36. Gengsi Harga Mati

169 4 0
                                    

Happy reading!!

*****

Pagi ini, Ayyara sedang bermain Voli dengan tim anak ekskul Voli. Tampak lebih semangat dari hari kemarin.

"Semangat Ay."

Seperti biasa, Jum'at full kegiatan ekstrakurikuler setelah shalat Jum'at. Ayyara yang setia di ekskul Pramuka tetap meluangkan waktunya di permainan yang sedari dulu sudah menjadi hobinya.

"Ay, kalo kalah gue traktir es krim coklat deh!" teriak Diva mengundang tawa Aca dan Zia.

"Mana ada gitu. Orang menang iya, fix ini Lo mah gak mau rugi kan?" cetus Bila memandang cewek songong yang sayangnya berstatus sahabat.

Kini empat cewek inti Dandelion itu duduk ditribun menyemangati seorang cewek yang ikut bermain Voli dengan cowok-cowok ekskul Voli dilapangan.

"Hehe, Lo sendiri kan tau Ay gak bakal kalah kalo Voli." Diva menyengir memperlihatkan gigi gingsul disebelah kiri.

"Coba kasih tawarannya Yupi," saran Zia.

"No.. no! Ya pasti Ay bakal rela kalah demi permen itu." Diva menolak keras. "Antara Es krim sama menang Voli aja itu udah pilihan terberat Ay harus milih yang mana." Cewek itu menatap satu persatu sahabatnya bergantian. "Apalagi gue tawarin Yupi."

Zia terkekeh geli melihat ekspresi panik di wajah Diva. "Ibaratnya gini, Es krim itu hidup Ay terus rumahnya itu ya permen Yupi." ucap Zia mengutarakan pendapatnya.

"Salah Zi. Lebih tepatnya Yupi itu hidupnya, karena Ay gak bakal bisa hidup tanpa Yupi." koreksi Bila. Ia menatap langit yang cerah, mendukung mood dan hati cewek dilapangan sana. "Es krim cuma pelengkap dan pewarna hidupnya aja. Pelangi," lanjutnya.

"Teman dekat yang dianggap sahabat Ay kayaknya bukan kita deh," ceplos cewek polos diantara mereka, Aca.

"Terus?"

"Maksud Lo?"

Kompak Bila dan Diva bertanya, kesal, marah sekaligus merasa tak berguna sebagai sahabat.

"Saingan kita berat, sahabat se-sejati kita kalo bersaing sama Yupi dan Es Krim Cokelat ya--kalah lah!" cicit Aca membuat Bila mendelik tajam kearahnya.

"Acasialan," Diva mendengus, mengumpati Aca terang-terangan.

Hanya Zia sepertinya manusia normal yang tahan berada diantara manusia aneh seperti mereka.

Argh

"Ayyara." teriakan anak-anak Voli bersamaan, mereka berlari menghampiri cewek yang tersungkur disertai ringisan.

"Ay, Lo gapapa?"

"Ayyara," Aca berlari memeluk gadis yang disebut nama Ayyara.

"Gue gapapa Ca, it's oke."

Dan diantara lima cewek yang sudah bersahabat sejak kecil, hanya Aca yang sangat manja dengan Ayyara. Gadis cantik dengan wajah teduh itu tidak bisa jauh-jauh dari ibu ketua Dandelion. Begitu juga sebaliknya, Ayyara begitu menyayangi Aca, ia tak segan memarahi teman-temannya yang berani mencemari otak polos gadis manis itu.

Marga AlvarezkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang