33. Terlihat Seperti Keluarga Cemara

146 4 0
                                    

Happy reading!

Slow happy say.
Mari kita berpetualang ke dunia fiksi.
Ingat, cowok fiksi gak pernah nyakitin.
Silahkan dipilih mau ambil yang mana? Ata? Atau Rafa? Zayyan? Or Kevin? Zidan? Serahkanlah pilih yang mana.

Jangan lupa vote dan Komen ya!
Spam sini yang mau up cepat.

****

Setelah memastikan mobil sport hitam keluaran terbaru itu terkunci, ia berjalan santai melewati koridor kelas impiannya dulu bahkan sampai sekarang, IPS.

"Lo darimana aja sih Ay?" tanya Bila ketika gadis yang ia tunggu sudah berpijak dianak tangga hendak ke lantai atas menuju kelas.

Gadis yang ditanya itu berhenti sebentar untuk menyamakan langkah dengan sahabatnya kemudian melanjutkan langkahnya yang tertunda.

"Rumah," jawabnya singkat.

Bila hanya bisa menggelengkan kepalanya, tak heran lagi melihat Ayyara yang sering telat seperti ini. Tapi ini sudah sangat telat, tidak wajar lagi untuk masuk mengingat jam pelajaran sebentar lagi akan berganti.

"Hei! Ay!" pekik Bila kaget melihat anak pemilik yayasan itu langsung menerobos masuk padahal guru sedang mengajar didepan. Walaupun ini sudah biasa ia rasakan dan bahkan ikut melakukan tapi entah mengapa di SMA Antariksa ia merasa segan ketika melanggar peraturan.

Dan lihat sekarang mereka berdua berujung dihukum, berdiri di depan papan tulis hingga bel berbunyi. Bila menunduk malu ketika keduanya menjadi pusat perhatian di kelas, berbeda dengan cewek cantik disampingnya. Ayyara terlihat santai dan bodoamat, mulutnya tak berhenti mengunyah permen-Yupi.

"Ada yang sudah siap?"

Pertanyaan dari guru disampingnya membuat Ayyara menautkan alisnya bingung. Hingga salah satu dari penghuni kelas mengangkat tangan seakan memperlihatkan bahwa dia tidak pernah mengecewakan guru itu.

"Rafa maju."

Cowok itu mengangguk, melangkahkan kakinya menuju papan tulis yang berada dibelakang Bila dan Ayyara.

"Bagus, jawabanmu benar. Silahkan kembali ketempat dudukmu," ujar Ibu Lani mengapresiasi kecerdasan Rafa.

"Nomor selanjutnya ada yang mau maju?" lanjut Ibu Lani.

Semua siswa sibuk dengan kertas dan pulpen, sibuk memecahkan persoalan Fisika yang ditulis dipapan tulis.

Ayyara memutar badannya, menghadap papan tulis dan ia lihat tiga soal lagi yang belum diisi langkah penyelesaian hingga jawaban. Matanya sedikit terkecoh melihat deretan tulisan angka berpadu sedikit huruf dijawaban nomor satu, satu kata yang terlintas dibenaknya. Rapi dan Cantik.

Nomor dua diambil alih oleh ketua OSIS, Zayyan. Dan nomor selanjutnya diselesaikan oleh Ata dan Kevin mereka membagi berdua menyelesaikan satu persoalan.

Sisa satu lagi, nomor terakhir itu memakan banyak waktu. "Menunggu itu membosankan." celetuk Ibu Lani tiba-tiba. Wanita paruh baya itu menopang wajahnya dengan kedua tangan, menunggu murid-murid berprestasi dikelas unggul itu bergerak.

"Anjir ini soal udah kayak teka-teki," kesal Kenzo mencoret kertas kosong dimeja hingga membentuk pola abstrak.

Zidan meregang tangan dan jemarinya. "Rumus yang kita pake salah, kita belum masuk materi ini." ujarnya memberitahu teman-teman sekitar bangkunya.

Marga AlvarezkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang