dicium mas math rasanya gimana yak 🤤😆
ko photo yg ini ga kliatan gantengnya si mas? malah kek jutek krn gusi bengkak 😅Matthew POV
Aku menatapi kepergian Dinda dalam diam.
"Sial!" Runtukku setelah menyadari apa yang telah aku lakukan padanya.
Dinda pasti kaget, terlihat jelas dari cara berjalannya yang pelan, aku masih memandangi sosoknya hingga menghilang dari pandangan.
Kenapa aku menciumnya?
Untuk memberikan bukti kepada mantan kekasih kalau kami sedang berpacaran, sepertinya dengan meraih telapak tangan dan membawa Dinda pergi masih bisa di katakan kalau kami berpacaran.Tetapi kenapa aku menciumnya?
Tanganku bergerak mengusap wajah dengan kasar dan hembusan napas panjang keluar dari mulutku.
Rasanya hanya merutuki diri dengan sumpah serapah tidak mengurangi rasa bersalah karena tiba-tiba menciumnya.Dengan langkah cepat aku berjalan ke arah lorong untuk mencapai ruanganku setelah menaiki anak tangga.
Kehadiranku di sana bukan tanpa kesengajaan, aku bukannya mengikuti gerak-gerik Dinda, entah bagaimana aku secara kebetulan selalu berada di mana dirinya berada bersama Kim.
Beberapa menit yang lalu aku berada di ruang data karena sedang mengumpulkan riset. Ketika hendak kembali ke ruangan, aku mendengar suara yang ternyata adalah suara Dinda dan Kim.
Naluriku bergerak dengan sendirinya ketika melihat Kim yang hendak melakukan kekerasan pada Dinda, dari yang pernah aku lihat mereka berdua, khususnya Dinda, perempuan itu ingin mengakhiri hubungan mereka, tetapi Kim tidak mau.
Dan entah dari mana datangnya ide itu, aku sampai mengenalkan diri kalau aku adalah kekasih Dinda pada Kim.
Tatapanku lurus menatap layar komputer yang menyala setelah kembali duduk di ruang kerjaku.
Apakah karena aku mengetahui keinginan Dinda yang ingin berpisah dari Kim, sedangkan Kim tidak ingin berpisah sehingga aku malah menyodorkan diri untuk menolong Dinda?
Untuk apa aku menolong Dinda? Kenapa aku malah jadi mempersulit hidupku sendiri dengan cara masuk ke dalam hubungan asmara orang lain?
Untuk kedua kalinya tanganku mengusap wajah. Lalu menopang dagu. Berpikir Matthew, berpikir.
Ibu jariku malah bergerak mengusap bibir yang tadi melumat bibir perempuan yang tidak begitu aku kenal.
Rasanya manis, akhhh....•••
Akhirnya pekerjaanku selesai juga, kedua tanganku bergerak ke atas kepala melakukan peregangan tubuh setelah duduk selama beberapa jam lamanya.
Siang tadi aku sengaja menyibukkan diri menyelesaikan penelitian agar tidak memikirkannya dan sekarang otak ini kembali memikirkan Dinda begitu pekerjaan selesai.
Tanganku bergerak menopang kepala dan kedua kakiku merentang ke depan.
Apa yang sedang di pikirkan Dinda setelah aku menciumnya ya?
Apakah dia marah dengan tindakanku itu?Tubuhku bergerak dengan punggung menegak lalu melirik pergelangan tangan.
Sudah pukul tujuh malam, ternyata waktu berjalan cepat.•••
Aku memutuskan untuk mampir ke kafe padahal bukan jadwalku untuk ke sini.
Setelah memarkirkan motor aku berjalan pelan, aku meringis ketika mataku bertatapan dengan perempuan yang bibirnya sudah aku lumat tanpa meminta ijin beberapa jam yang lalu.
Dinda tersenyum, tapi senyumannya lebih tepat seperti ringisan ngeri melihatku, perempuan itu bersama temannya.
"Eh pas banget ketemu Matthew" Sapa teman Dinda sambil melambaikan tangannya ke arahku.
"Kok jadi sering ke sini? Padahal dulu-dulu palingan cuma seminggu dua kali" Teman Dinda masih berkata-kata begitu mereka berdua berjalan mendekat.
"Kerjaan menyita pikiran dan sekarang saya mau minum kopi aja, bukan untuk bekerja sambilan" Aku mengusap tengkuk, lalu merutuk, kenapa malah menjelaskan hal yang tidak penting pada mereka.
Teman Dinda berhenti melangkah dengan tangan menarik lengan Dinda untuk ikutan berhenti.
"Ngomong gih" Kata teman Dinda dengan mata sekilas mengarah padaku.
Aku yang berniat masuk ke dalam kafe jadi mengurungkan niat karena teman Dinda tiba-tiba menarik pergelangan tanganku.
Mataku melihat ke arah tangannya.
"Ada apa?" Tanyaku bingung.
"Nggak, gak ada apa-apa, lepasin tangannya Rat" Dinda akhirnya mengeluarkan suara.
"Ehh, sejak kapan gue narik tangannya? Ihh, nih tangan nakal, nakal, nakal" Teman Dinda melepaskan pergelangan tanganku lalu menepuk-nepuk tangannya sendiri sambil terkekeh dan memperlihatkan cengiran lebar padaku.
"Kenapa elu gak ngomong aja sekarang? Mumpung ketemu sama orangnya" Ucap teman Dinda.
"Gak, ngapain sih lu, permisi" Dinda melewati tubuhku masuk ke dalam kafe tanpa menoleh padaku.
"Hehehe... ntar yak, mau saya bujuk dulu, jangan pulang duluan yak, awas lu" Teman Dinda menyusul Dinda setelah mencolek lenganku dan meninggalkan aku sendiri dalam keadaan bingung.
Kenapa mereka ya?
Tbc
mau minta kopi gratisan kali mas math 😅
26/8/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Fails
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2/7/23 - 11/12/23