ini ceritanya pak Kim, tampak samping dulu ya, biar pinisirin 🤭😆
Dinda POV
"Kamu meeting?" Ketikku di aplikasi pesan.
"Iya, kamu pulang duluan aja, jangan tunggu saya" Balasan dari Kim langsung aku terima tanpa menunggu lama.
Kim sudah lama bekerja di Indonesia, oleh karena itu dia lancar berkomunikasi dengan bahasa Indonesia walaupun logatnya masih kental Korea.
Wajahnya sangat menggemaskan ketika Kim berbicara ketika awal-awal dia bekerja di sini.
Siapa pun akan merasakan hal yang sama, tinggal di negara orang lain dengan kondisi harus beradaptasi dengan penduduk lokal.
Dua tiga bulan Kim berkomunikasi memakai bahasa Inggris, sampai akhirnya setelah setahun berada di Indonesia, Kim lancar berbahasa.
Fisiknya yang menonjol dari karyawan kebanyakan dan wajahnya yang ramah mampu membuatku nekat untuk menyapanya duluan.Aku langsung mematikan layar handphone, tanpa sadar tersenyum karena teringat kembali kenangan di mana aku suka padanya.
"Ngopi dulu yuk Din" Suara yang berasal dari sebelah mejaku terdengar, aku menoleh ke meja Ratna yang sedang berberes.
Beginilah enaknya punya teman yang sudah berkeluarga tetapi suaminya tidak ada di rumah, istri rasa anak gadis.
Dan biasanya kami memang suka menghabiskan waktu sebelum pulang ke rumah masing-masing.
"Di mana? Ada kafe yang mau elu cobain kopinya?" Tanyaku sambil merapikan barang bawaanku.
"Gak ada, gue belum cek-cek, dalah di tempat biasa aja, gak perlu repot-repot order pesanan karena si Andri udah tau pesenan kita" Ratna berdiri sambil membawa tas kerjanya dengan gaya seperti ibu-ibu sosialita yang membawa tas bermerk harga ratusan juta di lengan kirinya.
Aku terkekeh melihatnya berjalan mendahuluiku, punya teman seperti Ratna bisa membuatku awet muda karena sering tertawa bersamanya.
Kami berjalan beriringan menuju lift. Langkah Ratna berhenti dengan tiba-tiba dan kedua tangannya terentang sehingga membuat tubuhku membentur pundaknya.
"Kenapa berenti tiba-tiba sih? Untung hape gue gak jatoh" Gerutuku secara melangkah mundur dengan telapak tangan mengerat memegang handphoneku yang nyaris terjatuh karena menubruk pundak Ratna.
"Sttt... itu arah jam dua, ada si ganteng" Ratna memelankan suaranya sambil menoleh ke arahku yang masih berdiri di belakangnya.
Si ganteng?
Ratna sedang membicarakan kekasihku? Kim memang seganteng itu, tetapi baru kali ini aku mendengar Ratna memberikan sebutan 'si ganteng' pada seseorang.
Karena penasaran, mataku langsung mengarah ke arah jam dua yang di katakan Ratna.Sesosok pria bertubuh tinggi tegap berambut coklat gelap berjalan ke arah kami.
Di balik pakaiannya yang serba hitam, aku bisa menebak kalau si ganteng yang di maksud oleh Ratna itu memiliki tubuh atletis.
Garis rahangnya tegas, pasti dia suka mengunyah permen karet untuk mempertegas rahangnya. Hidungnya mancung, cocok jadi tempat perosotan anak TK.
Tinggi badannya aku perkirakan sekitar 185 cm, setara dengan tinggi badan Kim.
Sorot matanya tajam, pria itu berjalan sambil memakai kaca mata hitam ke arah tangga darurat.
Keren.
Aura si ganteng sangat terasa menonjol. Cara berjalannya seperti model yang sedang berjalan di catwalk.
Aku sampai mengedarkan pandangan mencari-cari apakah ada segerombolan rumah produksi yang sedang membuat iklan di lantai ini.Si ganteng. Ternyata julukan yang di berikan oleh Ratna tidaklah salah.
"Yahh, kenapa gak turun pake lift sih kasepp" Pundak Ratna merosot karena khayalannya pasti buyar bisa satu lift dengan pria ganteng.
"Kita buru-buru turun yuk, dia pasti markir di basement" Ratna menarik pergelangan tanganku ketika pintu lift terbuka.
Ini lagi enaknya punya teman yang sudah berkeluarga tetapi suaminya tidak ada di rumah, Ratna berasa masih gadis sampai-sampai tidak ingat sudah mempunyai suami dan masih berburu pria.
Tetapi lain halnya denganku, walaupun statusku hanya mempunyai kekasih, tetapi aku tidak mempunyai keinginan untuk sekedar menebar pesona mencari gebetan.
Bisa di bilang aku adalah perempuan setia yang bisa di setarakan dengan penguin, karena aku dan penguin sama-sama hanya mencari satu pasangan untuk seumur hidup.
Bahkan, sifatku pun sama seperti penguin karena aku juga akan bersikap agresif jika ada yang coba merayu pasangannya.Lihat saja kalau memang Laura benar-benar sedang melakukan pendekatan pada Kim.
Aku tidak akan segan-segan menunjukkan taringku.
Wah kok berubah jadi singa bukan lagi penguin, maaf penguin."Kenapa musti buru-buru sih Rat? Kita ngapain ke basement? Bukannya mobil elu parkirnya di luar?" Tanyaku sambil menyenderkan punggung ke dinding lift yang dingin.
"Demi ngeliat si ganteng jalan, elu sependapat gak sih? Aura dia kaya model gitu? Cara jalannya udah kaya model, berkelas banget padahal jalan di lorong kantor" Ratna berceloteh panjang lebar dan isi celotehannya itu sama persis seperti yang tadi aku pikirkan.
"Iya, mungkin karena dia tinggi kali ya, kaya Lee Soo-hyuk tiap kali jalan udah berasa kaya di atas catwalk hehehe..." Aku menyebutkan salah satu aktor Korea yang awalnya adalah model.
"Kenapa ngumpamain Lee Soo-hyuk? Itu mah cocoknya ke pak Kim, eh tapi pak Kim tinggi jalannya gak gitu, apa karena rahangnya Matthew tegas gitu dan gak murah senyum ya?"
"Apa hubungannya rahang tegas sama cara jalan deh? Pak Kim juga cara jalannya keren, kaya model juga" Aku tidak terima kekasihku di bandingkan dengan si ganteng.
"Model apaan? Sempak? Eh udah sampe basement, buru Din" Ratna menarik pergelangan tanganku dengan semangat sembari keluar dari lift.
Kepalanya langsung celingukan ke arah parkiran motor yang tidak jauh dari lobi di mana kami berada.
Ratna melangkah cepat ketika mendengar suara deruan knalpot motor di ujung sana.
Tiba-tiba bayangan hitam-hitam melesat cepat melewati kami, Matthew menghilang dari pandangan mata secepat kilat.
"Anjayyy... serba item udah kaya tinja"
"Salah, salahhh, ninja kelesss" Ralatku sambil menepuk pundak Ratna.
"Hahaha... iya tau, anjay keren banget gak sih Din? Gue paling gak bisa liat cowok yang suka warna item gitu, tadi elu liat kan Matthew dari atas sampe bawah sampe motor, motornya pun serba item semua?" Ratna berkata dengan mata berbinar-binar.
"Pak suamiii liat ini pak suamiii" Untuk kesekian kalinya aku melaporkan kelakuan perempuan yang sudah bersuami ini.
"Kalau aja gue punya nomor handphone suami elu Rat, gue videoin, gue kirim langsung ke suami elu" Lanjutku dengan wajah serius, padahal aku hanya menggodanya.
"Suamiku maafkan kekhilafan istrimu ini yang memang tidak bisa melihat hijaunya rumput tetangga"
"Tapi tenang aja suamiku, si ganteng cuma bisa di pandang gak bisa di pegang, si ganteng cuma bisa di liat gak bisa di jilat, si ganteng cu..."
"Kita balik ke lift ya buk, serem kayanya elu udah kesambet pesona Matthew nih" Aku menarik pundak Ratna dan menggiringnya berjalan kembali ke arah lift.
"Si ganteng, Din, bukan Matthew" Kata Ratna dengan pandangan mata seperti sedang membayangkan sesuatu.
"Iya, iya, si ganteng" Kataku mengiyakan biar cepat selesai.
"Ganteng banget jadi orang" Ratna mendongak dan matanya kembali berbinar.
"Kelakuan begini dosa gak sih kalau udah bersuami?" Tanyaku sambil menyeret Ratna masuk ke dalam lift begitu pintunya terbuka lebar.
Sindiranku tidak terdengar oleh Ratna, sepertinya temanku ini memang benar-benar jatuh dalam pesona si ganteng Matthew.
Tbc
ya kalo ada karyawan macam si ganteng juga tante bakalan tersepona juga 😍🤭
8/7/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Fails
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2/7/23 - 11/12/23