°°°
⚠️typo bertebaran"Ughhh" lenguhan halus terdengar, kelopak mata yang sejak lama terpejam perlahan terbuka menampakkan iris cantiknya.
Menggerjap gerjap lucu guna menyesuaikan cahaya yang memasuki indra pengelihatanya, kepalanya perlahan bergerak menatap ruangan bernuansa putih di penuhi dengan aroma obat obatan.
"Shhh" desisnya tatkala tanganya yang di infus ketarik.
Cklek
Suara pintu di bukak mengalihkan perhatian pemuda yang tengah asik dengan pikirannya, melirik dengan ekor matanya. Ia mengernyit heran saat melihat siapa yang datang.
"DOKTER TEMEN SAYA SUDAH SADAR!!!" teriaknya membuat Raden reflek menutup sebelah telinganya.
"Sejak kapan iky ganti wajah?" batin Raden menatap lekat lelaki yang kini sudah berdiri di sampingnya sambil memeluk dirinya, membuat bulu kuduk Raden berdiri.
Tersentak kaget, Raden mendorong pelan tubuh lelaki yang masih memeluknya.
"Kapan lu oplas ki? Kok jadi cantik?" ujar Raden dengan suara serak khas orang sakit.
"Hah?" beo lelaki mungil yang berdiri di sebelah Raden.
"Hah hoh hah hoh, Kak Aksa mana? Tumben tuh orang gak jenguk gue, biasanya paling panik" oceh Raden memalingkan wajahnya menatap kedepan, sakit lehernya kelamaan noleh.
"Lu ngomong apa sih, Vin? Kak Aksa siapa?"
Kembali menoleh, Raden mengerutkan alisnya bingung kala mendengar orang di sebelahnya menyebut 'Vin' dan tidak mengenal Aksa.
Baru hendak mengucapkan kalimatnya, seorang dokter masuk di ikuti oleh perawat. Raden menatap lekat dokter di hadapannya. Dr. Andy itulah nama yang terpasang di jasnya.
Dr. Andy berjalan mendekat ke Raden. Dan mulai memeriksanya, merasa tidak ada yang salah, dokter pun menatap raut kebingungan pasiennya.
"Kamu inget saya?" tanyanya, langsung di hadiahi gelengan oleh Raden.
Melihat respon Raden, Dr. Andy menghela nafas lalu berbalik menghadap Juna.
"Semuanya aman, hanya saja sepertinya tuan kevin mengalami amnesia ringan" jelas dokter.
Mendengar penjelasan dokter, Juna menggeleng tidak percaya, ia lantas menghampiri Raden lalu mengguncang pundaknya.
"Vin, lo pasti inget gue kan?" seru juna menatap Raden tidak percaya.
Menepis tangan yang bertengger di pundaknya, Raden menatap datar pemuda yang langsung terdiam tatkala Raden menepis kasar tanganya.
"Sorry. Bukannya gak inget, tapi gue gak kenal sama lo"
Diam membisu, Juna menggeleng masih tidak percaya. Beda dengan Raden, ia malah memutar mata males lalu melirik kearah dokter yang sedang ngomong dengan perawat.
"Dok" panggil Raden dengan suara seraknya.
"Iya?" sahut Dr. Andy menoleh kearah Raden.
"Saya beneran amnesia? Tapi saya inget kok siapa saya"
Dr. Andy mengernyit heran.
"Kalo inget, coba sebutin siapa nama kamu"
"Raden Micael Devara" jawab Raden dengan cepat.
Tertawa kecil, Dr. Andy mengusak pelan rambut pasiennya.
"Kamu ini, jelas jelas nama kamu itu Kevin Aksara Pratama"
"What?" beo Raden dengan muka bodoh.
"Saya harus ke pasien yang lain. Oh iya, ingatan kamu perlahan lahan akan kembali" jelas Dr. Andy lalu beranjak dari sana di ikuti oleh kedua perawat.
Sebelum sepenuhnya keluar, Raden kembali berseru membuat Dr. Andy menghentikan langkahnya dan menatap Raden bingung.
"Dok, kapan saya boleh pulang??" tanya raden.
"Dari yang saya chek, sepertinya besok tuan sudah boleh pulang" sahut sang dokter sambil tersenyum kearahnya, raden ngangguk-ngangguk lucu, dan dokter tersebut kembali melangkah meninggalkan kamar yang di tempati oleh Raden.
Raden beralih menatap kearah Juna yang sedang menatapnya sendu, ia merasa geli melihat tatapan lelaki di depanya
"Vin lu beneran lupa sama gua??" tanyanya sekali lagi
"Lo gak denger apa yang di bilang sama tuh dokter gadungan? Udah jelas jelas gue amnesia ya lupa lah" cerocos Raden memalingkan wajah kearah jendela yang gordenya sengaja di bukak.
Menghela nafas kasar, Juna duduk di tepi ranjang, menatap lelaki yang kini masih sibuk menatap keluar jendela.
Raden melamun berusaha mencerna semua yang terjadi. Namun, sayang otaknya belum konek, yang ada di pikiranya hanya satu, yaitu transmigrasi.
"Lawak." kekeh Raden melirik kearah lelaki yang sejak tadi melamun.
"Eh lo, bawa ponsel gak?" tanya Raden dengan nada ketus.
Tersadar dari lamunannya, Juna mengangguk lalu mengambil ponsel dan memberikannya kepada Raden.
Meraih ponsel yang di berikan, Raden mengangguk kemudian mengarahkan ke wajahnya. Wajah tampannya kini musnah, hanya tersisa wajah manis dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir merah cerry, oh jangan lupakan iris coklatnya dan tahi lalat tepat di bawah sudut kanan matanya.
"Hiks badan sixpack gue hilang" batinya sembari menangis di dalam hati.
Tersadar akan sesuatu, ia sontak meraba raba perutnya yang di baluti pakaian rumah sakit, dan ternyata..... Ada kotaknya juga guyss, alhasil Raden bisa bernafas lega.
Setelah mengetahui wajah barunya, ia mengembalikan ponsel milik lelaki yang ia tidak tau namanya.
"Thanks, btw nama lo siapa?"
"Arjuna, panggil aja Juna" sahut Juna cepat, oh jangan lupakan senyuman yang menghiasi wajah tampan nyerempet manisnya.
Mangut mangut paham, Raden menyingkirkan rambut yang menusuk matanya.
Ruangan seketika hening. Raden kembali fokus dengan pikirannya sendiri, dan Juna memilih untuk bermain ponsel.
Raden tiba-tiba menyeringai serem, juna yang merasakan aura negatif di sekitarnya langsung menoleh kearah Raden yang sedang tersenyum mengerikan.
Juna langsung memegang bahu sahabatnya.
"Vin sadar vin sadar. @#@#) ##9$++#))" juna komat kamit sambil menggoyang-goyangan tubuh Raden.
"Lu kira gua kerasukan!!" teriak Raden tepat di depan wajah juna.
"Ya habisnya lo senyum-senyum sendiri, gua kira lo kerasukan" sahutnya enteng lalu berjalan kearah sofa yang emang di sediakan disana.
Merotasikan bola mata males, Raden kembali tersenyum aneh menatap keluar jendela. Ini masih dunianya, hanya saja dirinya berada di raga orang lain.
So, bisa di bilang Raden tidak bertransmigrasi ke novel atau apalah itu, ia hanya berpindah jiwa ke raga Kevin yang masih berada di tahun yang sama dengan dirinya.
Next.....
Untuk awalan dikit aja ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Love.
Random⚠️ BxB area Transmigrasi? Pindah jiwa? Apa apaan itu, Raden tidak mempercayai semua itu. Sebelum dirinya mengalaminya sendiri. Saat sedang asik asiknya di kelas tiba tiba seorang gadis datang entah dari mana usulnya dan memberikan Raden bekal beru...