"Mah. Vio memang udah ngga les bareng coach Reina lagi. Tapi Vio bakalan tetap ikut kompetisi!" Seru Violin berbicara kepada Agnes yang sedang sibuk menatap beberapa kertas berisi dokumen penting. Violin berada di ruang kerja pribadi milik Agnes.
"Bagaimana kau bisa menampilkan lagu summer nantinya? Reina sendiri melapor pada mama, kamu ngga ada perkembangan berlatih lagu itu." Sahut Agnes tanpa menatap Violin sekalipun, lebih memilih menatap kertas penting yang dipegangnya.
Violin hanya diam gugup menunduk seraya menatap Arthur disampingnya yang sedang melipat tangan memperhatikan Agnes dengan tatapan kesal.
"Violin berani bertaruh ma. Kalau Vio kalah, mama boleh menelantarkan aku ke papa." Ucap Violin pasrah. Kedua orangtuanya sudah lama bercerai semenjak dia berumur 13 tahun.
Anthony, papanya berselingkuh dengan wanita lain, rela meninggalkan Agnes dan Violin demi wanita perusak itu. Jika Violin dilengserkan kepada Anthony, hidupnya tak akan baik. Violin tahu sikap bejat Anthony yang tidak perduli sama sekali terhadap keluarganya. Papanya juga sama saja seperti Agnes yang suka menyiksa dirinya. Ditengah stress karena soal pekerjaan dan masalah pribadi, dirinya selalu menjadi bahan lampias kemarahan mereka sebagai pemuas emosi.
"Mama juga sudah ada rencana mau menelantarkan beban seperti kamu ke Anthony. Mama rugi memelihara kamu. Mama terima ucapan kamu, lagian kamu juga bakalan tidak akan menang. Kamu sudah menguburkan impian mama, Violin. Sana keluar! Aku sibuk dengan pekerjaan ku." Ketus Agnes.
Violin keluar dari ruangan itu menuju kamarnya. Segala cara dilakukan Violin untuk menarik perhatian Agnes agar bangga dengan dirinya. Mengikuti segala perlombaan, belajar mati-matian demi mengejar peringkat pertama, mengikuti aktivitas bergengsi, bahkan mencoba menjadi pemain biola demi mewujudkan impian ibunya.
Sesampainya dikamar, gadis itu mengunci kamarnya duduk berpaku tangan didepan pintu. Violin menghela nafasnya kasar merasa lelah dengan semua kepahitan dihidupnya. Ingin menangis, tapi air matanya enggan turun karena sudah sering menangis.
"Melihat mu, mengingatkan diriku di masalalu." Gumam Arthur di sebelah Violin yang ikut berpaku tangan juga.
"Kamu sudah semakin lancar saja. Dengan begini, otak ku tak perlu repot lagi menerjemahkan bahasa mu."
"Yaa, begitulah aku memang anak yang cerdas." Sambung Arthur.
"Memangnya bagaimana diri mu dimasa lalu?" Tanya Violin penasaran ingin mendengar semua tentang Arthur.
"Sebelum menjadi violinis yang terkenal dan hebat, aku adalah anak miskin. Meskipun kami miskin, orangtua ku tetap bekerja dengan keras. Keluarga kami sangat harmonis, selalu bersyukur dengan apa yang kami hadapi. Suatu saat, aku muak dengan kemiskinan. Bermain biola sudah menjadi bakat luarbiasa sejak aku dilahirkan. Maka itu, aku berusaha berlatih dengan gigih, mengikuti segala kompetisi, mengamen dijalanan mengumpulkan uang untuk mengikuti lomba. Ayah ku juga sangat mendukung dan membantuku. Keadaan mulai membaik, sampai kami bangkit dari kemiskinan. Seharusnya aku senang. Tapi ternyata itu menjadi petaka buruk bagi kami. Ayah ku menjadi egois, bermain wanita dibelakang ibuku. Dia tak perduli lagi dengan anaknya, yang penting aku harus rajin latihan dan memenangkan setiap kompetisi." Arthur menjelaskan nya dengan panjang kali lebar.
Lelaki itu berhenti sebentar lalu kembali melanjutkan, "Aku juga menjadi sombong, bahkan ibuku. Luca, adikku yang paling baik selalu merendah diri. Lalu suatu hari, tepat dihari ulangtahun ku, aku dikutuk oleh seorang yang awalnya adalah penggemar berat ku. Selama terisolasi didalam kotak, aku merefleksikan semua kesalahan ku, salah satunya adalah kesombongan."
"Aku mengerti. Kau sombong. Makanya jangan sombong ngab" Sahut Violin menyenggol Arthur.
"Hmm. Kenapa kau tidak pergi saja kabur dari rumah, beli rumah sendiri, dan hidup sendiri saja?" Tanya Arthur balik.
"Tak segampang itu, tuan Dean. Seenak jidat lo ngomong. Aku tak punya uang untuk kabur."
"Uang ku banyak, tapi ada pada Luca. Segala harta ku dipegang penuh oleh nya. Aku pernah berpesan kepadanya, jika aku sudah tiada simpanlah semua hartaku dengan baik."
"Mulai nih sombong lagi. Dasar flexing." Gumam Violin memutar bola matanya malas.
"Memang benar! Aku punya uang banyak! Aku adalah pemuda terkaya pertama dimasa lalu. Aku bahkan bisa membeli beberapa apartemen elit yang aku mau." Seru Arthur mencoba menyakinkan Violin.
"Yaudah, oke aku setuju dan percaya dengan mu tuan Dean yang kaya raya. Sekarang, kau mau menjumpai Luca dimana?" Ucap Violin ber-oh ria.
"Itu masalahnya. Kau bilang benda pipih itu banyak kegunaannya. Kenapa kita tak mencaritahu darisitu?" Tanya Arthur menunjuk ponsel Violin. Jika Arthur sudah mendapatkan kembali semua hartanya, dia akan menyumpel mulut gadis itu dengan uang dollarnya.
"Benar juga! Kok aku baru ngeh sekarang ya. Ternyata benar kau memang cerdas tuan Dean."
Keduanya serius memperhatikan layar ponsel dengan teliti. Membaca semua laman website yang menampilkan informasi tentang Arthur beserta keluarganya. Beberapa topik tentang Arthur juga banyak bertebaran di situs pencarian itu. Sebagian beberapa isu tentang Arthur membuat Violin tertawa terbahak-bahak.
"Kabur dengan kekasihnya?? HAHAHAHAHA NGAKAK BANGET ANJIRR!! Orangnya lagi ada disini nih, baru lepas dari kutukan hahaha"
Arthur hanya tetap fokus membaca mencari informasi penting dan tak menggubris Violin yang tertawa menggeliat dilantai seperti cacing kepanasan."Arthur Dean Griffin pernah ketahuan membaca majalah dewasa, BENAR ANJIR SI DEAN MESUM..!!! HAHAHAHAHHAHAHA!!!" Celetuk Violin ngakak ketika membaca judul website 'Fakta Tentang Arthur sang Violinis'.
"Sudah puas kau tertawa? Awas saja, jika kau jadi istriku di masadepan nanti, malam pertama mu akan berlangsung menjadi malam terakhir."
"Mana mungkinnnn, dimasa depan nanti aku pasti menikah dengan abang Jeprikk" Sahut Violin percaya diri.
"Bermimpilah sampai menembus langit. Aku akan tertawa puas jika Jefri jelek itu ternyata bukan menikah dengan mu."
Violin spontan diam dan kembali serius mencari informasi.
Wowww nih orang beneran kaya melintir anjir Ucap Violin dalam hati membelalak kaget membaca blogger yang membahas semua fakta tentang Arthur.Satu jam telah berlalu namun mereka belum juga menemukan informasi jelas tentang Luca. Satu hal fakta menyakitkan yang sudah mereka dapatkan adalah, kedua orangtua Arthur sudah meninggal. Yang lebih miris, ayahnya meninggal karena bunuh diri merasa gagal menjadi sosok ayah yang baik. Lalu ibunya, meninggal dibunuh oleh saudara nya sendiri karena berniat untuk mengambil seluruh kekayaan Griffin.
"Ternyata kamu blasteran. Ibumu asli Jepang, ya? Apakah mungkin Luca berada di Jepang juga?"
Arthur menggeleng "Belum bisa dipastikan. Kami tidak pernah mengunjungi keluarga Ibu. Ayah ku pernah bilang, awal pernikahan mereka tidak disetujui oleh keluarga ibuku karena ayahku miskin. Tapi karena cintanya tulus, Ibuku rela dibawa kabur oleh Ayah ke New York."
Ternyata cerita hidup nya menyedihkan juga Batin Violin bersuara sambil menatap Arthur yang sedang sibuk membaca artikel.
"Lihat! Ternyata adik ku tinggal di Indonesia! Kita tak perlu pergi ke New York! Dia sedang ada di Daerah Istimewa Yog-" Seru Arthur semangat menatap Violin membuat ucapannya tak dilanjutkan lagi.
Mereka berdua beradu tatap.
Hening, tak ada percakapan berlangsung diantara mereka berdua. Saling memandang dalam diam, suasana menjadi tegang. Tatapan mata Violin yang sayu terukir jelas dari raut wajahnya terlihat menyimpan begitu banyak kesedihan yang dipendam.Semenit berlalu, Arthur berdehem merasa salah tingkah karena ditatap lama membuat Violin tersadarkan kembali fokus melihat ponsel.
"Aku tau aku terlalu tampan. Hampir saja kau terlena dengan wajah ku." Ucap Arthur berbangga diri.Violin menggaruk kepalanya yang tak gatal berlagak acuh tak acuh karena malu kepergok Arthur. "Eng- enggak yaaa. Gausah pedean dehh. Dimana tadi?"
Lelaki itu hanya tersenyum manis melihat Violin yang salah tingkah lalu menjawab, "Daerah Istimewa Yogyakarta"
********
KAMU SEDANG MEMBACA
Violin De Oliveira
Fantasy[ON-GOING!!] 👺👺👺👺👺 [Update setiap hari!] [Jangan lupa follow!] Saling mutualan yok hehe:> "Mama capek ngurus anak yang engga berguna seperti kamu!" Bentak Agnes. Violin De Oliveira, remaja 17 tahun mampu bertahan hidup diatas penderitaan yang...