part 9.

11.7K 770 4
                                    


°°°
Happy Reading


Lagi asik asiknya melangkah di Koridor lantai dua untuk menuju rooftop tadi, Raden tiba tiba di tarik dan di bawa pergi. Dan ternyata dirinya di tarik ke rooftop.

Raden menatap datar orang yang tadi menariknya, beberapa kali ia akan mengacungkan jari tengahnya ke arah Iky. Namun, hanya di balas delikan oleh pemuda dengan rahang tegas, hidung mancung, kulit kuning langsat, jangan lupakan matanya yang tajam bak elang itu.

"Dih. Lo pada kenapa dah natap gue segitunya" sarkas Raden bergidik ngeri menatap beberapa orang yang ada disana.

"Bening uyy" ujar lelaki bekulit tan dengan tahi lalat di bawah mata, Nathan. Menatap Kevin dari atas sampai bawah, ia terkagum kagum.

"Tuh mata mau gue colok?" sinis Kevin mengangkat dua tusuk sate yang entah ia dapat dari mana.

"Canda Den, btw gimana ceritanya lo bisa nyangkut di tubuh nih bocah?" 

"Gue juga gak tau gimana ceritanya bisa nyangkut di tubuh Kevin. Tapi pas gue udah mau pindah jiwa, gue samar samar dengar bisikan yang bilang 'dialah takdirmu' gue yang gak paham cuma diem sambil terus jalan ngikutin lorong putih"

"Sampai dimana gue bukak mata dan udah bangun di tubuh ini. Gue kaget bukan main waktu Dr. Andy bilang nama gue Kevin"

"Hah?" beo mereka barengan.

PLAKK

Sakti yang kebetulan duduk bersebelahan dengan Raden langsung mendapatkan tabokan maut di kepalanya, meringis memegang kepalanya yang nyut nyutan. Sakti menatap tajam lelaki di sebelahnya.

"Akhhhhh"

Memekik kesakitan, Raden mencengkram tangan Sakit yang sedang menjewernya.

"Woii anjing!! Lepasin bangsat, sakit goblok!!"

Mengumpat kasar, Raden menarik narik rambut Sakti agar melepaskan jeweranya.

Menatap keduanya datar, Daniel maju menutup wajah mereka dengan tangan lalu menjauhkannya.

"Bisa gak sih sehari aja lo berdua akur!!" emosi Daniel bergacak pinggang.

"Sampai bau tanah pun kayaknya mereka kagak bakal akur" celetuk Rangga mengalihkan fokusnya dari ponsel.

Ucapan Rangga langsung di hadiahi plototan horor oleh keduanya, mendapat plototan bukanya takut Rangga malah mengedikkan bahu dan lanjut bermain game.

"Den. Yang ngasih lo makanan waktu itu siapa?" tanya Daniel meluruskan topik.

"Nah iya!!" Kenan ikut berseru menatap Raden penuh tanda tanya.

Menarik nafas gusar, Raden menyenderkan punggungnya pada tembok balkon. Jadi posisinya tuh mereka lagi lesehan di lantai.

"Amira"

"HAH????" teriaknya serempak hingga menggema.

"Amira yang mana anjing?! Biar gue gorok lehernya" seru Sakti dengan semangat yang mengebu gebu, ia mengangkat lengan bajunya hingga menampilkan ototnya.

Rangga menjulingkan mata dengan mulut mencibir, "eleh, bilang aja mau pamer otot"

Seperti ada yang mencibir, Sakti memicing menatap curiga ke Rangga, "lo ngomong apa barusan?"

Melirik dengan ekor matanya, "gak ada tuh" sahutnya lalu lanjut ngupil. 

Mereka yang menatap kelakuan Rangga langsung bergidik ngeri, mana di bulet buletin lagi, kan tambah jijik mereka. Sedangkan sang pelaku hanya merespon dengan wajah bingungnya.

Destiny of Love. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang