37. She's Mine!

193 4 0
                                    

Happy reading!

***

Hari demi hari berlalu, hubungan yang awalnya renggang kini kembali baik. Ayyara, Ata dan Kevin, tiga bersaudara itu kini berangkat bersama ke sekolah.

"Nanti pulangnya juga bareng," peringat Kevin memasukkan kunci mobil kedalam saku celana.

Kevin dan Ata berjalan dibelakang perempuan cantik itu layaknya ratu yang harus dikawal. "Jangan marahan lagi ya?" pinta Ata duduk diatas meja Ayyara.

"Nilai gue anjlok gara-gara kemarin," adu Ata.

"Lo pikir lo doang?"

"Iya makanya, jangan marahan lagi."

Ayyara mendengus, mengabaikan sepupunya dengan membuka ponsel berniat menanyakan keberadaan Bila. Di dalam kelas IPA 1 itu hanya ada Inti Agroves dan beberapa murid perempuan.

"Kalian yang marahan, gue yang jantungan." ucap Kenzo memberitahu. Ia ikut bergabung dalam percakapan dua saudara itu.

"Tangan lo udah baikan, kan?" tanya Ata menelisik tangan kanan yang sudah tak terperban.

"Udah dari tahun lalu!" jawab Ayyara tak santai. Emosinya naik karena Ata tak berhenti mengoceh. Ia melirik sekilas Kevin yang mengobrol santai dengan teman-temannya, Inti Agroves.

"Jangan gangguin gue, join sana sama sama teman-teman lo." usir Ayyara.

Ata menggeleng keras, "Gak mau! Gue mau nemenin lo aja disini." bantahnya.

Suara tapakan sepatu berhenti di dekat kursi dan meja yang ditempati Ata dan Ayyara. "Hp Lo masih guna?" cerocos Ayyara mendelik tajam cewek yang ngos-ngosan itu.

Bila menyengir, "Sorry Ay. Gue buru-buru, gerbang mau ditutup tadi." jawabnya, dia mengeluarkan susu coklat untuk menyogok Ayyara.

Ata turun dari meja, mundur beberapa langkah. "Gue berubah pikiran Ay, kayaknya gue mau join mereka aja, oke?" Cowok itu menghampiri Inti Agroves yang tak jauh dari ia berdiri.

Ayyara mengedikkan bahunya acuh, mengambil susu coklat yang diberikan Bila dan meminumnya.

"Tangan lo, oke?"

"Seperti yang lo liat."

"Syukur deh, setelah ini jangan gitu lagi. Semua panik, tau!"

Ayyara menatapnya sinis. "Lo larang gue main Voli?" tanya cewek itu meletakkan kotak susu coklat dengan kasar.

Bila kelabakan, "Bukan gitu Ay, maksudnya— hati-hati lain kali."

"Hm."

Kelas pagi ini berlangsung aman, dan damai dikelas XI Unggul itu, tak ada yang membuat rusuh.

"Ayo ke kantin, gue yang traktir." Diva menarik lengan Ayyara pelan ketika sudah berada didepan kelas Ayyara dan Bila berdiri.

"Tumben, ada gerangan apa nih?"

"Su'uzhon mulu lo sama gue, lagian gue cuma traktir Ay ya! Kalian gak!" balas Diva menampilkan kembali senyumnya ketika menoleh kearah Ayyara.

"Kenapa?"

Diva menatap penuh Ayyara ketika cewek yang dia rangkul menanyakan alasan. "Mami gue kasih uang jajan lebih karena... Gue jagain Ellyn kemarin, bocil itu gak nangis. Hebat kan gue?" Diva menaik turunkan alisnya, tersenyum lebih lebar, bangga dengan dirinya sendiri.

Ayyara ikut tersenyum. "Iya, keren." pujinya supaya sahabat yang sedang mencurahkan itu senang.

Ayyara tahu, Diva bukan tipe kakak yang suka menjaga adiknya, apalagi adiknya itu baru menginjak usia tiga tahun. Diva yang awalnya menolak keras mempunyai adik kini perlahan, seiring berjalannya waktu mulai bisa menerima kenyataan bahwa dia bukan lagi anak bungsu.

Marga AlvarezkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang