Brakk.
Naura mendudukan dirinya dengan kasar, membuat atensi Naumi dan para orang dikantin tertuju kearahnya.
"Kenapa lo, Ra?" tanya Devi yang kini duduk disamping Naumi, ia menatap heran kearah Naura.
"Gak ada!" jawabnya sedikit sensi sembari merebut es teh Naumi dengan kasar.
Ketiganya duduk bersama disalah satu meja kantin sedang disebelah diisi oleh Zion dan beserta Farel dan Radit.
Naumi memincingkan matanya, melihat raut wajah Naura yang kini sudah beralih memakan cilok dengan bar-bar sampai mulutnya penuh.
"Ra lo—" Echa yang baru datang dengan sepiring batagor mengurungkan niatnya untuk bertanya kala Naura dengan cepat menyaut batagornya dan menyantapnya tanpa permisi.
Echa tentu saja dongkol. Dia udah lama ngantri demi sepiring batagor, tapi apa? Batagornya malah ditikung sahabatnya.
"Duduk!" titah Devi kepada Echa yang akan melayangkan protes kepada Naura barusan.
Echa memutar bola matanya sembari duduk disebelah Naura. "Kenapa sih dia?" tanyanya pelan yang hanya dibalas gelengan oleh Devi.
"Gak sekalian tusuknya lo makan?!" sarkas Echa saat Naura beralih memakan sate milik Devi dengan cepat.
Sedang Naura hanya melirik sekilas tanpa menjawabnya.
"Itu kenapa sih?" bisik Zion kepada Farel.
"Bad mood paling," jawabnya tak kalah pelan.
"Cewek kalau lagi mood swing serem ya," celetuk Radit ikut berbisik.
"Sttt ntar cewek lo denger ikut ngambek doi," timpal Farel.
Itu percakapan para cowok yang berada dimeja sebelah.
"Ra!" Naura menoleh kesumber suara disana ada Zian yang sedang berbincang dengan Citra.
Oh ternyata Zian memanggil Citra, sungguh bodoh Naura karena tadi ia sempat mengira bahwa panggilan itu untuknya.
"Ini kotak bekalnya. Makasih ya." Zian menyerahkan kotak bekal yang sudah kosong kepada Citra.
Citra tersenyum. "Sama-sama."
Naumi menoleh kearah Naura dan Zian secara bergantian. Sekarang dia tau penyebab sepupunya yang sedaritadi sesumbar. Sebenernya moodnya sama dengannya, sama-sama sedang tidak baik.
"Yaudah gue pergi dulu ya," kata Zian kepada Citra.
"Iya, semangat rapatnya," balas Citra yang diangguki Zian.
Baru beberapa langkah, Zian kembali berbalik. "Oh iya, Naura." Dengan malas Naura menoleh.
"Jangan lupa bentar lagi rapat osis," lanjutnya lalu berjalan keluar dari area kantin.
Naura berdecak. "Rapat, rapat, rapat terus." Naura meminum es jeruk miliknya—ah tepatnya milik Devi.
Brakk.
Naura bangkit dari duduknya dengan kasar lalu pergi menyusul Zian.
"Oh jadi ini alasan Naura rada bete," celetuk Devi.
"Simingit yi ripitnyi," timpal Echa meniru perkataan Citra.
"Eh, tapi kenapa Naura yang kesel?" Devi dan Echa menoleh kearah Naumi yang sedaritadi hanya diam.
Sedangkan dimeja sebelah para cowok masih asik bisik-bisik sesekali melirik kemeja sebelahnya.
"Eh, Citra siapa sih?" Zion menyikut lengan Radit yang ada disebelahnya.
Sebenernya daritadi Zion udah kepo, cuma keburu takut kalau nanya ke Naumi.
"Salah satu alasan putusnya kembaran lo sama gebetan lo," jawab Radit.
Zion mengangguk paham, sebelum akhirnya menampikan senyumnya.
"Gue harus berterimakasih sama dia," monolognya dalam hati
"Ngapain lo senyum-senyum?"
Zion menggeleng, ia bangkit dari duduknya.
"Mau kemana tuh orang," kata Farel saat melihat Zion melangkah pergi.
Farel mendelik. "Ngapain lo kesit?!!" serunya saat Zion berjalan kearah Citra.
Naumi yang mendengar seruan Farel sontak ikut menoleh.
"Citra," sapa Zion saat dia sudah berada dihadapan Citra.
"Gue Zion kembarannya Zian," lanjut Zion sembari mengulurkan tangannya kepada Citra.
Citra yang sempat bingung, akhirnya membalas uluran tangan Zion. "Iya gue tau kok," balasnya tersenyum.
Zion mengangguk masih dengan cengiran khasnya. "Gue mau berterimakasih sama lo."
Ucapan itu tentunya membuat bingung bukan hanya Citra melainkan para temannya yang memperhatikannya.
"Makasih buat apa?"
Lagiagi Zion menampikan cengiran bodohnya. "Gak ada sih, cuma mau ngucapin makasih aja."
"Makasih karena udah hadir dikehidupan ini, lanjutnya yang membuat Farel tak habis pikri.
"Gue yakin bentar lagi dia mampus," timpal Radit.
"Yaudah itu aja sih," ucap Zion lalu kembali kearah teman-temannya.
Tepat saat Zion kembali Naumi justru bangkit dari duduknya. "Gue duluan, bayarin ya," ucapnya menyodorkan selembar kertas berwarna merah dihadapan Echa. Lalu melengos begitu saja.
"Lah dia kenapa?" tanya Zion yang melihat Naumi pergi begitu saja.
Radit menepuk keningnya. "Bego kok dipelihara!"
Sedangkan Zion? Ia masih bingung dengan teman-temannya.
*****
"Ra belum balik?" tanya Zian kepada Naura yang tak ada jawaban sama sekali.
"Ra," panggilnya lagi.
Naura celingukan. "Oh lo ngomong sama gue?"
Zian menghela napasnya. "Ya emang ada orang lain selain lo," balasnya yang lagi-lagi tak ada balasan dari Naura.
"Mau balik bareng gue?" Merasa bahwa tadi tidak ada jawaban, kini Zian kembali membuat topik pembicaraan.
"Gak, gue bareng Naumi."
Tepat saat Naura menyelesaikan perkataannya Naumi datang kearahnya dengan Zion yang mengekorinya.
"Nom, yuk balik." Naura menarik tangan Naumi saat sepupunya itu sudah ada didekatnya. Sedangkan Naumi yang ditarik hanya diam mengikuti langkah Naura.
"Sabar ya bro, belum beruntung." Zion menepuk pundak Zian berusaha meledek.
"Gak usah sok ngledek, lo juga samaan," celetuk Radit yang kini sudah siap pulang dengan Devi yang sudah stanbye dijok belakang motornya.
"Maksudnya," tanya Zian.
"Sodara lo goblok!" celetuk Farel.
"Loh kok gue?"
Sekian, see you tomorrow.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZioNa
Teen FictionBermula dari pertemuan singkat dan kesalahpahaman. . . . "Zian!" "Hah Zian?" "Zian, ngapain lo ada disini?" "Hah gue bukan Zian." "Gk usah bohong lo, lo ngapain ada disini?" ""Dibilangin bukan Zian! Gue Zion." "Ko mirip?" "Gk ah, gantengan gue." Cov...