24

248 28 4
                                    

Perlahan-lahan kedua mata serupa rubah itu terbuka, Renjun terbangun dari tidurnya, dia mengerjapkan pelan kedua matanya dan melihat ke arah cahaya matahari yang menembus jendela kaca kamarnya. Renjun melirik di samping kasur kosong. kepalanya terasa pening, Renjun lebih memilih untuk tiduran di kasur sambil melihat langit-langit di kamarnya. terdengar suara pintu terbuka. Jaemin tersenyum melihat istrinya sudah bangun dari tidurnya, dia berjalan ke arah Renjun untuk menghampirinya setelahnya dia duduk di dekat kasur dimana posisi Renjun masih tetap terbaring tanpa menyadari Jaemin sudah masuk kedalam kamar mereka.

"sudah bangun sayang, dan bagaimana demammu apakah sudah turun." Jaemin menyentuh dahi Renjun dengan punggung tangannya lalu Renjun melirik kesamping melihat Jaemin duduk di sampingnya.

"Nana."

"syukurlah demammu sudah mulai turun." ucapnya tersenyum sembari melihat Renjun yang juga ikut melihatnya.

"apa yang terjadi sama aku, Na?" tanya Renjun.

"kemarin malam kamu demam sayang jadi aku mengompres kamu dengan air hangat." jelasnya dan dibalas anggukan kepala Renjun.

"aku demam tapi aku tidak menyadari itu." ucapnya bingung lalu Jaemin ikut tiduran di samping Renjun dan menarik Renjun kedalam dekapannya.

"jangan sakit lagi ya sayang. Nana khawatir lihat kamu jadi jatuh sakit kayak begini." Jaemin mengelus lembut punggung sempit Renjun dan Renjun merasa nyaman di pelukan suaminya. Jaemin melepaskan sedikit pelukannya untuk melihat istri cantiknya.

"aku senang lihat wajah kamu gak pucat lagi sayang." Jaemin mengelus lembut wajah gembil Renjun. Renjun memejamkan kedua matanya dan merasakan tangan Jaemin yang mengelus wajahnya.

"kamu mau makan apa sayang biar Nana buatkan untuk kamu." sejenak Renjun berpikir makanan apa yang dia inginkan sedangkan Jaemin masih menunggu jawaban dari Renjun.

"kamu mau makan apa sayang?"

"tidak ada." Renjun menggelengkan kepalanya sembari bibirnya ikut manyun.

"kenapa sayang?"

"aku tidak selera Nana." rengeknya dan itu membuat Jaemin gemas melihat sikap Renjun tanpa aba-aba Jaemin mengecup sekilas bibir ranum Renjun yang sudah menjadi candu untuknya.

Renjun yang dapat perlakuan seperti itu wajahnya langsung berubah seperti kepiting rebus sedangkan Jaemin terkekeh melihat istrinya yang salah tingkah akan sikapnya pada Renjun yang kelewat manis itu.

"Nana~jangan seperti itu~ apa kamu gak kasian sama aku yang terus saja buat jantungku berdebar karena kamu." rengeknya sambil memukul tangan Jaemin. Jaemin langsung memegang tangan Renjun sedangkan Renjun masih menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.

"kalau gak kuat sama godaan Nana kamu harus makan sayang, kamu lagi sakit Nana khawatir tahu sama keadaan kamu. jadi ayo kita makan bareng, kamu mau kan?" bujuk Jaemin sembari mengelus kepala Renjun. Renjun mendongkrak wajahnya melihat dari atas Jaemin masih tersenyum melihatnya.

"bagaimana?" tanya Jaemin kembali.

"tapi aku gak lapar Nana~ mulutku pahit jadi apa yang aku makan pasti rasanya tidak enak." rengeknya kembali.

"kamu mau tahu cara buat mulut kamu jadi yang pahit jadi terasa manis." Renjun mengeritkan keningnya dan menatap bingung Jaemin.

"bagaimana caranya?" tanyanya penasaran.

"sekarang kamu pejamkan kedua mata kamu." Renjun langsung memejamkan kedua matanya di dekat Jaemin tepatnya pada wajah milik pria tampan itu.

"lalu." Renjun masih menunggu apa yang akan dikatakan Jaemin kepadanya. Jaemin mendekati wajahnya pada Renjun lalu berbisik pelan pada telinga submissiv.

Love & marriage { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang