Luna 16

330 32 10
                                    

Matahari baru sepenggalah naik. Dari balik kaca Lamborghini Urus warna abu-abu metalik yang parkir di sisi paling pinggir jalanan, sepasang mata hazel Junghwan menatap lurus ke seberang jalan. Ia memperhatikan sosok seorang wanita muda yang baru saja turun dari sebuah mobil mungil-4-penumpang dan kini sedang berjalan mengibarkan rambut panjangnya menuju sebuah petshop yang di pintunya masih ada tulisan CLOSE.

Wanita itu terlihat membuka pintu petshop dengan mudah. Setelah masuk, dia menyalakan lampu-lampu di dalam ruangan sambil melepas mantel dan meletakkan tasnya di meja dokter. Sosok ramping dengan tinggi yang terbilang mungil dan wajah kecil dengan pipi tembam menggemaskan tersebut, untuk sejenak pergi ke bagian belakang petshop lantas kembali dengan kedua tangan masing-masing membawa sapu serta alat pel. Dia mengikat rambut panjangnya sebelum mulai membersihkan debu di perabotan dan lantai, sambil tak lupa membalik tulisan CLOSE menjadi OPEN.

Junghwan mengambil napas dalam dengan pelan. Di benaknya terbayang lagi sosok Asahi yang terpuruk sendirian, menangis, rapuh, dan nampak sangat membutuhkan pegangan. Junghwan belum sedewasa itu untuk mengerti jika dinamika Alpha dan Luna-nya ternyata bisa sangat saling membutuhkan seperti bayi membutuhkan ibunya.

Padahal setau Junghwan, Asahi adalah tipikal orang yang berhati kuat terbukti dia masih mampu bertahan setelah ditinggal Haruto selama hampir 2 tahun. Namun ternyata, di balik ketegarannya itu ada sosok dirinya yang hancur lebur. Kekosongan yang ditinggalkan Haruto terlalu besar hingga Asahi tidak mampu menutupi seluruhnya. Ia dapat melupakan rindu dan rasa sepi dengan menyibukkan diri bekerja. Tapi saat dirinya lelah, ia tak punya bahu untuk bersandar, lengan yang memeluknya, atau seseorang yang akan mendengar ceritanya.

Benar yang dibilang orang, kesepian baru terasa menakutkan jika sebelumnya kita punya teman. Dengan kata lain, kalau sejak awal sendirian maka tidak akan pernah merasa kesepian. Pertemuan bukanlah akhir. Justru ia adalah awal, lalu klimaks ceritanya ada saat kedua tokoh terpisah dan berjalan masing-masing sambil menghadapi rasa sepi mereka sendiri.

Junghwan tidak bisa membayangkan apa yang mungkin terjadi pada Asahi jika Haruto belum kembali padanya hingga saat ini. Ibarat batu terkikis air hujan dan cuaca, apakah dia masih akan bertahan sambil sedikit demi sedikit terus hancur? Ataukah dia langsung melebur habis terbawa angin sebab beban hidupnya juga tidak main-main?

Padahal seorang Alpha sudah diberi banyak kelebihan dan kekuatan untuk dapat melindungi, menjaga, serta memastikan kehidupan Luna-nya tercukupi dan baik-baik saja. Namun malah dengan bodohnya mereka meninggalkan belahan hati yang telah sejiwa dan membuatnya menderita sendirian.

"Maaf..." desis Junghwan, kedua matanya sayu menatap sosok wanita yang sedang menyapu di dalam petshop.

"Aku akan menemuimu secepatnya. Aku janji, Luna-ku..."

.

Seperti sebuah firasat, Doyoung merasakan desakan kuat yang memaksanya untuk menoleh ke arah pintu petshop. Kedua mata bulat gadis tersebut mengerjab memandang sebuah mobil berwarna abu-abu metalik yang bergerak pergi dari tempat parkir di seberang jalan. 

Doyoung bergeming, masih berdiri menatap ke luar pintu petshop dengan alat pel tergenggam erat di tangannya. Tiba-tiba saja muncul rasa yang menggelitik sedih di dalam hatinya, dibarengi rindu yang langsung membuncah menyesakkan dada, membuat ia tersadar jika luapan emosi tersebut dibiarkan terus menguasai dia pasti akan mulai menangis tanpa sebab.

Kim Doyoung, sadarlah! Dengan kuat Doyoung menggelengkan kepala untuk mencegah logikanya larut dalam emosi.

Jangan cengeng! Kau tidak boleh cengeng! Luna-nya Alpha So Junghwan tidak boleh cengeng! Gadis omega itu memberi semangat pada dirinya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang