Arthur Dean Griffin

56 5 2
                                    


Hello chinguu^^
Ini Cerita pertama ku. As you can see, bcs this is my first story, karya ini belum bagus-bagus amat. But, aku akan berusaha semaksimal mungkin>_<

Hopely kalian suka ya..!!! Kalau kalian suka, aku jadi semangat nulisnya:)

Janlupa vote, juseyoo ^(○_○)^
Kamsahamnidak!️❤️

👺👺👺

Happy Reading!

***

Di tahun 1992, kompetisi internasional terbesar dalam dunia musik klasik diadakan di kota New York.
Panggung besar di Teater Metropolitan dipenuhi dengan gemerlap cahaya panggung yang menyoroti tiap sudut yang terhampar.
Suasana teater penuh dengan kegembiraan dan antisipasi, seperti elektrifikasi energi yang mengalir dalam udara.

 Suasana teater penuh dengan kegembiraan dan antisipasi, seperti elektrifikasi energi yang mengalir dalam udara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para penonton duduk dengan keseriusan di kursi-kursi empuk mereka, menanti tampilan dari para musisi berbakat. Mereka memperlihatkan ekspresi antusiasme dan harapan yang terpancar di wajah mereka. Hanya satu seorang lelaki violis yang mereka nantikan, dibandingkan dengan musisi lainnya.

Bisikan dari tiap penonton menciptakan sedikit kebisingan yang hampir memenuhi gedung itu.

"Apakah kau mendengar tentang Arthur Dean Griffin? Kabarnya, dia adalah violinist muda yang fenomenal! Aku sangat menunggu penampilannya." Ucap seorang kakek tua yang sedang bercengkarama dengan penonton lain di sebelahnya.

Kemudian di belakang kursi kakek itu, dua gadis yang tampak nya masih menggunakan seragam sekolah tak kalah semangat saling berbisikan.
"Kelly, aku sampai rela tidur bersama 15 pria semalaman demi mengumpulkan uang hanya untuk melihat sang Arthur." Faktanya untuk melihat penampilan ini harus memiliki tiket yang biaya mahal yang sungguh fantastis.

"Kau memang gila! Bahkan kau lebih gila dari anjing, sialan! Dasar jalang! Bisakah kau berhenti dari pekerjaan itu?" Balas Kelly tak tahan mendengar cerita Amber yang sungguh menjijikan.

Amber memutar bola matanya malas tak peduli dengan nasihat sahabat nya. "Kau itu karena kaya, jalang! Punya banyak uang! Aku yang miskin ini, rela mengangkang. Demi melihat Arthur yang tampan, aku rela Kelly!!" (Jangan ditiru ya, adick-adick:")

"Baiklah, terserah kau Amber. Aku tidak akan peduli jika diameter lubang mu bertambah besar, sebesar batang pohon pinus! Tapi tak apa, aku sangat mengapresisasi kerja keras mu."

Saat yang tepat, sinar panggung redup dan sang Arthur Dean Griffin muncul di tengah panggung. Ia berdiri tegak dengan kepercayaan diri yang memancar, memegang biola dengan penuh keterampilan. Sebuah hening misterius melanda teater saat Arthur menempatkan biola di bahunya. Tiba-tiba, nada-nada awal dari "Summer" dari "The Four Seasons" karya Vivaldi bergema di gedung teater itu.

Arthur memainkan biolanya dengan kelincahan dan keahlian yang luar biasa. Jari-jarinya menari dengan cepat di atas senar, menciptakan suara yang indah dan penuh emosi. Setiap gerakan lengannya dipenuhi dengan kehalusan dan keterampilan yang tak tertandingi. Ketika musik mencapai klimaksnya, kekuatan dan semangat Arthur tercermin melalui permainannya yang penuh gairah.

Amber tersenyum kagum, "Arthur benar-benar menakjubkan! Aku bisa merasakan emosi yang dia sampaikan melalui setiap nada yang dipermainkannya. Bolehkah dia mempermainkan tubuh ku juga?"

Mendengar pengakuan Amber barusan, Kelly juga setuju atas itu, namun kembali jengkel karena mendengar pertanyaan Amber yang terakhir. Penampilan Arthur membuat Kelly terkesima. "Wah ternyata kau bisa berkata seindah itu, Amber. Tak heran sih, dia dianggap salah satu musisi terbaik di umur nya yang masih muda. Sedangkan kita? Hanya mampu bolos sekolah. Faktanya lagi, ternyata dia beda setahun lebih tua dengan kita."

Kelly berkata lagi, "Dan mengenai pertanyaan mu itu Amber ku yang cantik, jangan kan melihat lubang mu. Melihat wajah mu saja, mungkin Arthur jijik"

Amber mendengar nya dengan senang. Tidak ada raut sedih di wajahnya qtaupun menolak peryataan itu. "ya, kau benar haha. Arthur akan jijik melihat ku" ucap nya sambil cengingisan seperti orang gila. Kelly sudah maklum. Walaupun begitu, Kelly adalah sahabat nya yang paling dia sayangi. Kelly selalu berharap semoga Amber selalu sehat.

Arthur menyelesaikan penampilannya dengan gemilang, mengakhiri lagu dengan mantap. Suasana panggung besar Teater Metropolitan berpadu dengan bakat dan kepiawaian Arthur, menciptakan momen magis yang akan dikenang selamanya. Tepuk tangan meriah memenuhi teater, dan senyum kepuasan muncul di wajah Arthur.

***

Ya, Lelaki itu bernama Arthur Dean Griffin, adalah seorang violis muda yang berasal dari keluarga biasa di pinggiran kota. Dari usia yang sangat muda, Arthur telah menunjukkan bakat yang luar biasa dalam memainkan biola, dengan teknik yang sangat halus dan interpretasi musik yang menggetarkan hati.

Meskipun ia menghadapi banyak rintangan dan kesulitan dalam perjalanannya, semangatnya tidak pernah pudar. Dia berlatih tanpa lelah, mengasah keterampilannya dengan tekun, dan selalu berusaha menjadi yang terbaik.

Di panggung kompetisi yang bergengsi di New York, Arthur tampil dengan percaya diri dan mempesona. Penampilannya yang penuh semangat dan keaslian diri mengangkatnya menjadi bintang baru di dunia musik klasik.

Prestasinya di kompetisi itu membuka pintu-pintu baru bagi Arthur. Ia mendapatkan kesempatan untuk tampil di berbagai panggung bergengsi di seluruh dunia. Konser demi konser, dia memukau penonton dengan kepiawaiannya dalam memainkan biola.

Meskipun Arthur Dean Griffin mencapai puncak kesuksesan dan dihormati oleh banyak orang, popularitas dan bakatnya membuatnya terjerat dalam kesombongan yang tak terkendali. Ia mulai merasa tak terkalahkan dan menganggap dirinya lebih dari manusia biasa.

Di sudut teater, jauh di belakang sekali, terlihat seorang wanita tua bertubuh tinggi semampai. Mengenakan setelan jas jaket tebal dan tangannya selalu menggenggam jam-mesin waktu. Sorot matanya yang tajam, membuat siapapun yang tak sengaja melihatnya bisa bermimpi buruk. Dialah penyihir terkuat dan tak terkalahkan namun identitas nya yang selalu tidak dikenal oleh manusia biasa. Namanya adalah Lady Gualini.

Perhatiannya sama sekali tidak beralih, fokus dalam memperhatikan Arthur sang violis yang sedang bermain nada dengan biolanya.

Hingga pada akhir penampilannya, Lady Gualini menanggapi dengan tepuk tangan yang angkuh disertai smirk yang seolah bisa mengendalikan segala apa pum yang dia mau.
" Menarik. Lihatlah, dan tunggu sebentar lagi Mr. Arthur"

***

Wopp makasih udah baca nae chingu❤️

Violin De OliveiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang