part 7.

14.3K 919 2
                                    

°°°
⚠️Happy Reading
(Semoga tidak bingung)

Seminggu telah berlalu dimana Raden di buat pusing oleh Cia yang tiba tiba menabraknya dan langsung sujud sambil nangis nangis, Raden kira gadis itu bakal kapok. Namun, nyatanya malah semakin gencar menuduh Raden yang tidak tidak, untungnya kebanyakan masih percaya pada dirinya.

Seperti saat ini di kediaman Pratama, Raden yang tengah bermain PS bersama Riko, di buat pusing tujuh keliling tatkala Cia merengek pada Rafa untuk menyuruh Raden agar selsai main PS. 

"Hiks C-cia ma-mau hiks Ma-main hiks s-sama k-kak R-riko hiks (Cia mau main sama kak Riko)" tangisnya mengoyang goyangan lengan Rafa.

"Berisik!!" bentak Rafa menghempaskan tubuh Cia kasar.

Bangkit dari duduknya Rafa melirik kearah Raden yang sedang bermain dengan Riko, setelah itu ia beranjak ke dapur.

"Oy itu yang pendek, sini bentar" panggil Raden menujuk kearah Rendy yang tengah membahas sesuatu dengan Andra.

Yang di panggil mengerutkan alis bingung, menatap kanan kiri, Rendy menunjuk dirinya. "Gue?"

"Iya anjing, buruan napa!!"

Mendelik kesal, Rendy mendekat kearah Raden lalu menaikan sebelah alisnya. Tidak diduga Raden malah menarik tangannya dan mendudukanya di samping Riko.

"Gantiin, gue mau ke kamar"

Ngasih stik PS nya ke Rendy, buru buru Raden menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Rafa yang baru datang dari dapur menatap heran adiknya.

"Adek gue kenapa?"

Duduk di sebelah Andra, Rafa menatap laptop yang tengah menampilkan beberapa file.

"Gak tau, takut sama tuh kunti kali" celetuk Riko.

Sepertinya ada yang ngerasa, Cia menunduk mencengkram erat ujung dresnya.

"Emm, udah malam. Cia mau pulang aja" cicitnya tapi masih dengan nada imutnya.

Bilang gitu bukan sepenuhnya mau pulang, ia hanya akan ngetes apakah kehadiran dirinya di sini masih di perlukan.

"Pulang ya tinggal pulang, gak ada gunanya juga lo disini" Sarkas Riko tanpa melirik kearah Cia yang sudah memasang wajah marahnya, tetapi langsung di rubah.

Rafa hampir menyemburkan jusnya mendengar ucapan ceplas ceplos Riko. Dengan senyuman yang di paksakan, Cia bakit dari duduknya lantas pergi setelah berpamitan.

Menghela nafas panjang, Rafa menyenderkan punggungnya di sofa.

"Raf, lu gak ngerasa aneh sama Kevin?" Andra Tiba-tiba angkat bicara.

"Yakali gue yang udah bareng Kevin bertahun tahun gak ngerasa" lirih Rafa memijat pangkal hidungnya.

"Kalo di liat lebih teliti, dari cara berpakaian sampai cara bicara. Kevin mirip sama Raden anak kelas 11 yang lagi koma itu gak sih?" celetuk Rendy menimpali.

Rafa mengangguk menanggapi ucapan Rendy.

Yang di bicarakan kini tengah memegang kupingnya yang terasa panas, "yang ngomongin gue, gue do'ain gak bisa berak seminggu" batinnya.

Menatap ponselnya yang menampilkan kartun duo botak, kepalanya tengah di elus dengan lembut oleh Kevin Asli.

"Gue harus kembali" ucap Kevin menarik kembali tangannya.

"Cepet banget" cemberut Raden mengerucutkan bibir kesal.

"Anjayyy, gue imut juga kalo lagi kesal!!" pekik Kevin menatap binar tubuhnya yang kini di tempati oleh Raden.

Destiny of Love. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang