Siang itu, suhu kota Bandung sangat panas dan menyengat. Tumben Bandung sepanas ini?!! Violin berjalan kaki dipinggir jalan raya tepat ditengah kerumunan orang yang juga sibuk berjalan kaki sambil fokus terhadap ponselnya masing-masing.Masih mengenakan pakaian olahraganya, Violin berjalan cepat terlihat buru-buru dengan tas ransel dipunggung dan menenteng gigbag biolanya. Usai kejadian memilukan yang menimpanya tadi, Violin meminta izin kepada guru piket untuk pulang lebih awal. Gadis itu hendak pergi ke Studio Musik untuk melaksanakan latihan terjadwal dengan Coach Reina, pelatih musik biolanya. Violin masih kesal dengan kejadian dilapangan sekolah tadi. Kebetulan saja saat ini dia ijin latihan sehingga tidak melanjutkan pelajaran di sekolahnya, lalu melihat si Jahil berbicara, atau mendengarnya di kelas. Kali ini Violin benar-benar marah dengan Sheina.
Tapi, meskipun gadis itu seharusnya merasa tenang, Violin juga sebenarnya malas berjumpa dengan Riani karena cerewet, angkuh, dan arogan.
"Ngga papa, kali ini gua bersyukur karena udah menghindar dari Sheina shibal! Males gue liatnya." Batinnya geram.
10 menit kemudian, gadis itu akhirnya sampai di depan studio dengan keadaan yang sangat lelah, kemudian duduk beristirahat sebentar ditangga sambil memandang jalanan. Meskipun jarak studio tidak jauh dari sekolahnya, Violin tetap saja kelelahan berjalan karena menggendong tas yang berat, sambil menenteng gigbag biola nya, ditambah lagi berjalan dibawah terik panas matahari yang begitu menyengat, membuat siapapun yang merasakannya mengubah mood menjadi down drastis.
Sebuah mobil Xpander Silver berhenti di hadapannya. Dari dalam mobil, Reina keluar dengan setelan kasual vintage sederhana namun tetap menampilkan kesan mahal. Tak lupa dengan ekspresi datar pada wajahnya serta sorot mata tajam seperti mengintimidasi itu selalu melekat kepada seorang Reina. Mobilnya berlalu meninggalkan Studio Musik.
Sungguh Violin benar-benar benci wanita itu. Sudah beberapa kali gadis penggesek biola ini merengek minta ganti coach kepada Agnes ibunya, tapi selalu ditolak mentah-mentah. Karena apa? Karena Reina adalah seorang violinist ternama dan sangat dihormati. Menyewanya saja memerlukan biaya yang sungguh mahal. Untuk apa Agnes mencari coach lain, jika berlian sudah di depan mata?
Violin spontan berdiri hendak menyapa Reina dengan mengucap 'siang coach' namun sapaan itu dipotong oleh Reina yang bertanya, "Sudahkah kau mahir bermain Summer 'The Four Seasons' oleh Vivaldi?"
Gadis itu mendadak gugup tak tau harus menjawab apa agar Reina senang mendengarnya.
"Belum coach." Jawab Violin sambil menundukkan kepalanya.
Reina menaikkan dagunya, matanya menatap sinis gadis SMA dihadapannya itu, "Kenapa?" Tanya nya lagi dengan nada halus.
"Pola ritme nya sangat rumit. Perubahan tempo dan pergeseran dinamisnya sangat cepat. Navigasi jari-jari ku juga kurang responsif terhadap pergerakan itu coach. Maafkan aku, tapi aku akan berlatih lebih maksimal lagi." Jawab Violin gugup.
Reina membuang mukanya kasar memandang ke jalanan, lalu kembali menatap lawan bicaranya. " Pulanglah ke rumah. Aku tidak bisa lagi melatih murid payah seperti mu." Ucapnya tegas dan berlalu dari hadapan Violin.
Violin menarik tangan Reina sebelum hendak pergi masuk kedalam studio. " Maafkan aku coach! Aku mohon beri aku kesempatan. Aku tidak ingin mengecewakan mama, please...Aku akan banyak berlatih!"
"Kau tau kan? Kompetisi nya akan mulai dalam waktu 3 hari lagi! Bagaimana kau bisa tampil kalau kau masih payah begini? Aku tak mau media tau bahwa kau adalah murid yang ternyata adalah didikan ku. Mau ku taruh dimana wajah ku ini?"
"Aku pasti bisa melakukannya coach! Suer!"
"Enyahlah dari hadapan ku. Aku tidak mau menghabiskan waktu sia-sia hanya karena meladeni omong kosong mu. Ingat ini Violin, aku hanya melatih pemain biola yang bertalenta tinggi. Biar kuberitau fakta seseungguhnya, bahwa kau tidak memiliki bakat dalam bermain biola. Ibu mu rela bersembah sujud kepadaku demi kau supaya bisa menjadi Violinis terkenal." Jelas Reina dengan penuh penekanan pada setiap perkataannya untuk menghancurkan mental gadis itu dengan sengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violin De Oliveira
Fantasy[ON-GOING!!] 👺👺👺👺👺 [Update setiap hari!] [Jangan lupa follow!] Saling mutualan yok hehe:> "Mama capek ngurus anak yang engga berguna seperti kamu!" Bentak Agnes. Violin De Oliveira, remaja 17 tahun mampu bertahan hidup diatas penderitaan yang...