Lucas Alstroemeria, Pangeran sekaligus penerus takhta Kerajaan Alstroemeria sedang menatap tajam wanita yang ada di hadapannya. Kemudian ia melangkah mendekati wanita itu dan berbisik di telinganya.
"Annastasia Delphinium, kau kan pemilik pedang hit...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah mengetahui bahwa aku terlahir dengan kutukan Pangeran Kegelapan, Ayah selalu berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja, mendengar itu aku pun hanya tersenyum dan mengangguk. Namun sejujurnya aku tak bisa merasa baik-baik saja, bagaimana bisa aku baik-baik saja ketika malam blue moon tiba aku tidak tahu apa yang di lakukan oleh tubuhku sendiri.
Saat pertama kalinya aku melihat pedang hitam yang dihadiahkan oleh Kakak berlumuran darah yang sudah mengering sekujur tubuhku merinding, seketika aku takut pada diriku sendiri. Aku menatap tangan mungilku dengan gemetar, mempertanyakan apa yang sudah aku lakukan selama ini. Dan kala itu untuk pertama kalinya Ayah dan Mama memberitahuku apa yang sebenarnya dilakukan oleh tubuhku dimalam mengerikan itu. Padahal selama itu aku mengira aku hanya tidur dan bermimpi lebih panjang, namun nyatanya di malam itu aku menjadi seorang pembunuh.
Berulang kali kucoba untuk tetap tersadar ketika malam blue moon tiba, namun itu sia-sia, karena setiap bulan berwarna biru tua itu muncul dengan cepat kesadaranku menghilang. Saat aku tersadar aku berada dalam mimpi, aku hanya bermimpi panjang dan terkadang mimpi yang mengerikan. Semakin tumbuh dewasa aku semakin sadar bahwa mimpi yang selalu aku lihat ini bukan hanya sekedar bunga tidur, namun ini adalah sebuah ingatan. Ingatan yang terbawa oleh kutukan yang bersarang di dalam tubuhku.
"Kau bukanlah Pangeran!! kau hanya anak dari seorang selir yang tidak jelas asal-usulnya!!" Ucap seorang anak kecil yang memaki temannya yang hanya diam tertunduk.
Ahh sepertinya kali ini aku masuk ke dalam ingatannya ketika dia masih kecil, pikir Annastasia yang tersadar dalam mimpi setelah beberapa detik yang lalu dia sedang bersama dengan Elena di kamarnya.
"Tidak akan ada yang mau berteman dengan anak dari perempuan pemilik ruh kegelapan sepertimu!! menjijikkan!! mengerikan!! pergi kau dasar monster!!" Teriak anak lainnya pada anak laki-laki itu sambil mendorongnya menjauh dari mereka.
Anak laki-laki itu hanya terdiam pasrah mendengar makian dan teriakan dari teman seusianya. Padahal dia adalah seorang Pangeran dengan rambut dan bola mata yang berwarna hitam legam. Saat Pangeran kecil itu mendengar makian, ia hanya mengepal kuat kedua tangannya menahan tangis, namun akhirnya mata kecilnya tak lagi cukup menampung genangan air mata. Dengan segera ia berlari pergi dengan air mata yang tumpah pada pipi tirusnya. "Se.. Seharusnya Ratu tidak memiliki belas kasih pada anak sepertiku, seharusnya Ratu membiarkan aku mati bersama dengan ibuku yang pengkhianat itu. Sehingga aku tidak mengalami rasa sakit seperti ini!! hiks..hiks.."
Setelah ia berlari akhirnya Pangeran kecil itu hanya diam di depan kolam ikan menatap dirinya dari pantulan air yang keruh. "Ini salahku karena terlahir dengan kekuatan mengerikan ini, seharusnya ibu tidak menurunkan kekuatan berwarna hitam gelap seperti ini. Seharusnya Ratu tidak menolongku."
"Kau sedang berbicara dengan siapa?" Dari belakang terdengar suara anak perempuan yang terdengar empuk dan lembut.
"Ti--dak bukan siapa-siapa." Jawab Pangeran kecil itu cepat dengan terkejut, lalu tanpa melihat ke arah anak perempuan itu, ia kembali berlari menjauhi semua orang.