Part 11

54 50 12
                                    

Zion baru sampai didepan kelasnya, ia menyembulkan kepalanya dipintu membuat Radit dan Farel yang melihatnya gregetan dan mendorong tubuh Zion sampai hampir nyungsep kelantai.

Untung kelasnya masih sepi. Zion menunjukan jari tengahnya kepada Radit dan Farel karena telah mendorongnya tadi.

"Greget gue, tinggal masuk kelas aja pake berulah," sungut Radit.

"Lo kaya gak tau modelan temen lo aja," kekeh Farel sambil merangkul Radit untuk melanjutkan jalan menuju kelasnya.

Zion menampakan cengiran bodohnya sembari berjalan kearah tempat duduknya yang disana sudah ada Naumi.

"Umi," sapanya yang hanya dilirik sekilas oleh Naumi.

"Umi," sapanya lagi sembari duduk disamping Naumi.

"Kenapa?" jawab Naumi yang membuat Zion heran. Heran karena tumben kali ini gak ngegas.

"Buat yang kemarin, maaf ya."

Naumi mengangguk. "Oh gpp sih, itukan fakta."

"Maafin ya... ya... yaa."

"Iya elah," balas Naumi sembari mendorong pelan bahu Zion agar tak terlalu dekat dengannya.

"Hehehe."

"Mii lo lagi gambar apasih?" tanya Zion yang melihat Naumi mencoret-coret buku dihadapannya.

"Siapa yang lagi gambar? Gue aja benci banget sama menggambar," jawab Naumi membuat Zion heran. Ada ya orang yang gak suka menggambar.

"Wah gue gak nyangka ada orang yang gak demen gambar," ujar Zion, Naumi hanya memutar bola matanya. Merasa malas dengan kelebayan Zion.

"Gue benci menggambar." Naumi menoleh kearah Zion. "Semenjak temen gue bilang kalau gambaran padi milik gue lebih cocok dibilang ceker ayam," lanjut Naumi dengan wajah kesalnya. Yang malah membuat Zion tertawa.

"Ketawa lo?!" Naumi menatap kesal kearah Zion yang masih asik tertawa.

Sesaat ia tertegun saat melihat tawa renyah milik Zion, dipikir-pikir selama mereka kenal Naumi sama sekali tak pernah melihat tawa Zion atau lebih tepatnya gak pernah merhatiin sih.

"Manis," batin Naumi tanpa sadar tersenyum tipis.

Ya Naumi akui jika Zion itu lumayan tampan dengan garis wajah dan rahang yang tegas, senyum manis yang memperlihatkan gigi gingsulnya dan jangan lupakan matanya yang ikut menghilang saat tersenyum. Tidak jauh beda dari Zian, hanya bedanya terletak pada pipi Zian yang menampakan dimplenya kala tersenyum.

Naumi menggeleng beberapa kali guna menyadarkan pikirannya yang malah mulai memikirkan Zion.

"Seburuk apa sih gambaran lo?" Perkataan Zion membuat Naumi kembali kesal.

"Buruk banget. Sampai-sampai nilai gue 75 mulu gak nambah-nambah," sungut Naumi membuat Zion kembali tertawa.

Naumi meletakan kasar alat tulisnya. "Dahlah gue jadi gak mood gara-gara lo."

Zion menghentikan tawanya. "Loh kok jadi gue sih, Mii?"

"Ya gara-gara lo bahas tentang gambar menggambar buat gue jadi gak mood," balas Naumi yang kini beralih memainkan ponselnya.

"Iya-iya emang gue selalu salah dimata lo." Zion menghela napas pelan. "Lain kali gue pindah ajalah kehidung lo, atau gak kehati lo aja gimana?" lanjutnya yang sudah tak digubris oleh Naumi. Gadis itu sudah sibuk dengan ponselnya.

Zion mendengus karena tidak digubris oleh Naumi, ia mencondongkan tubuhnya mendekat kearah Naumi. Matanya ikut melihat apa yang sedang Naumi tonton.

"Gue kira tontonan lo drakor, eh gak taunya malah india," celetuk Zion yang melihat Naumi asik menonton serial JodhaAkbar diponselnya.

ZioNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang