau sama lo lebih lama aja."

"Bisa ga gausah kayak gitu. Mantan gue aja ga separah lo yang dikit dikit nempel ke gue."

"Mantan lo? Oh, lo masih suka sama dia ya?" Ketus Arthur, suasana antara Alice dan Arthur menjadi dingin, tatapan matanya seakan-akan ingin mengetahui siapa mantan Alice.

"Bukannya gue masih suka sih, lebih ke kangen aja masa masa yang gue habisin sama dia tiba tiba hilang gitu aja."

Arthur hanya menatap Alice tanpa mengatakan sepatah katapun. Suasana semakin dingin, dan tidak nyaman bagi Alice. Alice merasakan sedikit ketakutan melihat sisi Arthur yang baru pertama kali dilihatnya.

Arthur terlihat marah mendengar kalimat itu dari Alice. Dia merasakan kecemburuan yang luar biasa dari dalam tubuhnya. Dia ingin segera mengklaim Alice sebagai milik nya, hanya untuknya dan ingin membuat Alice hanya memikirkan tentang dirinya.

Alice mencoba bangkit dan mengembalikan novel itu ke tempatnya semula, dia berhasil kabur dan meninggalkan Arthur diperpustakaan itu.

Setelah bel masuk berbunyi sampai bel pulang sekolah berbunyi, arthur tak mengatakan sepatah katapun pada Alice. Alice yang tanpa sadar memperhatikannya sedari tadi, mulai bergerak sedikit menjauh dari Arthur. Bahkan dia menggeser kursinya mepet ke tembok ketika melihat Arthur seperti itu.

Arthur hanya tetap diam dan seperti memikirkan sesuatu dalam pikirannya. Entahlah apa yang dipikirkan olehnya.
Setelah anak anak lain mulai pergi meninggalkan kelas, Alice hendak meninggalkan kelas itu secepatnya. Dia sudah merasa sangat tidak nyaman dengan perubahan sikap Arthur yang tiba-tiba.

Siapa yang tidak kaget ketika orang yang biasanya menganggunya dengan candaan mulai serius seperti akan mencari mangsanya itu.
Setelah itu Arthur melampiaskan emosi yang bercampur aduk dengan tawuran, namun anehnya dia tetap pintar dan bisa mendapat peringkat walau dibawah Alice.

Arthur melampiaskan kekesalannya dengan tawuran. Pada hari itu, dia takut Alice meninggalkan dirinya dan berpaling pada mantannya itu. Dia seperti kehilangan jati dirinya pada malam itu.

Bersambung-

obsessive classmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang