Happy reading
"Bang Elang?"Nara menatap pria didepannya dengan pandangan kosong.
Nara bingung bagaimana cara mengekspresikan perasaannya sekarang.Rasa senang,sedih,kecewa, bercampur menjadi satu.
"N-nara,abang bisa jelasin semua ini."Elang mengepalkan tangannya,mengapa mereka harus bertemu disaat ia seperti ini?Apakah takdir tengah mempermainkannya?
Nara tertawa hambar."Ah,seharusnya dari dulu aku sadar,kalo bang Elang udah kerja sama Rion,itu berarti pekerjaannya juga kayak gini.Iya,kan?"
"Maaf."satu kata yang dilontarkan oleh Elang membuat Nara tak dapat lagi menahan air matanya.
"Kenapa?Kenapa abang pura-pura mati,hah!?Abang sengaja buat aku jadi orang gila!?"sentak Nara dengan air mata yang mengalir deras.
"Bukan gitu,tolong dengerin penjelasan ku,please."Elang menatap Nara sendu,hatinya berdenyut nyeri mendengar ucapan Nara tadi.
Nara mengatur napasnya perlahan,mau bagaimana pun ia tidak boleh bersikap kekanak-kanakan.Nara yakin,Elang pasti mempunyai alasan tersendiri.
"Abang ngerti,gak sih?Gimana rasanya waktu itu aku tau,kalo bang Elang udah gak ada? Rasanya,"Nara menunduk, mencengkram erat dadanya yang terasa ngilu.
"Maaf.Maafiin Abang,"lirih Elang dengan mata yang berkaca-kaca,jujur saja baru kali ini ia melihat Vira seperti ini didepannya.Dan itu berhasil membuatnya merasa sangat bersalah,ya,dirinya memang harus disalahkan.
"Gak mau peluk,gitu?"tanya Nara dengan suara serak.
Elang tertegun,bagaimana bisa ia memeluk adik kecilnya dalam kondisi baju yang penuh darah?
Nara yang menyadari pikiran Elang pun tanpa basa-basi langsung memeluk tubuh kakaknya itu erat.Menumpahkan air mata penuh kerinduan yang selama ini ia pendam sendiri.Nara tak perduli dengan kondisi baju Elang yang penuh darah,walau ia sedikit terganggu dengan bau anyir yang menusuk indera penciumannya.Perlahan tangan kekar Elang membalas pelukan Nara dengan tak kalah erat.Nara tersenyum kecil,saat merasa ada sesuatu yang membuat bahunya menjadi basah.
"Ayo,abang jelasin di tempat lain."ajak Elang.
Nara mengangguk dan melirik kulit-kulit manusia itu sekilas,ini benar-benar mengerikan!Meskipun ia dulu sering melihat film bergenre psikopat,bukan berarti ia tidak akan takut jika melihat yang asli dengan mata kepalanya sendiri.
*****
Saat ini Elang dan Nara sudah berada di sebuah ruangan yang berada di lantai empat.Sepertinya ini kamar Elang,pikir Nara.Elang juga sudah mengganti pakaiannya.
"Apa alasan bang Elang hilang waktu itu?"tanya Nara.
"Waktu itu,musuh Rion nyerang markas kita besar-besaran.Dan yang pasti,Abang gak sempat buat hubungi kamu.Terus waktu itu Abang juga kena beberapa tembakan,dan kondisi Abang bener-bener lemah."jelas Elang.
"Tembak?Abang kena tembak!?"
Elang mengangguk,lalu menyingkap kaosnya.Nara bisa melihat 3 luka tembakan di bagian bahu, perut,dan juga lengan.
"Ah,apa sekarang masih sakit?"
"Enggak kok.Udah gak sakit lagi."Elang tersenyum tipis.
"Terus,kenapa bang Elang memalsukan kematian?"tanya Nara.
Elang menghembuskan napasnya."Kelemahan Abang dan Rion itu sama,yaitu kamu.Abang tau waktu itu kamu benar-benar ingin bertemu sama abang,tapi karena kondisi abang yang penuh luka,terus juga keadaan markas yang belum stabil.Jadinya Abang milih buat memalsukan kematian Abang.Ya,Abang tau ini memang konyol.Tapi,abang gak mau kamu jadi incaran musuh.Dan,abang juga gak mau kamu ngeliat abang dalam kondisi terluka.Ah,tapi sekarang malah ketemu dalam kondisi kayak gini."Elang tersenyum pahit,entah Nara akan memahami nya atau tidak,Elang tetap akan berusaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Vira [END]
Science FictionHi guys. Ini cerita kedua saya^^ (Buat kalian yang gasuka Red flag,kalian bisa langsung tinggalin lapak ini ya☺️Kalo kalian gasuka,gaperlu komen-komen,KALIAN LANGSUNG AJA TINGGALIN LAPAK INI.Terimakasih.) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Savira aquilla.seor...