-Not Alone-
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
°•°•°•°•°•°•°•°
Bel istirahat sudah selesai. Habibi tidak langsung kembali ke kelas, melainkan malah mengikuti Hamza dan ke dua temannya sampai ke lantai tiga.
"Kamu kayaknya ada masalah ya Hab? Bilang ke abang.." ucap Hamza seraya mengeluarkan satu putung rokok tapi langsung di ambil oleh temannya yang berambut putih. Itu Diva.
"Jangan ngerokok di depan Habibi," ucap Geo yang di angguki Hamza.
"Bahaya," tambah Diva
"Bang Diva, bisa minta waktunya sebentar?" tanya Habibi pada Diva yang membuat Hamza heran.
"Ada perlu apa? Kan bisa sama Abang, kenapa harus sama Diva?" tanya Hamza yang di gelengi Habibi
"Nggak papa sih, lagian Habibi cuma nanya nanya aja sama Bang Diva," jawab Habibi
"Mau ngomong apa Hab? Mau ke tempat lain?" tanya Diva yang di angguki Habibi
---
Habibi dan Diva kini tengah berbincang di belakang ruang informasi yang ada di lantai 3. Disana ada 2 kursi dan pemandangannya cukup bagus karna bisa melihat perkotaan.
"Jadi, ada apa?" tanya Diva
"Maaf, apa benar..Bang Diva sekolah sambil kerja?" tanya Habibi
"Iya bener, lo tau dari mana?" tanya Diva
"Lah? Bang Diva nggak tau? Berita abang yang sekolah sambil kerja itu udah ke sebar se sekolahan lho Bang. Kemarin, Habibi denger dari siswi kelas 11 yang lagi ngobrol..katanya di sekolah ini ada 12 murid dari kelas 10-12 yang udah kerja. Dan kata mereka salah satunya itu temen deket Bang Abas yang rambutnya putih. Dan hari ini Habibi baru tau kalau yang di maksut mereka itu Bang Diva," jawab Habibi yang membuat Diva terkekeh.
"Kayak berita besar aja, padahal di luar sana anak masih sekolah udah kerja banyak kan?" jawab Diva seraya menggelengkan kepala.
"Iya, jadi aku kesini mau minta tolong sama Bang Diva buat bantu aku nyari kerja, oh ya sama temenku juga," ucap Habibi
"Oh, lo mau kerja? Beneran? Lo nggak di kasih uang sama orang tua lo?" tanya Diva
"Aku masuk ke sini pakai jalur beasiswa, tapi sppnya tetap bayar separuh jadinya aku mau kerja buat bayar spp. Aku nggak mau ngebebanin orangtuaku, jadi gimana Bang?" ucap Habibi
"Hm, oke! Nanti pulang sekolah ke rumah gue aja. Deket kok, dari sekolahan nanti belok kanan lurus terusss, terus ada pertigaan belok kiri udah nyampe, catnya warna orange ya," ucap Diva yang di angguki antusias oleh Habibi
"Makasih Bang, oh ya Bang..jangan bilang siapa siapa ya.." ucap Habibi yang di angguki mengerti oleh Diva.
----
Habibi dan Wahid kini tengah duduk di ruang tamu di kost an kakak kelas mereka yaitu Diva.
"Bentar ye, bentar aja.." ucap Diva dari dalam kamar dengan volume keras agar terdengar sampai ke ruang tengah.
"Ya bang, santuy aja," jawab Wahid
Setelah selesai berganti pakaian, kini Diva duduk di hadapan Wahid dan Habibi. Duduk di lantai dengan beralaskan karpet tipis.
"Sorry ya duduknya di lantai," ucap Diva
"Gapapa Bang, nyaman kok," jawab Habibi yang membuat Diva tersenyum tipis.
"Mending Bang, dari pada duduk di atas septic tank," ucap Wahid yang membuat Diva terkekeh.
"Kalian mau kerja apa?" tanya Diva
"Apa aja Bang!" jawab Wahid dengan antusias.
"Heum, masalahnyaaa gue udah di pecat dari pekerjaan gue..sekarang jadi pengangguran deh.." ucap Diva
"Lah, kenapa Bang?" tanya Habibi
"Biasalah...di fitnah senior," ucap Diva. "Gue udah di fitnah 2 kali hh..sama orang yang berbeda sama pekerjaan yang berbeda..gue..udah 2 kali di pecat karna di fitnah. Rada kapok sih gue..tapi ya mau bagaimana lagi, gue kan butuh biaya hidup," tambah Diva
"Emang abang kerja apa awalnya?" tanya Habibi
"Heum, awalnya itu gue kerja jadi petugas kebersihan di pabrik gitu.., terus gue di pecat terus kerja lagi di toko roti, di pecat lagi dehh." jawab Diva
"Owalah gitu.."
"Eh gini, kalian bisa masak nggak?" tanya Diva
"Bisa" jawab serempak Habibi dan Wahid
"Gimana kalau kita jualan nasi goreng?" tanya Diva
"Tapi..Habibi kan phobia nasi, Bang" ucap Wahid
"Kumat kalau makan nasi doang kok," ujar Habibi
"Oke kalau gitu kita jualan nasi goreng!" final Diva
"Kalau ketahuan Bang Abas sama Bang Hasbi gimana Bang?" tanya Habibi
"Aman, kita jualan di tempat terpencil tapi padat penduduk, pasti laris!" jawab Diva
"Oke!!"
"Oh ya Bang, rambut Bang Diva kenapa di cat putih?" tanya Wahid
"Oh ini? Ini nggak di cat kok. Asli," jawab Diva
"Hah? Y-yang bener aja Bang..maaf kalau tersinggung," ucap Wahid
"Nggak kok, nih..rambut ini itu asli putih. Gue albinisme, maka dari itu..warna kulit gue putih, rambut gue putih, bulu mata gue juga putih, alis gue putih, dan mata gue silver," jawab Diva
"Masa sih Bang? Engga tuh," ucap Habibi
"Iya, soalnya gue tutupin. Gue pakai pewarna alis sama maskara, sama soflen. Kalian jangan bilang ke yang lain ya. Kalau temen gue sih udah pada tau," ucap Diva
"Oke siap. Tapi kenapa rambut abang nggak sekalian di warnain?" tanya Wahid
"Bagusan gini hehe," jawab Diva
"Bang..sebenernya Albinisme itu bahaya nggak sih? Atau cuma sekedar merubah tampilan aja?" tanya Habibi
"Bahaya. Kalau kena sinar matahari yang cukup lama tuh, resiko kena kanker kulit besar," jawab Diva
"Oh gitu.."
"Rumahnya sepi, pada kerja ya Bang?" tanya Wahid
"Nggak kok, emang rumah gue begini setiap hari," jawab Diva
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT ALONE
Teen FictionCerita ini awalnya berjudul 'Alone' dengan tokoh utama bernama Sandrinna. Tapi karna ada suatu kendala dan lupa alur. Saya memohon maaf karna harus merombak cerita ini dari judul, tokoh, alur hingga genre. 95% saya ubah. Yang awalnya tokoh bernama...