Tanpa suara, Doyoung menyumpit mie ramen yang kuahnya masih mengepulkan asap panas. Sembari menikmati rasa asin dan pedas bumbu micin di dalam mulut, gadis itu melirik ke sebelah kanan dan kirinya--pada Junkyu serta Yedam yang sama-sama duduk dengan mulut bisu sementara tangan mereka mengaduk malas sumpit di dalam cup ramen masing-masing.
Doyoung menelan mie dalam mulutnya lebih dulu sebelum menyeletuk mengoyak keheningan.
"Kayaknya aku salah tempat." Gadis tersebut berbasa-basi. Yedam langsung menanggapi dengan lirikan seolah berkata 'benar sekali', namun di sisi lain suara Junkyu kontra menyambar ketus.
"Kalau kau berani pergi, ku pulangkan kau ke Jepang."
"Ah, sepertinya memang seharusnya aku di sini." Doyoung tersenyum pasrah, memilih untuk melanjutkan lagi makan mie ramen dalam diam karena tak ingin terlibat lebih jauh dengan apapun masalah yang sekarang dihadapi oleh dua orang di dekatnya yang membuat mereka bagai sedang perang dingin.
"Aku minta maaf..." desis Yedam. Entah sudah yang berapa kali dia mengulangi kalimat tersebut.
"2 tahun punya 730 hari, 17.520 jam, dan 63.072.000 detik. Kau pikir minta maaf 11 kali cukup menebus semua itu?" gadis berperawakan tinggi mendelik. "Kau kira itu akan sepadan dengan usahaku mencarimu ke sana-kemari, bolak-balik mengecek apartemenmu, menelponmu ribuan kali tapi nomormu malah mati---kh...kenapa dulu aku tidak sekalian menganggap kau mati biar hidupku juga lebih tenang."
"Aku tahu aku salah karena tidak berpamitan lebih dulu. Semua hal terjadi begitu cepat dan saat aku menyadarinya, sudah terlambat untuk memberi kabar." Yedam berusaha menjelaskan.
"APANYA YANG TERLAMBAT!?" sembur Junkyu. "Aku bahkan tidak pernah protes setiap kali kau tidak mengangkat telpon atau membalas pesanku 2 hari kemudian! Meski kau baru sempat memberiku kabar setelah satu bulan, aku pasti masih akan membacanya! Aku percaya padamu, tapi kenapa kau malah meninggalkanku...!?"
Mendengar kata-kata bernada tinggi itu, mulut Yedam langsung terkatup rapat.
Di tengah-tengah perdebatan, tiba-tiba Doyoung bangkit berdiri dengan membawa cup mie ramen yang telah kosong.
"Mau kemana kau!?" hardik Junkyu, dengan sigap meraih kain baju sang adik.
"Membuang ini," jawab Doyoung beralasan walau sebenarnya dia sedang mencoba kabur dan melepaskan diri dari pertengkaran asmara dua sejoli yang duduk terpisah di kursi kanan-kirinya.
"Buang nanti saja. Duduk!" titah Junkyu, kedua matanya melotot galak.
"Eonnie~~~" gadis yang lebih muda merajuk. "Ini 'kan masalah kalian, aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya akan mengganggu. Aku tidak dibutuhkan di sini."
"Kau SANGAT dibutuhkan di sini!" Sorot di netra Junkyu tidak berubah.
"Wae?" balas adiknya heran.
"Kau harus menyadarkanku kalau sewaktu-waktu dia mulai membujuk dengan gombalannya!"
"Pfft--" mendengar jawaban Junkyu yang terbilang polos, Doyoung langsung menahan tawa. Pun dengan Yedam yang menutupkan telapak tangan ke mulut supaya senyumannya tidak terlihat oleh Junkyu yang makin merengut.
"Ne, baiklah~" gadis yang lebih muda mengalah dan kembali duduk di kursi di tengah-tengah sang kakak dan kekasihnya yang baru kembali setelah sempat hilang kabar selama dua tahun.
"Tak 'kan ku biarkan gombalan Oppa membuat mentalmu mleyot, Eonnie. Semangat, Kim Junkyu! Tetaplah ngambek meski dunia ini berakhir!" Doyoung memberi dukungan. "Tapi, ngomong-ngomong Oppa--" ia lantas mengalihkan perhatian pada Yedam.
"Sejak tadi kau cuma minta maaf dan bilang ada urusan penting yang membuatmu tidak sempat memberi kabar, tapi kau tidak menyebutkan urusan apa. By the way jika kau tidak mau menjelaskannya, aku yakin wanita manapun tidak akan memaafkanmu dan akan jadi curiga karena kau terkesan sedang menyembunyikan sesuatu," tutur Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNA
FanfictionTreasure OT12 GS / Gender Switch Terbiasa menjalani hari-hari sendirian dengan langit, hujan, siang, dan malam yang begitu-begitu saja, maka terasa sangat janggal saat tiba-tiba seseorang datang untuk mencintai dan menjadikan diri ini prioritasnya. ...