Pulang

25 1 0
                                    

Spontan, Violin mengambil biola milik Arthur lalu menempatkan biola itu diatas pundaknya. Ini adalah posisi yang dilakukan untuk memulai bermain biola. Violin menyadari itu, tapi benak Arthur yang melakukan itu.

Biola itu mulai digesek secara perlahan, nada-nada awal dari lagu milik Vivaldi mulai berbunyi. Violin memainkan lagu Summer 'The Four Summer' oleh Vivaldi.

Suara biola itu bergema di depan sungai Geez. Suasana menjadi sangat serius, karena thema lagu itu terdengar seperti menegangkan. Violin menggerakkan jarinya dengan cekatan dan tangkap. Dirinya sendiri kaget karena pada akhirnya dia sangat mahir memainkan lagu itu. Bukan Violin yang sedang bekerja, tapi Arthurlah yang sedang bermain biola, didalam diri Violin. Berulang kali Violin berbangga atas apa yang sedang dilakukannya.

Lagu itu akhirnya selesai dimainkan tanpa adanya buta nada maupun kesulitan dibagian jarinya.

"Woahhhhh, I'm like a great Violinist....!!!!! This is so cool!" Seru Violin melompat kegirangan sambil mengangkat biola itu keatas dengan semangat.

"Hey! Be careful with my violin. Remember, like you said earlier, it's an antique violin. Even though it is an eternal as my soul, it's very expensive. Can't you see, none of them are rippled atany point?" ( Hei! Berhati-hatilah dengan biola ku. Ingat seperti yang kau bilang tadi, itu adalah biola antic. Walaupun umurnya juga abadi seperti jiwaku, biola itu sangatlah mahal. Tidak kah kau lihat, taka da satupun yang reyok.) Seru Arthur yang mendadak keluar dari tubuh Violin.

"Oh iya hehehe sorry bang hehe" Jawab Violin nyengir sambil langsung memasukkan biola itu kedalam gigbag nya, takut si empunya marah seperti mak lampir. Matanya tak sengaja melihat pita rambut yang ditangisi Arthur tadi. Cantik sekali begitulah pokir Violin. Dia ingin menyentuhnya dan memakaikannya di kepalanya, tapi takut Arthur marah, karena itu seharusnya adalah milik adiknya.

Tiba-tiba gadis itu berkata, "What if actually your younger sister is still alive? But maybe now she is old, not as young as you."(Bagaimana jika sebenarnya adik mu masih hidup? Tapi mungkin saja sekarang dia sudah tua, tak semuda seperti dirimu.)

"I hope it's like that. But she is in New York." (Harapan ku masih seperti itu. Tapi dia kan, ada di New york.) Jawab lelaki itu pasrah.

"Mmm, what if you help me become a great violinist, until I succeed and then compete in a international level competition in New York!" (Mmm, bagaimana jika kau membantu ku menjadi violinis hebat, sampai aku berhasil lalu ikut bertanding di kompetisi tingkat internasional di New York!) Sahut Violin semangat.

Arthur berpikir keras dengan ide itu. Kelihatannya itu adalah ide gila dan sesuatu yang illegal untuk dilakukan. Tapi karena mendapat tawaran itu, Arthur mempunyai ide yang licik. "Okay. I will help you, but help me to find my young sister!"

Violin mengangguk setuju dengan semangat sambil tersenyum riang. "Yes! I can help you!! I will also help you to find your young sister!"

*****

"Remember, you just stay in. Don't be afraid." (Ingat, kau hanya tinggal masuk. Tidak usah takut). Ucap Arthur santai sambil memasukkan tangannya ke dalam sakunya.

"How can I not be afraid?! You think it's easy? My mother is very cruellll!"(Bagaimana aku tidak takut? Kau pikir ini mudah? Ibuku sangat kejammm!) Bisik Violin geram.

Saat ini mereka berada di depan pintu rumah Violin. Sudah benar-benar larut malam. Suasana di komplek perumahan nya juga sangat sepi, hening, kecuali diisi oleh suara jangkrik dan kodok yang saling berbalasan di pekarangan. Gadis itu benar-benar was-was, mempersiapkan batin dan mentalnya sekuat mungkin. Belum lagi penampilannya sangat kusam, dekil, bau, bahkan persis mirip seperti orang pinggiran. Tangannya mengetuk pintu beberapa kali, dan memanggil mamanya.

Violin De OliveiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang