07. Cita Cita

27 12 0
                                    

-Not Alone-

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

°•°•°•°•°•°•°•°


Bel sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu, tapi guru yang akan mengajar hari ini di kelas X IPA 1 belum juga datang.

"Pelajarannya apa?" tanya Wahid pada Habibi

"Bahasa Indonesiaaa," jawab Habibi

"Ooh, emang jurusan IPA tetep ada mapel Bahasa Indonesia ya?" tanya Wahid

"Ya ada, di sini itu kamu mau pilih jurusan mana aja, semuanya ada Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKN, Bahasa Jawa, Penjasorkes, IPS, Matematika, Pendidikan Agama..semuanya lengkap. Bedanyaaa, kalau kamu pilih jurusan IPA, IPAnya di pecah jadi beberapa cabang..kayak Biologi, Fisika, Kimia, Ilmu Bumi, Astronomi.." jawab Habibi yang di angguki Wahid

"Di kelasnya Johan berarti nggak ada Biologi ya?" tanya Wahid

"Ada tapi di gabung jadi satu, IPA doang. Tapi di sana ada beberapa cabang IPS, beda lagi. Kalau di kita kan IPS cuma satu" jawab Habibi

"Wah keren, pantes Bapa sama Ibuk suruh gue sekolah di sini. Tapi ya gitu, lo tau sendiri kan, sekolah ini itu elit, biayanya mahal jadinya orang tua gue minjem duwit sama tetangga demi bisa sekolahin gue. Gue takut ngecewain orang tua gue, yang udah kerja kerad banting tulang demi bisa nyekolahin gue disini," ucap Wahid yang di angguki Habibi

"Semangat! Man Jadda Wa Jadda! Barang siapa yang bersungguh sungguh, maka dia akan berhasil!" seru Habibi yang di angguki antusias oleh Wahid.

"Lo gimana?" tanya Wahid

"Aku ke sini dengan kemauanku sendiri. Aku anak beasiswa. Biaya pendaftaran, seragam sama uang gedung itu gratis. Kalau SPP tetep bayar tapi setengahnya aja. Alhamdulillah," jawab Habibi

"Setengahnya itu tetep mahal, Hab. Satu juta lho, itu setara sama gaji orang tua gue selama sebulan" ucap Wahid yang di angguki Habibi

SMASTERA adalah Sekolah Menegah Atas dengan kualitas terbaik top 1 se Indonesia. Gedung bertingkat dengan fasilitas bergaya modern. Tentu, biaya masuknya dan biaya SPPnya sangat mahal yaitu 7 Juta untuk biaya pendaftaran+uang gedung+seragam dan 2 juta untuk SPP perbulan. Kalau kata orang orang "Biayanya kebangetan,"

"Gapapa, aku bakal usahain," ucap Habibi

"Orang tua lo udah tau?" tanya Wahid

"Nggak," jawab Habibi yang membuat Wahid membulatkan matanya.

"Oii, terus lo bayarnya make apa? Lo dapet duwit dari mana?" tanya Wahid

"Yaa, untuk SPP bulan depan, aku belum punya uangnya. Rencananya, aku bakal ikut beberapa perlombaan, karna ya lomba di kota hadiahnya lumayan," jawab Habibi

"Ya juga sih, tapi lo nggak bisa bergantung sama uang lomba," ucap Wahid

"Iya, tau kok" jawab Habibi

"ASSALAMUALAIKUM!! SELAMAT PAGI ANAK ANAKKU!!" seru Bu Jesica selaku guru Basindo yang baru saja memasuki kelas.

"WAALAIKUMUSSALAM!! PAGI BU!!"

"PAGI!!"

"Baiklah, selamat datang di dunia putih abu! Masih ingat nama saya?" tanya Bu Jesica

"LUPA!!"

"Yahh, oke deh. Kita perkenalan ulang, nama saya..Bu Jesica, saya mengajar pelajaran Bahasa Indonesia di kelas X IPA 1, X IPA 3 dan XI IPA 2. Rumah asli saya di Makassar. Umur saya 29 tahun, saya sudah bersuami. Saya mengajar disini baru 1 tahun. Minta kerja samanya ya sama kalian, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar," ucap Bu Jesica yang di angguki semua siswa di kelas X IPA 1

"Ada yang mau bertanya?" tanya Bu Jesica

"Tidak!"

"Okey kalau begituuu, jam Bahasa Indonesia kali ini kita isi dengan cerita singkat tentang cita cita kalian. Ibu mau tau apa cita cita kalian.." ucap Bu Jesica

"Hari pertama di jenjang baru pasti di tanya cita cita," gumam Wahid

"Heum, di mulai dari bangku depan paling kiri!" seru Bu Jesica seraya menunjuk bangku yang di duduki oleh Habibi dan Wahid

"Satu orang atau kita berdua Bu?" tanya Wahid

"Kalian berdua! Ayo maju.." jawab Bu Jesica yang membuat Wahid mendengus kesal.

"Ayo!" seru Habibi yang berjalan menuju depan papan tulis.

Wahid ikut berjalan menyusul Habibi.

Saat keduanya sudah di depan papan tulis. Semuanya memusatkan fokus mereka pada dua anak yang tengah tersenyum kaku di hadapan mereka.

"Dari kamu..perkenalkan nama dulu ya," ucap Bu Jesica seraya menunjuk Habibi

Habibi mengangguk. "Perkenalkan nama saya Habibi Al Manaf, saya dari Kudus, Jawa Tengah. Cita cita saya sebagai pendakwah,"

"Mau jadi pendakwah kok sekolah disini? Kenapa nggak sekolah di MA atau masuk pesantren aja? Mau gaya gayaan ya? Modelan kayak lo kok mau jadi pendakwah," tanya salah seorang siswa yang membuat Wahid geram karna tidak terima temannya di prasangkai seperti itu. Sedangkan Habibi, dia malah tersenyum seperti tidak masalah sama sekali dengan ucapan salah satu teman kelasnya itu.

"Saya ada alasan, yang tidak dapat saya sampaikan," ucap Habibi

"Heleh, sok sokan" ucap Siswa itu lagi

"Hei! Jangan begitu ya, semua orang memiliki hak memilih sekolahan dan cita cita mereka. Jadi, kalian kalau tidak bisa mendukung, setidaknya jangan menjatuhkan." ucap Bu Jesica

"Iyaa bu!"

"Oke, terima kasih Habibi. Semoga kamu dapat mencapai cita cita mulia kamu," ucap Bu Jesica yang di angguki Habibi

"Terima kasih Bu," jawab Habibi

"Baik, giliran kamu," ucap Bu Jesica pada Wahid

"Nama saya Wahid Aliando dari Bandung. Saya mau jadi pembalap montor!" seru Wahid yang langsung di tertawai se isi kelas kecuali Habibi, Bu Jesica dan Wahid sendiri.

"Kenapa?" tanya Wahid

"Udah miskin, nggak ada skil. Cita cita kok mau jadi pembalap, udahlah mending lo tidur aja," ucap salah seorang siswa

"Sepeda aja nggak punya, kok mau balapan make montor ahahahahah," timpal siswa lain yang membuat Wahid semakin geram.

"GUE EMANG NGGAK PUNYA MONTOR BAHKAN SEPEDA! TAPI SETIDAKNYA GUE PUNYA AKAL YANG BISA NGONTROL UCAPAN GUE!! NGGAK KAYAK KALIAN! REM BLONG!" teriak Wahid dengan menggebu gebu

"Udah Hid," ucap Habibi yang mencoba menenangkan.

"Stop! Kalian jangan meremehkan seseorang, walau itu seorang pemulung! Bisa jadi, seseorang tersebut---" ucapan Bu Jesica terpotong oleh siswa bermulut pedas itu lagi.

"AHAHAHA PEMULUNG!!" ejek Siswa tersebut

"STOP! MANA KESOPANAN KALIAN? MEMOTONG PEMBICARAAN GURU, APA ITU HAL YANG SOPAN?" teriak Bu Jesica yang membuat siswa tersebut diam.

"JANGAN MEREMEHKAN SIAPAPUN! WALAU ITU SEORANG PEMULUNG, GELANDANGAN DAN ATAU BAHKAN SULTAN! SEMUANYA TIDAK SEPANTASNYA KALIAN RENDAH DAN REMEHKAN!! BISA JADI, YANG KALIAN REMEHKAN..KELAK AKAN BERADA DI ATAS KALIAN! INGAT ITU!!" teriak Bu Jesica

"Nyesel gue sekolah disini," gumam Wahid yang membuat Bu Jesica dan Habibi menatap kearah Wahid yang berwajah merah padam.

Bersambung..

NOT ALONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang