8. pria gila

1K 200 100
                                    

'pake hitam? siapa takut'
hayooo yg tau jorgan iklan ini pasti udah tua 😅😂

Matthew POV

Aku berdeham lalu membantunya berdiri normal dengan gerakan pelan.
Salah-salah bergerak bisa jadi aku malah membuatnya terjatuh ke lantai.

Dinda, perempuan yang beberapa menit lalu aku lihat berciuman dengan Kim di tangga darurat itu terlihat pucat.
Mataku memicing dari tangga atas untuk menegaskan apakah aku salah lihat.
Kedua mataku memang minus dan plus walaupun tidak terlalu parah, ternyata kedua insan yang sedang berciuman itu memang Dinda dan Kim.

Tetapi kenapa sekarang perempuan ini berwajah pucat?

Tanganku membukakan pintu ruangan dengan sekali dorongan, membiarkan pintunya terbuka lebar sehingga memudahkan Dinda untuk masuk.

Aku memperhatikan cara berjalannya yang terlihat tidak normal. Kenapa jalannya seperti itu?
Apakah efek dari tangan kekasihnya yang mengusap bagian intim tubuhnya?
Whoa... she had cum by fingering?

"Ada keperluan apa ke ruangan ini?" Tanyaku sebelum Dinda berjalan memasuki ruangan lebih ke dalam.
Sebenarnya ruang kerjaku ini tidak boleh di masuki oleh sembarang pegawai.

Hanya orang yang berkepentingan saja yang di perbolehkan masuk atau pegawai khusus yang hendak memberikan berkas-berkas untuk di periksa.

Langkah Dinda terhenti, tubuhnya memutar dengan pelan.

"Sa...ehem" Dinda membersihkan tenggorokannya. Tubuhnya bergerak canggung.
Aku mengamatinya dalam diam, kalau dia baru saja mengalami orgasme, tetapi gestur tubuhnya mengatakan yang lain.
Perempuan ini lebih terlihat seperti orang yang baru saja mengalami syok.

"Pak Kim menyuruh saya untuk menyerahkan berkas ini ke ruang penelitian, tetapi saya tidak tau harus memberikan berkas ini kepada siapa" Dinda melanjutkan perkataannya dengan bahasa formal.

"Berikan pada saya" Kataku dengan mengulurkan tangan.

"Um..." Dinda tampak ragu.

"Saya kerja di bagian penelitian, dan biasanya saya yang menerima berkas untuk di teliti" Aku menjawab keraguan yang terlihat jelas di wajahnya.

Lagian tidak mungkin juga aku berada di ruang kerja bagian lain, seperti tidak ada kerjaan saja.

Dinda akhirnya menyerahkan map kepadaku, dengan cepat aku membukanya sambil memasang kacamata.

Sesaat aku terdiam lalu mendongak, dan mendapati Dinda yang masih berdiri mematung dengan wajah yang masih terlihat pucat.
Aku pikir dia sudah meninggalkan ruangan ini segera setelah memberikan berkas kepadaku.

"Kenapa? Mau muntah?" Tanyaku bingung begitu melihatnya mengerang pelan.

Kepalanya menggeleng.

"Saya boleh duduk dulu sebentar di sini?" Tanyanya sambil mengedarkan pandangan.

Aku semakin bingung, beberapa saat yang lalu perempuan ini terlihat menikmati ciumannya dengan pria yang belakangan ini baru aku ketahui bernama Kim.
Kenapa sekarang Dinda terlihat pucat seperti orang yang ingin muntah.

Apakah ciumannya itu sangat memabukkan? Atau efek orgasmenya terlalu hebat sehingga Dinda sampai saat ini masih merasakan getaran di bawah sana?

Aku kembali mengamati wajah dan gestur tubuhnya, aku jadi ragu dengan dugaanku sebelumnya.
Dinda tampak rapuh.

Tanganku memegang lengannya untuk berjaga-jaga takut tubuhnya tiba-tiba jatuh.

Aku harus mengambil kursi agar Dinda dapat duduk.
Di sini tidak ada kursi, aku harus mengambilnya ke dalam ruanganku

Mission Fails Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang