part 2.

23.5K 1.5K 28
                                    

°°°
Happy Reading 📖

 
Menatap kagum rumah bertingkat di hadapannya, Raden ternganga. Sekaya kaya dirinya, nih orang lebih kaya keknya.

Melangkahkan kakinya masuk, mata tidak berhenti di satu titik. Ia menoleh kesana kemari dengan pandangan kagum.

Setibanya di pintu utama, dengan ragu ragu ia mendorong pintu tersebut. Baru terbuka setengah, gelak tawa yang berasal dari ruangan tamu mencuri perhatian Raden. Setelah pintu sepenuhnya terbuka, Raden berjalan masuk.

Melirik dengan ekor matanya, Raden menatap beberapa orang yang tengah tertawa bahagia di ruangan tamu. Pandangan Raden jatuh pada gadis yang tengah duduk di pangkuan salah satu pemuda yang ada disana.
"Tuh lonte ngapain disini?" gumam Raden menatap heran pada gadis yang sedang disuapi buah.

Menyadari keberadaan seseorang, salah satu yang berada di ruangan tamu tersebut menoleh kebelakang. Membelalak kaget, ia lantas bangkit dari duduknya dan menghampiri Raden.

"Kenapa gak bilang dulu, kalo udah boleh pulang" ujarnya dengan nada lembut.

Memutar mata males, Raden menepis kasar tangan yang berada di atas kepalanya.

"Dih, lo siapa njing? Sokab bener dah" ketus Raden mendelik.

Rafael Arsen Pratama.

Suasana yang awalnya riuh mendadak jadi hening, kini semua pasang mata menatap heran Raden. Rafa masih diam membeku mendengar ucapan adiknya.

"Jangan bercanda." tekan Rafa dingin, wajah yang tadinya keliatan lembut berubah tanpa ekspresi.

Bukannya takut dengan tatapan tajam yang di berikan oleh Rafa. Raden malah bersmrik tipis, menatap remeh orang di depannya.

"Gue lupa ingatan"

Hanya tiga rangkaian kata itu yang keluar dari mulut Raden. Walau hanya tiga kata. Namun, mampu membuat semuanya kembali tercengang.

Bosen dengan aura sekitar, Raden menepis kasar tubuh Rafa dan hendak beranjak pergi.

Grep

"Kak Kevin!! Akhirnya kakak pulang juga, Cia kangen tau"

Tersentak kaget, Raden reflek menghempaskan gadis yang sedang bergelayut manja di lengannya. Karena tidak sempat mengelak, Cia jatuh dengan tidak elitenya ke lantai.

Raden menatap jengah gadis yang kini tengah menununduk disertai dengan isaknya. Tadinya mereka yang sedang santai di ruangan tamu, beralih mendekat.

"Uhh, drama pasaran" batin Raden, ia menghela nafas.

"Hiks k-kenapa hiks kak-kakak hiks ngedorong hiks C-cia hiks kakak hiks b-benci hiks y-ya sa-sama Cia hiks. (Kenapa kakak ngedorong Cia, kakak benci ya sama Cia)"

Dengan wajah minta di kasihani, Cia mendongak menatap tubuh Kevin, air mata masih mengalir dari pelupuk matanya.

Menyadari semua tatapan menuju padanya, Raden mengangkat kepalanya pelan.

"Argh, bacot!! Pusing gue" frustasinya, Raden memejamkan matanya yang terasa berat.

Mencengkram keras kepalanya, Raden merasa pandangannya mulai muram. Rafa yang melihat tubuh adiknya sempoyongan dengan sigap menggendongnya bridal.

Tepat setelah tubuhnya di gendong oleh Rafa, kesadarannya langsung hilang. Mereka yang ada disana ikutan panik melihat Raden kembali tidak sadarkan diri.

Andra Josua Arlangga.

Andra yang kebetulan tau siapa dokter pribadi keluarga Pratama, sontak mengambil ponselnya dan menghubunginya.

Destiny of Love. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang