Belajar

19 1 0
                                    


Suasana kelas kembali riuh dikarenakan guru sekali lagi mengadakan rapat dadakan. Entah apa maksud sekolah ini yang gemar sekali mengadakan rapat. Meskipun begitu, siswa mana juga yang tidak senang dengan masalah ini, kecuali siswa yang terlalu ambis karena kesal dikala beberapa matapelajaran banyak yang tertinggal jauh.

Semua penghuni 12 IPS 3 sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti biasa mendengar berita update terbaru oleh ‘Ungkap Siti’, bermain game online, dan Violin yang sedang sibuk mencoret-coret buku tulisnya sampai tercipta sebuah bagan yang jelas. Gadis itu beberapakali mengulang kosakata, lalu menuliskannya kembali ke buku tulis, agar semakin mudah dipahami oleh muridnya, Arthur. Violin sedang mengajarkan Arthur agar dia mahir berbahasa Indonesia.

“Do you understand?” Tanya Violin sambil menatap Arthur yang duduk disampingnya, terlihat kebingungan. Arthur menghembuskan nafasnya kasar, lalu bersandar sambil memijit keningnya yang pusing. Kepalanya menoleh kesetiap isi ruangan yang begitu berisik.

“How can I understand? This room is too noisy. There are too many people in this room.” Titah Arthur mengeluh.

Violin memandangnya sinis dan berdecak sebal dengan keluhan Arthur. Sungguh pick me, piker Violin.

Violin pun berpikir untuk mengajaknya ke perpustakaan saja. “Let’s go to the library!” Perintah Violin sambil menutup buku tulisnya keras, berencana membawa bukunya ke perpustakaan juga. Arthur mengangguk mengiyakan, hanya mengikuti dan menuruti apa kata Violin.

Mereka berdua berjalan di lorong kelas. Tidak hanya di kelas saja yang berisik, bahkan disetiap lorong dipenuhi dengan siswa yang begitu banyak sambil bercerita dengan semangat bersama teman-teman lainnya. Sungguh, Arthur membenci suasana ini. Dirinya tak suka ditengah keramaian orang.

“I think you are anti-social” ucap Violin disela perjalanan mereka. Arthur berdehem membalas iya.

Dibelokan lorong, mereka berpapasan dengan Jefri. Violin gelagapan sendiri karena tak sengaja berjumpa dengan mas crush.

“Eh, hai Lin.” Sapa Jefri semangat.

“Hai.” Balas Violin santai.

“Lo, ngga papa kan? Gue dengar kemarin lo belum pulang, nyokap lo datang ke sekolah nyariin.”

Violin menunduk menutup matanya kesal karena malu, lalu kembali membalas, “iya, gue ngga papa kok. Oh iya, saputangan lo masih kotor. Sorry besok deh gue balikin.”

Arthur hanya memandang mereka dengan booombastic side eye. Bertemu dengan Jefri, membuat tingkah Violin berubah 360 derajat menjadi cewe yang sangat halus dan kalem.

“Biarin aja, untuk lo aja. Btw, lo mau kemana?” Sahut Jefri kemudian kembali bertanya.

“Gua mau ke perpus. Lo sendiri, habis darimana?”

“Gue habis dari kantor guru tadi. Memang benar lo anak yang berprestasi. Guru lagi rapat, sempet-sempetnya lo ke perpustakaan. Yaudah, gua pamit dulu ya.”

Violin hanya membalas angguk mengiyakan. Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan. Sedaritadi, gadis itu tak berhenti senyum sendiri seperti orang gila, membuat Arthur hanya menggeleng maklum. 

Sesampainya di perpustakaan, Violin aktif mencari kamus Inggris-Indonesia yang paling lengkap di rak bagian bahasa dan literatur. Setelah mendapatkannya, Violin mengajak Arthur duduk di pojok perpustakaan jauh dari banyak orang agar sang Arthur tidak merasa terganggu lagi.

“I brought you this dictionary. Just learn from here. You can listen the pronounciation from my phone.” Ucap Violin tergesa-gesa sambil memberikan kamus dan ponselnya kepada Arthur.

“What is that? Is it useful? How can I hear the pronounciation of that little thing? Usually I use my radio or mp3 to hear pronounciation” Tanya Arthur keheranan ketika menyentuh ponsel itu untuk pertamakalinya.

Ketika tak sengaja melihat Violin menekan tombol power on pada ponsel, Arthur sontak kaget karena benda itu menampilkan gambar dan bercahaya.

“I said this is a phone and has been upgraded to be sophisticated. You only need to press the application you want on the available menu. Anyway this cell phone is very much useful.” Jelas Violin memperlihatkan kelebihan dari ponselnya.

“Nevermind,” Violin melanjutkan penjelasannya karena masih melihat raut kebingungan di wajah Arthur. Sudah seperti nenek-nenek yang kudet pikirnya.  “The important thing now is that you learn Indonesian. I will teach you to use this phone. There are many new things that you should know about the world of this new era. Okay?”

“Okay” Jawab Arthur.

Violin kembali grasak-grusuk disetiap rak mencari sesuatu untuk dibaca sebagai pengisi di tengah kebosanannya menemani Arthur yang sedang belajar keras. Sesekali gadis itu juga membantu Arthur untuk mengganti halaman pada kamus dan mengganti pelafalan di ponselnya  jika diminta tolong oleh lelaki itu.

“Apakah kau sudah mendaftar kompetisi tingkat nasional itu?” Tanya Arthur tiba-tiba kepada Violin.

“Wow! Perkembangan belajar mu cepat juga. Keren ngab!” Sahut Violin semangat. Arthur hanya mengangkat bahu, lalu kembali bertanya. “Apa itu ngab?”

“Ngab itu kebalikan dari bang. Bang itu adalah kakak tertua ditujukan kepada laki-laki.”

“I see. Sepertinya aku masih harus banyak belajar lagi. There are still some words that I don’t know the meaning of. Have you signed up for the competition?”

“I have long registered myself. So take it easy.” Jawab Violin.

*******

Part kali ini sedikit, ga ada hal yang menarik juga, karena Mas Dean lagi fokus belajar😊❤️

Violin De OliveiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang