Jam menunjukkan pukul 3 dini hari
Mata itu berkedip dalam remang lampu tidur,
Tubuhnya yang meringkuk beringsut untuk mendekati sang mommy dan bersembunyi dalam dekapannya. Ia menengadah , memperhatikan mommynya yang tampak terlelap tidur, apakah dia tidak mendengarnya?Ada sebuah suara yang mengusik keheningan malam, terdengar seperti tangisan memilukan, menyayat hati siapapun yang mendengarnya, termasuk anak kecil itu. Ia menarik-narik piyama mommynya dengan cemas.
" mommy" suara kecilnya berhasil menarik kesadaran sang ibu. " ada cuala,"
" koala? " tanyanya memastikan, tapi kesadarannya sudah penuh, ia mengerti apa yang dimaksud anaknya. Sebuah tangisan. Dengan cepat dia bangkit mendudukan diri dikasur lantas menepuk tubuh kekasihnya. Yang masih memejamkan mata. " shani. Shan!bangun, ih"
" ibun"anak kecil itu membantu membangunkan dengan mengoyangkan lengannya" ibun!"
" Hah?apa sayang? " shani berbalik, mengusap pipi anaknya sebentar, kemudian menatap istrinya dengan alis berkerut. " anak siapa nangis ge?"
Gracia menggeleng tanda juga tidak tau, ia menyibak selimut dan beranjak keluar kamar, diikuti shani yang menggendong anak mereka. Gracia menyalakan lampu ruang tengah kemudian berjalan mendekati sumber suara. Di pintu depan.
" kenapa " tanya shani saat gracia diam memegang knoc pintu.
Gracia menatap shani cemas" ini suara bayi "
Benar saja, ketika pintu dibuka, mereka melihat sosok mungil itu tergeletak dibawah, terbungkus kain tipis dengan asal. Gracia menutup mulutnya dengan tangan karena terkejut, ia segera meraih bayi itu dan menggendongnya.
" shan. wajahnya biru bnget!" panik gracia "ayo kerumah sakit aja! "
" zee kamu turun dulu nak, ibun ambil kunci " shani menurunkan anak perempuannya itu dan berlari mencari kunci, zee hanya menerjap tidak mengerti , ia lalu memilih mengikuti gracia yang berjalan kegarasi lewat depan.
Beberapa lama kemudian, mereka sudah berada dirumah sakit. Gracia segera membawa bayi itu ke unit gawat darurat, sementara shani setelah memarkirkan mobilnya, memilih menunggu diluar bersama zee.
" tadi ciapa, ibun " tanya zee
" gak tau" shani menggeleng, tangannya terus mengusap rambut panjang zee yang sudah berkali-kali ia dapati menguap. " kamu tidur, gih. Udah mau pagi"
" jam belapa emang"
" jam tiga "
Zee menguap lagi, ia segera bersandar dalam dekapan shani, mencari posisi senyaman mungkin untuk beristirahat. "zizi bobo lagi ya, bun"
Shani bergumam mengiyakan, tak butuh waktu lama untuk menanti zee tidur. Shani lalu bersandar didinding, menanti kabar dari gracia yang belum juga keluar. Namun beberapa saat setelahnya, shani melihat gracia datang. Ia buru-buru memperbaiki posisi duduk dan sedikit bergeser guna memberi tempat untuk gracia.
" gimana ge? " tanya shani cemas saat sadar gracia ikut-ikutan pucat.
" Alhamdulillah dia selamat " gracia membuang nafas sebentar, "tadi kata dokter dia kedinginan juga butuh minum gitu, dan yang lebih parah lagi, umurnya masih satu hari, shan"
Shani menggeleng tak habis pikir, bagaimana bisa ada orang tua tak bertanggung jawab seperti ini?.
Gracia lalu mengusap rambut zee dan mengecup pipinya, yang mengusik tidur pulasnya sesaat.
" apa yang bakal kita lakuin? " tanya shani
Gracia hanya menggeleng " aku gak tega kalau harus telantarin dia lagi"