15. Shit

792 53 4
                                    

Suasana malam hari menemani Fourth yang mulai sibuk mengemasi pakaian-pakaian miliknya.

Tangan kanannya tak berhenti memasukkan tiap barang ke dalam ransel.

Irma yang tengah menatap pria manis itu dari balik pintu dapat merasakan hawa sesak disekitar ruangan kecil itu.

Suasana hati Fourth saat ini memang sedang kacau.

Pagi tadi terdapat 2 orang pria mengenakan busana serba hitam mendatangi kediaman Irma.

Fourth yang masih tertidur jadi terbangun memdengar pembicaraan yang cukup keras dari arah ruang tamu.

Berdiri di balik gorden yang tertutup, Fourth dapat mendengar dengan jelas pembicaraan Irma dan tamu dari antah-berantah itu.

"Aku sudah berusaha, Kin. Tapi kalian lihat sendiri kan? Fourth tetap menolak ikut bersama kalian."

"Kenapa anak itu keras kepala sekali?"
Suara berat yang sangat ia benci kembali terdengar setelah sekian lama.

"Jangan salahkan Fourth, karna ini semua salah kalian." Ujar Irma membela keponakannya.

"Sudahlah. Akan ku paksa dia untuk ikut bersama kami." Gertakan yang cukup keras membuat tubuh Fourth seketika melemas di balik gorden.

"Hey, Dad. Jangan lupa akan janjimu. Kau tidak boleh menyakiti putraku." Kali ini suara pria terdengar jauh lebih lembut membuatnya tenang kembali.

Itu pasti papanya.

Fourth merindukannya, tapi dia benci ayahnya.

"Apoo.. tolong mengerti aku kali ini. Aku sudah lelah menunggu anak itu."

"Kalau begitu kita pulang saja. Aku tidak mau memaksa Fourth. Ini salah kita, Kin."

Sebuah nafas berat akhirnya terdengar. Fourth tersenyum kecut. Bahkan sampai sekarang pun ayahnya akan selalu kalah jika beradu argumen dengan papanya.

"Kalau begitu, kami pamit kak."

Dapat Fourth dengar suara derap langkah kaki yang mulai menjauh.

"Kak Irma. Bisa aku meminta tolong padamu?"

Irma mengangguk sebagai jawaban.

"Tolong sampaikan pada Fourth bahwa aku merindukan anak manis itu."

Fourth mengahpus air matanya yang mulai menetes. Lagi-lagi ia teringat betapa kejam ayahnya memisahkan dia dari keluarganya sendiri.

Dengan satu tarikan, Fourth mengangkat ranselnya dan membawanya keluar kamar.

"Fourth.. " suara lembut itu menginterupsi langkahnya.

Tanpa menoleh pada Irma, Fourth mengambil satu tarikan nafas sebelum mengucapkan salam perpisahannya.

"Fourth pergi dulu ya, budhe."

Tanpa mencegahnya, Irma membiarkan Fourth pergi meninggalkannya lagi.

"Sampai kapan kamu akan lari seperti ini Fourth?" Desah Irma dalam diam.

《《《《

Kedua mata Mark tak berhenti menatap Gemini yang sedang menghabiskan mie ayam di hadapannya.

Keningnya berkerut dengan alis bertaut. Entah apa yang pria ikal itu pikirkan saat ini.

"Lo naksir ama gue?" Gemini yang merasa risih akhirnya angkat bicara.

Bayangin aja, lo lagi makan enak trus diliatin sama orang gila dari deket. Kan jadinya pengen nabok.

[BL]  MINE || GEMINIFOURTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang