XVIII. The Suffering

13 3 0
                                    

Lucas berjalan cepat di koridor menuju kamarnya dengan perasaan kesal setelah menuruti keinginan Annastasia untuk berdansa dengan semua kandidat Putri Mahkota. "Sial! bagaimana bisa aku mengikutinya hanya demi nama panggilan? aku tidak percaya, aku bisa melakukan hal menjijikkan seperti ini." Gumamnya setelah mengingat semua tingkahnya di pesta dansa. Ia yakin saat ini semua orang terkejut dan membicarakannya, lalu mereka yang menginginkan kekuasaan dapat tidur dengan nyenyak, karena berpikir mereka memiliki kesempatan. 

Lucas melepas jas hitamnya dengan kasar, menyisakan kemeja putih yang ia buka kancing bagian atasnya. Segera ia mencuci tangannya berkali-kali karena merasa jijik setelah bersentuhan dengan semua calon tunangannya. 

Perasaan kesal mulai meledak setelah susah payah ia tahan di pesta dansa. Giginya bergemeletuk dalam kemarahan, setelah teringat dengan senyuman merekah Nona Darolyn saat berdansa dengannya. "Pada akhirnya kau akan menjadi milikku Pangeran Lucas."  begitu kata Nona Daroly yang terus terngiang di telinganya. "Sialan!!  Wanita sombong itu memperburuk suasana hatiku." Keluhnya dan membuatnya semakin marah. 

"Tidak kendalikan dirimu Lucas!"  Katanya lagi pada dirinya sendiri setelah sadar. Kemudian Lucas duduk di ranjangnya, memejamkan mata dan menarik napas panjang. Mencoba untuk menjernihkan pikirannya.

"Sepertinya Pangeranku ini bersenang-senang setelah di tinggal olehku beberapa hari ini." Suara berat yang datang dari dekat jendela kamar Lucas. Suara yang membuat Lucas tersentak dan membuat bulu kuduknya seketika itu juga berdiri.

Suara pria itu seperti kilatan petir yang datang mendahului sebelum badai. Bagaikan panah yang menghunjam ke seluruh tubuhnya, dan suara berat yang menenggelamkan rasionalitas pikirannya. Jika di tanya apa yang paling Lucas takuti, maka jawabannya bukan medan pertempuran, tapi pria bertumbuh tinggi kurus yang ada di hadapannya saat ini. Arwah dari Pangeran Kegelapan yang merupakan Pangeran kedua dari Raja Caesar. Dia adalah jiwa tanpa tubuh yang ikut merasuki tubuh Lucas bersamaan dengan kutukan yang ia buat untuk cucunya sendiri.

Lucas perlahan - lahan membuka matanya dan menoleh ke arahnya. "Kau kembali?" 

Pangeran Kegelapan itu terkekeh. Suara tawanya sungguh mengerikan, membuat Lucas merasa sesak, rasanya seperti pria itu meremas lehernya. "Tentu saja aku kembali, bagaimana mungkin aku meninggalkan cucuku yang tampan ini dan --- membuat hidupmu bahagia?"

"Kau sudah membuat hidupku menderita." Kata Lucas dengan keberanian yang ia kumpulkan. Walau ketakutan terbesar Lucas adalah jiwa tidak bertubuh ini, namun ia tidak berniat untuk menunjukkannya. Ia berusaha untuk melawan rasa takutnya dan mengendalikan dirinya, karena jika Lucas lengah maka jiwa Pangeran Kegelapan ini akan melahap jiwanya dan mengambil alih tubuhnya.

"Kau benar." Jawabnya sambil terkekeh senang, lalu ia kembali berkata sambil berbisik di telinga Lucas. "Tapi ini belum cukup! Aku akan membuatmu lebih menderita hingga akhirnya membuatmu menyerahkan tubuhmu dengan suka rela sebagai wadah untuk jiwaku ini."

"Tidak! aku tidak akan pernah melakukan itu." Timpal Lucas dengan mata tajamnya menatap wajah Pangeran kegelapan yang tembus pandang.

"Kita lihat saja nanti, perlahan-lahan aku akan membunuh orang-orang yang ada di sisimu." Katanya sambil menyesap sebuah cerutu yang ia ambil dari saku jubahnya, kemudian melanjutkan. "Aku akan menyelapkan satu-persatu orang yang ada di hatimu dengan tanganmu sendiri hingga membuatmu merasa mati adalah pilihan yang terbaik. Dan saat itu, aku pastikan kau akan datang padaku dan menyerahkan jiwamu padaku."  

"Tidak!!" Teriak Lucas sambil meremas rambutnya dengan tangan yang gemetar hebat. "A--ku ti--dak akan membiarkan hal itu terjadi!" Lucas berkata dengan dada yang terasa sangat sakit, jantungnya seperti akan meledak membayangkan apa yang di ucapkan Pangeran Kegelapan itu benar-benar terjadi. 

BLUE MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang