mas math madep sini mas e, banyak pere2 yg nungguin mas math senyum nih
Matthew POV
Sebuah tangan melingkar di perutku dari belakang, tiupan halus di tengkuk aku rasakan tidak lama kemudian.
Aku menepis tangan yang kini mengelus perutku lalu melangkah ke samping untuk melihat siapa yang memelukku dari belakang. Sangat tidak mungkin kalau Dinda yang melakukannya.
Selama aku dan Dinda resmi berpacaran, Dinda jarang sekali melakukan kontak fisik duluan, walaupun kekasihku itu bukan tipe pemalu, tetapi aku yakin Dinda tidak akan seberani ini.
Benar saja dugaanku, bukanlah Dinda yang memelukku melainkan perempuan berambut coklat terang dan bergelombang, perempuan itu tersenyum, lebih tepatnya berseringai, kalau saja dia adalah sesosok vampire, aku yakin bisa melihat dua taring muncul untuk menerkamku.
"Are you insane?" Tanyaku setelah melangkah menjauhinya karena Laura kembali mendekat.
"Yeah, saya tergila-gila padamu Matthew" Jawabannya mampu membuat aku bergidik ngeri.
Laura menghabiskan jarak di antara kami sehingga punggungku terbentur dinding pintu lift yang sedang aku tunggu, kami berada di lobi basemen, biasanya ada security pengawas di sini, tetapi aku tidak melihat keberadaannya sejak baru memasuki lobi ini.
Laura kembali berseringai, menatapku seakan ingin melahapku mentah-mentah, matanya tampak berkilat-kilat.
"What are you doing?" Tanyaku ketika merasakan tangannya mengusap paha dan semakin ke atas ke arah pangkal pahaku.
"Ingin mengetahui seberapa besar milikmu dan apakah bisa memuaskan saya" Jawabnya sambil menjilati bibir bawahnya.
Aku mendorong tubuhnya ke belakang, tetapi gerakan Laura lebih cepat, satu tangannya memegang pinggangku dan satu kakinya melingkar di pahaku.
"Ahh, saya yakin kamu bisa memuaskan..."
"Gila!" Ucapku sambil berusaha melepaskan diri.
Laura nyaris menggesekkan bagian tubuh bawahnya ke pangkal pahaku kalau saja aku tidak memundurkan pinggang walaupun posisiku sekarang sangat terjepit antara tubuhnya dengan dinding di belakang.
Tanpa perlu berpikir panjang perihal prinsipku untuk tidak pernah menyakiti perempuan dalam artian ringan tangan ataupun memperlakukan perempuan secara kasar, tetapi Laura bisa menjadi pengecualian dalam prinsipku itu. Aku melepaskan diri dengan cara membuka belitan kakinya sehingga membuat Laura terjatuh di lantai.
Perempuan itu meringis sambil menyibak rambut bergelombangnya.
"Ouhh... ternyata kamu suka permainan kasar ya, ok" Ucapnya sambil berdiri.
Perempuan ini sepertinya benar-benar sudah gila.
Aku melirik ke arah CCTV yang berada di lobi, apakah Laura tidak menyadari adanya CCTV tersebut sehingga berani bertindak seperti ini?
"Kenapa? CCTV itu sudah lama tidak berfungsi, jadi kita aman kalau ingin bertukar cairan secepat mungkin" Laura seperti membaca pikiranku.
Keningku mengernyit, apakah benar CCTV itu sudah tidak berfungsi lagi? Aku harus mengeceknya nanti di ruang keamanan.
"Matthew, lihat saya"
Tangan Laura bergerak turun mengusap roknya yang tertarik ke atas dengan gerakan sensual.
Mataku melebar ketika melihat tangannya menarik roknya lebih ke atas dan menyadari kalau Laura tidak memakai celana dalam.
"Benar-benar gila!" Kataku tidak habis pikir.
Baru kali ini dalam seumur hidupku menemukan perempuan tidak tahu malu seperti dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Fails
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2/7/23 - 11/12/23