Pada 5 Mei, 1992

19 1 0
                                    


Luca sedang memoles wajah nya di depan cermin, di kamarnya. Hari ini gadis itu sangat bersemangat. Wajah nya sangat cantik. Faktanya David Griffin adalah keturunan eropa, dan Kanemoto Hanara Joice adalah keturunan Japanase. Penyatuan kedua itu menghasilkan bibit yang sangat unggul. Rambut nya sependek leher, matanya cipit berwarna biru muda, serta kulitnya putih licin mengkilat seperti dipoles lilin. Arthur tak kalah tampan juga. Itulah penyebab banyak yang menggemari Arthur. Bukan karena hanya keterampilannya menggesek biola, tapi ketampanannya menjadi bonus spesial.

(Luca)

Selesai memoles wajah nya, terakhir gadis itu mengenakan topi balaret nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selesai memoles wajah nya, terakhir gadis itu mengenakan topi balaret nya. Luca suka mengoleksi topi balaret. Topi yang dipakainya adalah salah satu hadiah ulang tahun pemberian dari Arthur juga. Hari ini adalah ulang tahun Arthur. Ini adalah momen yang paling ditunggu gadis itu. Hari ini gadis itu berniat membawa nya ke suatu restoran sederhana. Restoran yang sebelumnya adalah tempat mereka berkumpul bersama keluarganya. Sewaktu mereka belum kaya. Luca akan merayakan ulangtahun Arthur disana. Membawa kue, menyalakan lilin, dan menyuruh nya meniup lilin sambil membuat harapan. Luca sudah menyusun skenario itu dengan sempurna. Tapi sebelum ke restoran, Luca harus menemui temannya sebentar.

Gadis itu keluar dari kamar, kemudian menghampiri Arthur yang sedang tidur pulas dikamar nya. "Kak! HALO KAKAK....! BANGUN!!!" Luca berteriak sekeras mungkin, membuat si empunya kamar menggeliat menutupi telinganya dengan bantal. Luca mengguncang-guncangkan tubuh Arthur sampai membuatnya terhuyung jatuh dari tempat tidur.

"Happy Birthday! Ini hadiah dari ku. Jumpai aku di restoran Nyonya Joice pukul 12.00 PM. Jangan ingkar janji! Harus datang!" Ucap gadis itu seraya memberikan kotak kecil. Arthur yang masih setengah sadar hanya mengangguk-angguk saja. Tangan nya segera merampas kotak itu dan membukanya. Kalung.
Arthur kembali menatap Luca. Wajah Arthur bertambah tampan dua kali lipat dari biasanya. Membuat siapapun yang memandang, dipastikan jantungan setengah mati. Matanya yang biru namun tidak sipit. Hanya warna dan tekstur tubuhnya saja yang mewarisi keturunan Jepang. Alisnya berkedut sebelah, keheranan melihat isi kotak itu. "Kalung? Heii, kenapa kau ikutan memberi kalung juga? Tidak ada ide lain lagi kah?"

Mendengar itu, Luca merasa jengkel. Setidaknya beri apresiasi yang positif! Batin Luca geram.
"Anggap saja saling bertukar. Yang terpenting, kita harus saling menjaga benda ini. Jangan sampai hilang!". Seru Luca semangat. Luca merampas kembali kalung itu dan memasangkan nya ke leher Arthur. Kalung salib kecil yang berkilau. Sekali lagi Luca berkata, "Anggap saja kalung ini yang akan selalu melindungi mu. Nah jadi, dimana pun kau berada, anggap saja kehadiran ku tetap ada karena kalung itu. Sebaliknya aku pun begitu."

Arthur mengerang pelan, sambil menguap. "Hoaamm iyaiya. Kau suka salib, Tapi aku tidak suka salib. Aku suka kupu-kupu seperti yang kuberikan kepadamu kemarin. Seharusnya kau memberikan yang seperti itu."

Luca menjitak kepala kakak nya yang songong itu, "Aku tau itu. Kalau aku memberikan kalung salib ini, berarti itu adalah aku. Sebaliknya jika kau memberikan ku kalung kupu-kupu, berarti itu adalah kau. Apakah kau masih belum mengerti? Aku harap kau mengerti! Jangan membenci salib, Tuhan bisa ilfeel mengundangmu ke Surga!"

Violin De OliveiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang