31. hasil akhir nasib kim

1.1K 228 81
                                    

mas math: "ndoyong jgn kau pergiiii, elu blm bonyok, tante blm puas klo elu cuma di panggil hrd doang"
tante: "makasih mas math udah mewakilkan isi ampela tante" 🫰🏼😄

Matthew POV

"Matthew" Dinda menyambutku ketika aku baru saja menutup pintu ruangan HRD setelah beberapa menit di dalam sana.

"Kenapa? Ada apa? Kenapa kamu di panggil HRD?" Pertanyaan beruntun keluar dari mulutnya tidak lama kemudian.

Cepat sekali kabar berita yang berhembus sampai Dinda pun mendengar kabar aku di panggil oleh HRD.

Aku tersenyum pada Dinda dengan tangan mengulur dan menautkan telapak tangan kami.
Wajah Dinda yang awalnya sedikit cemas berangsur tenang. Aku meremas telapak tangannya lembut.

"Iya, kenapa mas Math? Elu di panggil HRD bukan karena ikut-ikutan aksi celap-celup bareng mereka, kan?"
Aku sampai menoleh ke samping karena tidak menyadari kehadiran Ratna, bukan, bukan karena pertanyaannya tetapi karena tangan Ratna membelit lenganku erat.
Mataku mengarah pada belitan tangannya selama beberapa detik lamanya.

"Ihh... kenapa sih liatinnya sampe begitu? Gak pernah liat orang gandengan tangan? Iya?!" Tanya Ratna sambil tersenyum lebar.

"Tangan kanan aja gandengan tangan Dinda masa tangan kiri gak ngapa-ngapain, kan kasian di anggurin" Lanjutnya memberi alasan.

Tidak seperti biasanya, aku membiarkan Ratna menyentuhku untuk kali ini saja karena aku yakin Ratna tidak akan melakukan hal lebih dari sekedar menyentuhku seperti ini, tidak seperti apa yang di lakukan oleh perempuan gila berambut bergelombang itu.

"Ya ampun mas Math kenapa tiba-tiba bergidik? Abis ngeliat setan ya?" Ratna mengusap lenganku karena menyadari gelagatku yang tiba-tiba bergidik ngeri membayangkan kejadian di tangga darurat.

"Kamu gak marah Ratna begini?" Tanyaku sambil memperlihatkan belitan tangan Ratna di lenganku pada Dinda. Tidak menanggapi pertanyaan Ratna karena sebenarnya aku ingin menghapus memori soal kejadian yang sangat tidak ingin aku ingat lagi.

"Nggak, ngapain marah, Ratna gak mungkin ngelakuin hal lain kaya si tibogel itu"

Aku tersenyum mendengar jawaban Dinda, tangan kananku melepas tautan telapak tangan kami lalu menarik pundak Dinda dan mengecup keningnya.

"Giliran saya mas Math" Tarikan ujung kaus lengan pendekku terasa, Ratna mengerucutkan bibirnya dengan pandangan mata memelas.

Aku terkekeh.

"Kalian gak kerja? Ini kan jam kerja, atasan kalian gak nyariin kalian?" Tanyaku sambil melangkah di ikuti Dinda dan Ratna.

"Ih, mas Math lupa ya? Atasan kita kan jadi tersangka utama dalam kasus sinetron 'azab orang yang sering celap-celup di tangga darurat'" Ratna yang menjawab pertanyaanku.

Aku menoleh ke arah Dinda yang sedari tadi hanya diam saja.

"Kamu kenapa diam aja?" Tanyaku.

"Dinda masih shock kali mas Math karena dengar elu di panggil HRD, kenapa sih? Ada apaan? Ada hubungannya sama Ndoyong - Tibogel?" Tanya Ratna.

Aku mengangguk dengan ringisan di wajah.

"Ha? Beneran? Tapi di panggil bukan karena ikut serta celap-celup si tibogel itu, kan? Awas aja kalau iya, gak akan gue relakan Dinda pacaran sama elu, tapi sebelumnya bakalan gue bikin dua telur elu pecah biar gak bisa di pake sela..."

"Ratna, serem bener omongan elu" Dinda memotong perkataan Ratna yang terdengar sebagai mimpi buruk para semua lelaki di muka bumi ini.

Ratna kembali membelit lenganku karena sebelumnya dia lepas untuk memperagakan memecahkan dua telur milikku secara dramatis.

Mission Fails Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang