BERKATA KASAR

1.4K 174 5
                                    

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Jangan lupa vote dan komennya :)

Dipastikan sudah shalat

Instagram: @wattpad_Ilustrasi
Tiktok: @Ilustrasi

- Happy Reading -


Suara seperti orang mengetok pintu terdengar dari luar pintu kamar Hafiza. Jam dinding sudah menunjukkan pukul empat sore.

"Kak Hafiza, disuruh bang Arfa turun kebawah," ucapnya seperti terdengar suara Hafiza.

"Iya," balas Hafiza tengah beberes kamarnya sendiri. Kemudian, mempercepat kegiatannya dan segera turun kebawah.

☆☆☆

Semua keluarga berkumpul diruang keluarga termasuk Hafiza. Ia menatap abangnya Arfa yang tengah menatapnya juga. Hafiza seperti di Interogasi posisinya sekarang, duduk ditengah tengah berhadapan dengan Arfa. Saudaranya semua berkumpul berdiri disamping Arfa dan Hafiza.

"Kamu tau peraturan nomor tiga?" Tanya Arfa dingin tangan menyingkap kedepan.

Tatapan Hafiza masih menatap abangnya tanpa rasa takut, "tau."

"Apa?" Singkat Arfa bertanya tatapan seperti mengintimidasi

Hafiza menghela napas pelan, "Jika diantara kalian ada yang berkata kasar. Hukumannya menghafalkan Juz amma minimal paling sedikit lima surah. Abang yang akan memilihkan surahnya."

"Tau, kesalahanmu apa?" Tanya bang Arfa membuat Hafiza menggeleng pelan, ia masih belum mengerti dengan ini semua.

Arfa spontan menggebrak meja dengan keras hingga membuat adik adiknya berada disana tersentak kaget. "Gak tau?!" Tanya Arfa penuh penekanan, mata berubah melotot.

"Haseena!" Pekik Arfa nembuat Haseena gelagapan memberikan ponsel yang dipegangnya.

"Nyalakan videonya!" Perintah Arfa, raut wajahnya berubah menjadi horor untuk ditatap. Haseena segera menghidupkan videonya dan menunjukkan ke Hafiza.

Didalam video, terlihat jelas Hafiza berantem dengan teman sekelasnya Lira. Dipertengahan video, terdengar jelas ia mengeluarkan kata kata tidak baik. Hal itu membuat Arfa marah dengan adiknya ini.

"Siapa yang mengajarkan kamu berkata kasar seperti ini?! Siapa?!"

Hafiza menoleh mengarah adiknya Haseena yang tengah menatapnya juga.
"Maaf kak," kata Haseena lirih merasa bersalah, karena videonya berada diponsel adiknya Haseena.

"Hafiza!" Sentak Arfa hingga membuat adik adik perempuannya yang berada disana kaget.

"Gak ada bang, Hafiza gak sengaja mengeluarkan kata kata itu bang, itu Hafiza gak berkata kasar, cuma bilang goblok," ucap Hafiza membela diri.

Arfa menghela nafas, "Cuma katamu? Itu sama aja, kata kata tidak baik Hafiza. Kamu mengatakan teman kamu bodoh dalam keadaan marah. Itu termasuk kekerasan verbal Hafiza."

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah." (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela." (QS. Al Humazah 104 : ayat 1)

"Kamu mikirin gak, kata kata kamu itu bisa nyakitin hati temen kamu juga." Arfa sedari tadi mengomel hingga mengeluarkan Hadiz dan surah Al Qur'an tentang berkata kasar.

"Iya bang maaf, Hafiza gak terima aja, hijab Hafiza ditarik makanya gak sengaja mengeluarkan kata itu," Jelas Hafiza mencoba membela diri, karena kebenarannya memang begitu. Mungkin, jika Lira teman menyebalkan itu tidak memamcing Hafiza tidak akan terjadi seperti ini.

"Lebih baik kalau emosi gunakan mulutnya untuk istighfar biar tenang. Jangan pakai kekerasan, iya abang tau kamu disini mencoba membantu adik kelasmu yang dibully dan kamu juga tidak suka hijab kamu ditarik. Perempuan muslimah mana sih, yang gak terima kalau hijabnya ditarik begitu saja. Tapi, tetep ingat, jangan pakai kekerasan, kakak kamu kan yang jadi korban nya. Lain kali jangan begini lagi, diomongi baik baik jangan sampai setan menguasai dirimu," Jelas Arfa memberikan nasihat adiknya dengan lembut. Sebenarnya, Arfa tidak marah, dia hanya tegas soal agama demi kebaikan adik adiknya.

Arfa menatap mengarah adik adiknya, "Ini peringatan buat kalian juga, bukan untuk Hafiza saja," ucap Arfa.

"Baik bang," balas kompak adik adiknya.

"Iya bang, Hafiza sekali lagi minta maaf." Hafiza menyesal telah berperilaku seperti kemarin saat di sekolah.

"Minta maaf ke Allah SWT. Dah sekarang kalian semua boleh bersiap siap untuk salat magrib. Hafiza selesai salat magrib ke abang setoran surah, ok." Arfa langsung beranjak dari tempat duduknya, kembali ke kamar untuk bersiap siap. Diikuti kedua adiknya kembali ketempatnya, menyisakan Haseena masih berada di tempat itu.

Haseena memegang kedua tangan kakaknya Hafiza, Haseena memasang wajah memelas, merasa bersalah. Hafiza senyum kecil, salah satu tangannya memegang pergelangan tangan adiknya.

"Gapapa, kamu gak salah kok," ucap Hafiza mengeluas pergelangan tangan Haseena.

"Haseena lupa ngapus videonya, eh tiba tiba abang ngecek handphone Haseena."

"Gapapa Haseena, udah, ayo wudhu sekalian nunggu adzan magrib."

☆☆☆

Selesai melaksanakan salat magrib Hafiza mulai menyetor surah pilihan abangnya, dilanjut semua adik adiknya ikut menghafalkan surah surah Al Qura'an. Anggap saja ini bukan hukuman, karena sebagai seorang muslim memang harus meluangkan waktu untuk membaca Al Qur'an dan mengamalkan nya.

"Bang, boleh ngapalin surah itu lagi gak? Hafiza belum hafal surah itu," jujur Hafiza meminta izin abangnya, karena memang gak semua surah dia hafal.

"Yaudah, kamu hafalin nanti malam setor surah lagi. Sekarang, kalian boleh makan dulu, terus salat isak," Kata Arfa memaklumi adiknya lalu memperbolehkan adik adiknya untuk makan terlebih dahulu. Mereka semua memberesi alat alat salatnya lalu turun kebawah untuk makan.

Huriyah bersama adik adiknya di dapur sudah menyiapkan makanannya dimeja dan sudah rapi. Suara langkah kaki menuruni anak tangga berjalan menuju dapur.

"Udah siap dek?" Tanya Arfa, sedangkan Arkaan langsung menduduki kursi meja makan.

"Udah bang," jawab Huriyah disenyumin abangnya, baru, Arfa menduduki kursinya.

Piring Arkaan sudah dipenuhi nasi tinggal mengambil lauknya.

"Yaudah, kalian duduk, makan," titah Arfa diangguki Haseena, Hafiza, Huriyah.

Arfa menoleh mengarah kembaran nya, "Enak ya, tinggal makan, piringku aja masih kosong, sedangkan anda sudah full," ucap Arfa mengguyoni kembaran nya, Arkaan memutar bola mata malas lalu menarik piring kosong Arfa.

"Halah, bilang aja minta diambilin, nih gue ambilin." Arkaan mengedumel sembari mengambil lauk untuk saudara kembarnya.

"Gak sih, tapi kalau lo mau, it's ok," kekeh Arfa berhasil membuat kembarannya kesal. Disisi lain, adik adik perempuan yang menyaksikan mereka berdua ikut tertawa.

"It's ok, it's ok, untung abang sendiri," kesalnya memberikan piring Arfa yang sudah penuh dengan nasi sekaligus lauknya.

Kekeh Arfa menerima piringnya, "Thank's adik yang baik.

"Ya."

-Bersambung-

LauhulMahfudz [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang