19. Di Ulti Inti Agroves

370 14 0
                                    

Happy reading!

Sejak pulang sekolah tadi, dua remaja berbeda gender ini sibuk melamun sembari menyendok sesuap nasi sambil mengunyah pelan.

"Soal ulangan lo tadi beneran susah?" Kevin membuka obrolan menghilangkan keheningan diantara keduanya.

Menyempatkan diri meneguk susu coklat yang telah disajikan bik Surti di atas meja. "Kan udah gue bilang 'gak tahu' soalnya gue jawab ngasal soalnya males mikir," ulang Ayyara merasa bosan.

"Gak mau nego sama ayah?" saran Kevin.

"Gue sih ya berharap banget nilai gue anjlok terus bisa pindah ke kelas IPS." Cowok yang duduk berdampingan itu melotot, impian macam apa itu?

"Tapi sayangnya gak bisa," ledek Kevin kemudian.

Suasana kembali hening. Setelah Kevin meluncurkan ledekan khasnya untuk sang adik dan Ayyara pun tidak menyahut, kini suara Bik Surti yang menggelegar keruangan.

"Itu atuh Den, teman-teman Den yang cakep-cakep pisan ada diluar baru aja dateng. Mau bibi suruh masuk duluan ya?" ucap wanita paruh baya itu ketika berada sekitar dua meter dari meja makan yang diduduki oleh dua anak majikannya.

Barusaja Kevin hendak membuka suara, suara tapakan dan berisik langsung terdengar. Dilihatnya lima cowok tampan dan gaya andalan masing-masing masuk menuju kearah mereka tanpa arahan dan intruksi siapapun. Definisi rumah teman, anggap aja rumah sendiri!

"Wah kebetulan banget nih, gue laper dari tadi belum makan," rusuh Zidan menduduki salah satu kursi dimeja makan tanpa memedulikan tatapan tajam yang mengarah kearahnya.

"Miskin lo?" cetuk Devan sudah tak heran sebenarnya sih.

"Yaela lo gitu amat ama gue, kayak kagak tahu aja emak gue gimana," ujar Zidan lesu.

"Makanya jadi anak itu yang nurut sama ortu jangan bandel apalagi nakal. Jangan jadi anak yang durhaka sama orangtua!"

Tatapan mereka beralih pada gadis yang baru saja berkata itu. Gadis itu terlihat seperti seorang ustadzah yang sedang menasehati seorang santri.

"Lo lagi intropeksi diri apa gimana?" tanya Kevin.

Keyra membalas tatapan sang kakak, "kan emang bener ucapan gue, gak mungkin dia gak dikasih makan kalo engga buat ortunya ngamok. Gak baik gitu, apalagi kalian anak cowok." lanjut Keyra mengumbar isi pikirannya.

Inti Agroves kembali mencerna lontaran gadis itu. 'Gak baik jadi anak bandel apalagi nakal, apalagi kalian anak cowok!'.

"Kalo lo, baik gitu? Lo kan cewek."

Skakmat!

Giliran cewek dengan rambut berwarna silver itu yang terdiam. "Kok diem?" sahut Kenzo menyadarkan.

"Lo gak boleh gitu lagi ya Jo! Jadi cowok jangan nakal, dengerin kata ortu lo. Jangan ngebantah." Kevin mengulang kalimat yang diucapkan sang adiknya, matanya menatap se-serius mungkin pada Kenzo yang masih memegang sendok hendak makan tapi terhenti beberapa menit lalu.

Mata Kenzo melotot, "kok jadi gue?" tanya cowok itu polos tak terima dirinya dinistakan begini.

"Iya Jo, lo besok pas ulangan harus males juga mikirnya. Jawab aja seadanya, jangan ambil pusing oke?" sambung Devan ikut menyindir salah satu manusia berbeda gender diantara mereka.

Marga AlvarezkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang