Part 17

31 23 4
                                    

Zian menuruni anak tangga dengan pakaian santainya. Celana jeans panjang, kaos putih oblong dilapisi  kemeja lengan panjang yang ia lipat sampai siku.

"Mah Zian pergi dulu, ada urusan," pamitnya kepada Zora yang sedang nonton tv diruang tengah.

"Mau kemana?"

Zian tersenyum. "Ada deh."

Cup

Zian beranjak menyambar kunci mobilnya yang berada dinakas dekat tv, lalu berjalan keluar setelah mengecup singkat pipi Zora.

Zora menggelengkan kepalanya melihat Zian yang berjalan keluar rumah dengan riang. Sepertinya putranya itu sedang bahagia.

Zion yang sudah siap dengan pakaian serba hitamnya, juga ikut beranjak.

"Mah, Zion juga pergi dulu ada urusan," teriak Zion membuat Zora menatap putra keduanya itu dengan heran.

Bukan, bukan karena Zion yang pergi tiba-tiba tapi karena pakaian Zion yang serba hitam. Jeans hitam, hodie hitam, topi hitam, kacamata hitam dan masker hitam.

Melihat mobil Zian yang mulai berjalan Zion dengan segera berjalan kesamping rumahnya. Ia menaiki KLX milik tetangganya yang sudah terparkir. Zion sengaja meminjam motor tetangganya Agar Zian tidak curiga saat ia mengikutinya.

Zion menyalakan mesin motornya—ralat motor tetangganya. Perlahan ia mengikuti kearah mana mobil Zian.

Sebenarnya Zion udah prepare dari kemarin, saat ia mendengar percakanpan Zian dengan seseorang lewat telepon. Berbekal rasa penasarannya yang tinggi, Zion memutuskan untuk memata-matai kembarannya. Sampai dibela-belain minjem motor tetangganya.

Ia hanya ingin tau siapa orang yang akan ditemui kembarannya.

Zion menghentikan motornya saat mobil Zian berhenti tak jauh darinya.

Mobil Zian berhenti disalah satu taman yang tak jauh dari kompleknya. Dapat Zion lihat, Zian keluar dari mobilnya dan berjalan memasuki taman.

Setelah memastikan keadaan sekitar aman. Ia memakai kacamatanya dan berjalan mengikuti Zian dengan jarak lumayan jauh.

Dari tempatnya dapat ia lihat Zian berjalan mendekati seorang gadis yang sudah duduk menunggunya dikursi taman.

Zion melepas kacamatanya. Matanya menyipit saat melihat siapa gadis yang ditemui Zian.

"Zian!"

Gadia itu melambai dengan senyuman lebarnya kepada Zian yang berjalan kearahnya.

"Nom!" Zian balas melambai kearah sang gadis sembari mendekat.

Naumi, orang yang Zian temui itu Naumi.

"Udah gue duga," gumamnya masih fokus memperhatikan Zian bersama Naumi.

Kini keduanya sudah sama-sama duduk dikursi taman. Bisa ia lihat Naumi kini memasang wajah kesal sembari menabok bahu Zian. Sepertinya ada perkataan Zian yang membuat gadis itu kesal. Sedang Zian ia hanya terkekeh melihat tingkah Naumi.

Zion yang melihat interaksi keduanya entah kenapa merasa kesal. "Harusnya tadi gue bawa es batu. Tapi ini yang panas hati gue!"

Zion berjalan kedepan dan bersembunyi didekat semak-semak yang letaknya tak jauh dari Naumi dan juga Zian.

Kini Zian dan Naumi sudah kembali bercengkrama sesekali keduanya saling melempar tawa. Namun sayang Zion tak dapat mendengar apa yang dikatakan keduanya.

Mata Zion menyipit saat Zian merogoh saku celananya dan memberikan kotak berukuran kecil kepada Naumi yang disambut cepat oleh gadis itu.

Dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, Naumi membuka kotak tersebut. Ia mengangkat isinya, ternyata itu sebuah liontin berwarna perak dengan bandul berinisial huruf 'N'.

Mata Naumi berbinar melihatnya. Lalu ia kembali memasukan liontin tersebut kedalam kotak sebelum akhirnya ia masukkan kedalam sling bag miliknya.

"Cih, apaan? Gue juga bisa beliin dia kaya gitu. Sama tokonya kalau perlu," sungut Zion.

Sekarang pikiran Zion dipenubi tanda tanya. Sebenarnya ada apa mereka berdua? Apakah keduanya balikan? Interaksi keduanya yang tiba-tiba akrab kembali membuat Zion menerka-nerka

"Apa-apaan?!" Rahang Zion mengeras saat melihat Zian menarik tubuh Naumi mendekat kearahnya. Tangan kanannya merangkul pundak Naumi. Gadis itu terlihat kebingungan sebelum akhrinya terkekeh.

Zion yang melihat itu makin jadi lah. Ia tidak menyangka adegan yang ia lihat. Ingin sekali Zion mendekat dan membogem kembarannya. Namun kembali pada realita, dia bukan siapa-siapanya Naumi.

Pupil matanya kembali melebar, saat melihat Zian mencium pipi kiri Naumi. Setidaknya itu yang ia simpulkan.

"Bangsat!" umpatnya. Ia merasa sangat kesal saat ini, ditambah lagi daritadi dia digigitin semut.

Tidak ingin melihat sesuatu yang membuatnya semakin emosi, Zion beranjak dan pergi meninggalkan taman.

Bukk

Zion menendang badan motor cukup keras sampai mengakibatkan bunyi bising. Agaknya dia lupa bahwa itu bukan motornya.

"Ah, sial!" Ia kembali mengumpat saat mengingat kejadian tadi.

Satu yang ia simpulkan, Zian dan Naumi balikan.

Dengan perasaan kesal, Zion menaiki motornya dan menjalankannya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Dah segini dulu. See you tomorrow....

ZioNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang