part 12.

10.2K 616 5
                                    


°°°
⚠️Happy Reading

Setelah aksi balapan kemarin malam, saat ini Raden yang hinggap di raganya Kevin sedang berada di kelasnya di temani oleh Juna. Kelas lumayan sepi hanya ada beberapa murid yang berada di kelas, Juna asik bermain game. Sedangkan Raden merenungi nasibnya.

"Hahhhh"

Entah sudah keberapa kalinya ia menghela nafas, menatap kosong papan tulis di depan. Raden menggerakkan tangannya menggambar pola abstrak. 

"Lu kenapa dah?" bingung Juna melirik dengan ekor matanya.

"Jun, keliling sekolah yok" ajak Raden, dirinya bener bener bosen saat ini. 

"Ma.Ger" eja Juna menatap males Raden.

Menatap julid sahabatnya, Raden bangkit dari duduknya dan melangkah pergi. Menelusuri koridor lantai satu, matanya kadang melirik kesana kemari. Raden memasukkan tangannya kesaku celana. Di mulutnya terdapat permen milkita yang tadi pagi sempat ia curi di laci milik Rafa.

Melangkahkan kaki kearah kantin, Raden memainkan permen yang ada di mulutnya dengan lidah, ekor mata melirik ke lapangan tempat upacara. Di dekat tiang bendera ada beberapa murid yang di hukum gara gara terlambat, dan ada juga yang memutari lapangan.

Suara siulan mengalihkan perhatian Raden saat melewati tangga ke lantai dua. Berjalan mudur beberapa langkah hingga kembali ke tangga tadi, Raden menoleh untuk melihat siapa yang bersiul.

Di tangga ada sekitar tiga orang siswa tengah duduk sembari menatap kearah Raden, memutar mata males Raden menaikan sebelah alisnya. Dua di antara ketiga pemuda itu Raden mengenalnya, Riko dan Rendy. 

Raden yang hanya mendapatkan respon senyuman, menghela nafas panjang dan kembali berjalan mengabaikan panggilan salah satu dari mereka. Mending ngurus perutnya yang keroncongan ketimbang ngeladenin monyet.

Setelah beberapa menit berjalan kini ia sudah sampai di kantin dan berniat akan memesan makanan.

Masih asik bergumam, Raden tidak sadar kalo sudah berdiri di depan stan soto ayam, mbak mbak yang jualan memiringkan kepala kala melihat pelanggannya diam dengan tangan yang terus memegang dagunya.

"Anu dek, mau pesan apa?"  tanya mbaknya ramah, pasalnya manusia di hadapannya ini hanya diam sambil bergumam.

Menggeleng cepat, Raden Menggaruk tenguknya yang tak gatal, Raden tersenyum kikuk lalu meminta maaf. Sehabis itu ia lantas menyebutkan pesanannya, mbaknya mengangguk dan bilang akan membawakan pesanannya nanti. 

Kembali berpikir keras, Raden menjatuhkan pantatnya di kursi. Kantin hanya di isi oleh dirinya seorang, ya maklum belum pada isistirahat. Namun, karena kelas 10 IPA 2 mendapatkan jamkos jadinya Raden memilih untuk pergi ke kantin, untungnya lagi sepi.

"Sok serius bener tuh muka"

Reflek menoleh kesamping, Raden termenung melihat siapa yang kini duduk si sebelahnya. Sudut bibir perlahan terangkat, Raden mencubit pelan hidung lelaki di hadapannya.

"Kemana aja? Dari kemarin siang gak muncul" Raden menatap lekat manik indah Kevin.

"Nyariin si Peri aneh itu, semanggi kelopak lima"

Merubah raut wajahnya, Raden mengerutkan alis bingung, "Hah?"

"Emang ada semanggi kelopak lima? Perasaan cuma nyampe empat" bingung Raden, emang ada ya? 

"Nah itu, namanya juga peri aneh"

"Gue jadi penasaran sama wujud tuh peri"

Destiny of Love. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang