part 21.

7.6K 442 4
                                    

Pagi hari. Sekolah ramai dengan suara gaduh dari para murid. Duduk termenung di atas motor. Raden menopangkan tangan pada helm di depannya. Untung ia demamnya cuma sehari jadi sekarang sudah bisa kembali ke sekolah. Mengeluh lemas, tubuh mungilnya ia turunkan.

Tangan mungil bergerak meraba kunci. Setelah di dapatkan benda tersebut. Kaki melangkah menjauhi pekarangan parkiran, suara kendaraan sentiasa bergema tatkala ada murid datang. Semakin lama berjalan, semakin banyak juga suara gaduh para murid perempuan yang tengah menggibah.

"Udah sembuh lo?" basa basi Juna, membawa tangannya naik ke bahu sahabatnya itu.

Kepala menoleh ke samping. Raden mengangguk singkat sebagai jawaban, lidahnya terasa sulit bergerak, bahkan hanya untuk berbicara. Menghelai nafas panjang, Arjuna berjalan beringin dengan Raden yang ada di rangkulanya.

Detik demi detik berlalu. Lorong panjang itu kini sudah berhasil di lewati oleh mereka. Baru saja melangkahkan kaki beberapa langkah di dalam kelas, mereka sudah langsung di hadang oleh siswi cantik. Di tangan siswi itu terdapat buku dan pulpe kecil yang hendak mencoretkan tinta pada kertas.

"Kas kas, jangan setatus doang kaya. Bayar kas lima rebu kagak mampu." semprot gadis itu, tangan membenarkan kaca mata.

"Kagak bawa duit gue, nih bawa lima rebu pas. Nanti gue jajan pake apaan?" memelas, Raden mengeluarkan uang lima rebuan dari kantong almamaternya.

"Pake gigi lo"

"Lagian, emang iya lo sekolah cuma bawa goceng?" lanjut siswi tadi, menulis sesuatu di kertas kebanggaannya itu. Tubuh idealnya ia bawa ke hadapan Juna.

Tidak menggubris ucapaan bendahara cantik di depannya. Raden mendengus, langkah kecil berserakan. Ia berjalan ke tempat duduknya, meninggalkan Juna dan Neysya yang tengah bertengkar masalah kas.

Tas di letakkan begitu saja, tubuhnya kembali berbutar arah, lalu melangkah meninggalkan tempat duduknya.

"Mau kemana?"

Langkah berhenti di tengah jalan, Raden bergerak memutar tubuh kesamping, kearah Juna.

"Keluar bentar, mau ikut?" ajak Raden, jari jemarinya menyisir rambut ke belakang.

"Ooh, gak deh. Gue mau tidur"

Mengangguk pelan, Raden kembali melangkah ke pintu kelas. Tidak ada tujuan sebenarnya. Tapi kalo berdiam diri di kelas, lebih bosen. Mending jalan jalan, siapa tau nanti ketemu kakel cantik. Ahayyy.

Realita memang tidak pernah semulus ekspetasi, baru tadi ia berangan angan bakal ketemu kakel cantik. Namun, sayangnya yang ia temui bukanlah kakel cantik seperti di ekspetasinya. Melainkan siluman alien yang ingin menaklukkan bumi, seperti adudu. Siapa lagi kalo bukan Cia, si Queen of drama.

"Kak Kevin!!!"

Teriakan jelek itu yang selalu merusak gendang telinga Raden. Kalo boleh, dirinya ingin sekali mengubur Cia hidup hidup. Namun, ia sadar kalo itu adalah perbuatan biadap dan hanya di lakukan oleh syaiton.

"Stop!!! Don't touch me, bitch." sargah Raden, menghempaskan tubuh mungil Cia dari lengannya.

Bibir mengerucut kesal, Cia menatap melas lelaki di hadapannya. "Ihh, kak Kevin kok ngomongnya gitu sih? Emang Cia ada salah ya sama kak Kevin?"

"Tujuan lo sebenarnya apa sih?"

"Lo deketin gue sama abang gue pasti ada tujuannya kan? Gak mungkin lo bakal bertingkah kayak gini, kalo gak ada maunya. Lo dekatin Andra sama yang lain, buat di jadiin tameng buat masalah yang lo bikin kan?" muak Raden, kedua lengan dilipatkan di depan dada. Raden menatap lekat mimik tidak terbaca Cia.

Destiny of Love. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang