Tante Sera tidak pernah percaya cerita anaknya yang tiap hari mengatakan bahwa ada peri kecil bersembunyi di dalam kotak pensilnya.
Aku ikut bersaksi, namun mama juga malah sama-sama ikut terkekeh timpali aduan diriku bersama Reno karena imbas dari...
┏━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━┓ THE GOLDEN EYES & DRAGON SWORD ┗━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━┛ . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alkisah lahirlah seorang putri kecil di Kerajaan besar yang digadang-gadang seharusnya tidak akan pernah terjadi. Semua orang merayakannya, sorak-sorai para rakyat bersuka cita menyambut putri bungsu kecil. Sebelum, seorang penyihir yang sejak beratus tahun lalu menyembunyikan dirinya di tengah hutan kembali muncul ke permukaan. Penyihir itu membawa ramalan terbaru, perihal Kerajaan, tentang apa yang akan terjadi ke depannya. Perebutan takhta, pertumpahan darah, pengkhianatan menyelubungi keluarga Kerajaan ketika sang putri beranjak dewasa.
Raja dan Ratu menolak mentah-mentah. Putra sulung mereka, lebih memercayai ramalam itu dari siapa pun. Untuk itu, dia mencoba membunuh adiknya, mencekiknya ketika terlelap saat pengasuhnya terbunuh juga malam itu.
Naas, perilakunya dipergoki oleh Ayahnya sendiri. Raja murka bukan main. Bagaimanapun, itu hanyalah ramalan.
Sang Kakak tidak pernah mengganggap itu ramalan biasa. Daripada ada pertumpahan darah, lebih baik adiknya tewas lebih awal. Demi kebaikan bersama, demi keluarga mereka. Namun, orangtuanya tidak pernah memikirkan hal seburuk itu. Anak adalah anugrah. Bahkan ketika Sang Putra Mahkota mencoba membunuh adiknya malam itu, atas belas kasih Ibunya di pagi hari, Sang Putra Mahkota masih bebas.
Semakin besar Sang Putra Mahkota, ambisinya pun semakin bergejolak. Adiknya adalah rintangan di jalannya yang lurus, segala percobaan dia lakukan demi menewaskan adiknya. Kendati, Dewi masih memberi keselamatan dan khalayak tidak ada yang pernah tahu bahwa Putra Mahkota yang mereka agungkan ternyata berhati dingin.
Bukan tanpa alasan kakak putri itu sedemikian rupa membencinya. Putra Mahkota itu percaya, jika adiknya terus berlanjut hidup hingga dewasa, dia akan jauh melampaui dirinya, dari segala aspek mana pun, hingga akhirnya adiknya lah yang akan naik tahta, bukan dia.
Besar dalam perhitungan dan pelajaran demi menjadi sang pemimpin, kakaknya tidak mau hal itu terjadi. Untuk itu, di percobaan terakhir, dia menjebak adiknya yang masih kecil hingga tenggelam di danau, sekarat, mengais sisa-sisa kehidupan yang bercokol di matanya, menatap sang kakak menatapnya sendu, penuh penyesalan demi kebaikan mereka.
Seperti dilindungi sepenuhnya oleh Dewa-Dewi, adiknya selamat, seorang duyung membawanya pada seorang alkemis terkenal di pinggiran danau yang bersebrangan jauh dengan yang ada di istana. Istana kalang kabut mencari Putri yang menghilang. Ketika Sang Putra Mahkota kembali, dia membawakan kabar mencekam se penjuru wilayah kekuasaan. Seluruh rakyat dan bangsawan bersedih. Pemakaman arwah dirayakan tanpa adanya jasad Sang putri.
Hingga suatu hari, Sang putri kembali, membawa anak kecil yang dikatakan sebagai anak angkatnya. Dia kembali dengan segala macam rahasia besar, pengalaman hidup nan mencekam, terlebih, dia pun membawa pedang legenda, pemberian Naga Tua yang mendekam di gunung Ruanas. Raja dan Ratu murka akan fakta bahwa Sang Putra Mahkota ternyata kembali mencoba membunuh adiknya lagi di masa lalu. Atas saran sang putri yang mencoba meringankan hukuman kakaknya, Sang Putra Mahkota diasingkan, ke antah berantah yang jauh dari pemukiman bahkan jangkauan manusia maupun makhluk lain.