Menangis

18 1 0
                                    


"Anjing! Kaget gua bang, bang. Gua pikir hantu tadi." Pekik Violin ketika kepalanya menoleh kebelakang mendapat lelaki yang sedang berdiri kebingungan. Wajah nya sangat putih, halus seolah tak ada goresan sedikit pun pada setiap bagian tubuhnya. Matanya bewarna biru muda, rambutnya bewarna coklat karamel. Mengenakan kemeja lengan panjang bewarna cream, dan celana coklat panjang serta sepatu pantofel yang tertata rapi di kakinya.

"Anjayy, ganteng banget cokk. Kebanting gua. Tapi masih gantengan babang Jeprik sihh." Batin Violin menerka. Fun fact, mau seganteng apapun laki-laki lain, crush sendiri lebih ganteng dari mereka (Tapi tidak berlaku bagi K-Popers😏).

Lelaki itu masih diam, alisnya berkedut sebelah karena kebingungan lalu kembali bersuara, "what are you saying? I don't understand. Where am i?"

"Lah, bukan orang indo ya bang? Indonesia, you are now in Indonesia."

""What? Am I stranded in Indonesia?"

"Yes, right. What? You stranded? Ae you an illegal immigrant?" Tanya Violin memastikan.

"No, i'm not illegal immigrant. By the way, you speak english very well. That's good."

"Hehehee, thank you. Bisa aje lo bang." Jawab Violin salting.

Mata lelaki itu meniliti setiap tubuh Violin dari atas sampai kebawah. Violin yang menyadari itu merasa terintimidasi melihat reaksi lelaki itu seolah jijik karena penampilannya yang kusam seperti pengamen jalanan. Setelah melihat Violin, matanya menoleh ke sebuah gigbag biola miliknya.

Spontan dia berlari melihatnya dengan seksama, sambil meneliti setiap bagian biolanya. Ya, balok silver tadi berubah menjadi biola, dan itu adalah milik lelaki bermata biru muda itu. Masih utuh, dan tidak lecet sama sekali. Dia menghela nafas kasar, seraya bersyukur. Di dalam gigbag biola itu masih tersimpan sebuah pita klip rambut kecil yang cantik. Pita yang seharusnya dia berikan kepada adik tercintanya namun tak sempat dia berikan karena ditimpa kecelakaan sial. Tak sadar, air mata lelaki itu jatuh ketika mengambil pita rambut itu. Perlahan, dia menangis menciptakan suasana yang malam harmonis berubah menjadi kesedihan pahit.

Violin kebingungan harus berbuat apa. Lucu sekali, barusan gadis itu menangis gila dan sekarang ada lelaki asing yang tak tau datang darimana tiba-tiba menangis hanya melihat pita klip rambut.

"Why are you crying?" Tanya Violin penuh penasaran.

Lelaki itu menolah ke Violin, menatap gadis itu dalam dengan mata yang masih memerah karena lama menangis. Mencoba untuk menenangkan suasananya, lalu berkata "I was trapped in my gigbag fiddle for years. Someone has cursed me" (Aku terperangkap di dalam gigbag biola ku selama bertahun-tahun. Seseorang telah mengutuk ku).

Diam sejenak, lelaki itu kembali melanjutkan,
"I'm separated from someone I love. It seemed she would never be seen again. I don't know where she is now, how is she, what is she doing, is she still alive?" (Aku terpisah dari seseorang yang kucintai. Tampak nya, dia tak akan pernah ku jumpai lagi. Entah dimana dia sekarang, bagaimana kabarnya, sedang apa dia, apakah dia masih hidup?)

"Apasih? Ga masuk akal anjir. Kutukan? Memangnya masih ada magic yang begituan? Jadi, dia yang tadi keluar dari balok silver? Ga mungkin anjir. Ahhh ni cowok pasti habis nge-drug. Mulai berfantasi nih kayaknya,"

Lelaki itu mengerti dengan kebingungan Violin. Dia kembali bersuara menjelaskan, "I know you must be confused. Hard to explain with such a long story. But, I thank you very much for freeing me from inside my violin case for so long." (Aku tau pasti bingung. Sulit menjelaskannya karena cerita yang begitu panjang. Tapi aku sangat berterimakasih banyak kepada mu karena sudah membebaskan aku dari dalam tas biola ku yang begitu lama.)

"Even though I'm not completely free yet. I can only be seen by you, and can only talk to you. Like a ghost, but I'm not a ghost." (Walaupun aku belum sepenuhnya bebas. Aku hanya bisa dilihat oleh mu, dan hanya bisa berbicara dengan mu. Seperti hantu, tapi aku bukan lah hantu.)

"Jadi, gue baru aja ngebebasin dia. Anjir, seumur hidup baru kali ini gue rasain adanya magic. Keren banget sumpah."

Violin kembali bertanya, "You've been isolated in that violin case all these years? What is your name? Where are you come from? I mean, your country."

"My name is Arthur Dean Griffin. I'm from New York. And I've been isolated up from 1992, until now. What year is it now?

Violin menjawab, "it's 2023 now"
"2023??!!! I've been cooped up for 31 years??!" Jawab Arthur dengan kaget, diangguki pelan oleh Violin.

Sementara itu Violin masih tenggelam dalam pikiran nya. Seperti pernah mendengar nama itu. Violin membelalak kaget, mata nya membesar, rahang nya jatuh, fefleks mulut nya melebar. Dia terlonjak kaget melompat kegirangan sambil menunjuk-nunjuk Arthur. "Lo Arthur? Si pemain biola terkenal jaman lalu. Gileeeee gua melihat seorang Arthur!! Beneran ganteng anjirrr.
I mean, you are Arthur?!?! Oh my God...!! I am your fan. You are so gorgoeus OPPAA SARANGHAEE...!!"

Arthur menaikkan alisnya heran melihat tingkah hyper gadis dihadapannya. Meskipun dia masih tidak mengerti kalimat awal yang diucapkan Violin, dia berkata, "You know me? Seems you like music performances. It means that I am an unforgettable history. Nice to meet you, sorry, what's your name?"

"My name is Violin De Oliveira! Nice to meet you too Oppa..!!!" Teriak Violin antusias sambil berjabat tangan dengan Arthur.

Arthur terdiam merasa deja vu dimasa lalu mengingat ada yang begitu antusias menemuinya. Walaupun tangannya tak membalas jabatan tangan dari Violin, gadis itu tetap memaksa mengambil tangannya untuk bersalaman.

Senyuman kecil terukir di wajah lelaki itu.
"Violin, it's a beautiful name. So, you can play the violin?"

Butuh 1 menit Violin menjawab pertanyaan itu. Nafasnya membuang kasar lalu berkata, "I can only do the best I can. I don't want to play the violin anymore. I've thrown away my violin." (Aku hanya bisa memainkannya dengan semampuku. Aku tidak ingin bermain biola lagi. Aku sudah membuang biola ku.) Ucapnya langsung duduk kembali menatap sungai Geez yang mengalir dengan tenang.

Arthur mulai merasakan suasana kembali rapuh. Dia juga ikut duduk memandang sungai Geez.

"Are you okay?" Tanya Arthur.

Air mata Violin langsung jatuh seperti hujan di musim gugur. Gadis itu menangis sesenggukan, melepaskan seluruh tekanan dan rasa cemas yang telah ia tahan begitu lama. Pertanyaan sederhana dari Arthur itu seolah menjadi pintu keluar bagi perasaannya yang terpendam. Merasa diperdulikan oleh seseorang, memberikan kehangatan dan pengertian, seperti sinar matahari di tengah badai.

Meskipun Arthur adalah orang asing, lelaki itu mampu membaca kegelisahan di mata Violin, mampu membaca bahasa tubuhnya yang rapuh, dan mampu mendengar isak tangisnya yang penuh kepiluan.

"I... I... actually i'm not okay," (Aku... aku... sebenarnya tidak baik-baik saja,) Ucapan Violin diantara isakan tangisnya.
"My life... is a mess, and I feel alone..."( Hidupku... seperti berantakan, dan aku merasa sendiri...).

"Hey,....You have the right to cry. If you want to tell your problem, tell me. If not, don't force it. I believe you are strong." (Hei,....Kau berhak untuk menangis. Jika kau ingin bercerita, berceritalah. Jika tidak, tak usah dipaksa. Aku percaya kau kuat.) Sesudah mengatakan itu, Arthur memeluk gadis itu yang semakin terisak dalam tangis. Ini mengingatkan dirinya ketika Luca sedih disaat ayahnya membentak Luca.

●●●●●

HOLA GUYSSS...!!
Makasi bgt karena udah baca....
Anyway, by the way, buswayyy hari ini aku senang bgttt karena cerita ku peringkat pertama genre nonfiction. Yaaa walaupun untuk saat ini masih hanya 118 viewers, aku bangga banget😭❤️

Jadi semangat nulis kalau begini mahh....
Mohon dukungan dengan memberikan votenya, juseyooo❤️❤️

Kamsahamnidakkk
Baybay all..!!!

Violin De OliveiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang