°°°
Happy Reading 📖."Astaga, nih manusia satu pelupa apa bego sih"
°°°
"KEVIN!!"
Tidak jadi menoleh ke pohon, keduanya malah memusatkan perhatiannya pada pintu masuk taman. Seorang pemuda tengah mengatur nafas, tangan bertumpu di lutut serta keringat yang membasahi wajahnya.
Udah seperti orang habis maraton ke mars, Arjuna mengusap usap dadanya yang terasa sesak.
Fyuhh
Menghembuskan nafas kasar, Arjuna menegakan badan. "Vin!! Temenin ke perpustakaan"
Rafa menatap datar sahabat adiknya itu, masih penasaran dengan suara tadi. Rafa menoleh kearah pohon, tetapi tidak ada apa apa.
Menaikan sebelah alis, Raden melipatkan tangan di depan dada, "biasanya juga sendiri" cibir Raden.
Memperlihatkan gigi rapinya, Arjuna tersenyum nyengir. "Hehe, pengen di temenin aja"
"Ada yang gangguin?" Raden bertanya seperti itu karena deja vu saat Kenan meminta menemaninya ke perpustakaan juga, dan ternyata lelaki itu ada yang menganggunya.
Juna cuma diam, ia tidak tau harus jawab apa. Kalo bilang ada yang gangguin sih gak. Tapi kalo ke perpustakaan sendiri sering di samperin sama cogan. Jadi itu namanya di gangguin atau apa?
Keterdiaman manusia yang saat kini bersetatus sebagai sahabatnya juga, membuat Raden menghela nafas lalu mengangguk.
"Iya gue temenin" final Raden melirik ke abangnya. Juna tersenyum semangat mendengar respon sahabatnya itu.
Arjuna mengikuti arah pandang Raden, tepat di meja Raden duduk tadi, terlihat ada sosok pemuda dengan rambut acak acakan, seperti gembel kalo kata Juna.
"Vin, abang lu kenapa? Kok kayak gembel?" Sambar Juna menatap perihatin penampilan Rafa. Padahal cuma rambutnya doang yang berantakan. Namun, namanya juga Arjuna ya udah pasti bakal di panjang panjangin.
Rafa yang sedang asik dengan pikirannya sendiri, mengernyit saat merasa kalo ucapaan itu untuk dirinya. Saat ia menoleh, dan bener saja Raden dan Arjuna tengah menatapnya.
"HEH ARJUNA KAGAK BISA MANAH, MENDING LO DIEM SEBELUM TUH MULUT GUE SUMPAL PAKE KAOS KAKINYA KEVIN!!" Ngegas Rafa penuh emosi, moodnya sudah rusak. Eh malah datang bocil yang mengatainya gembel, apakah matanya katarak sampai tidak bisa melihat ketampanan dirinya ketika rambutnya sedang diacak acak?
Arjuna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kepalanya kini menoleh kearah Raden. Merasa di tatap, Raden melirik kesamping.
"Lagi badmood dia, jadi biarin aja" cerca Raden.
Mengangguk kikuk, Juna tersenyum semaksimal mungkin dan membungkuk meminta maaf pada Rafa.
"Udahlah yok. Bang gue mau ke perpustakaan bentar"
Raden beranjak mendahului Juna, tangannya sarat akan ponsel yang menampilkan room chat dengan seseorang. Sedangkan Juna sempat menghentikan langkahnya saat Rafa mengucapkan sesuatu. Menelan ludah kasar, Arjuna menggeleng menyauti ucapan Rafa.
°°°
Mungkin butuh beberapa menit untuk pergi ke perpustakaan yang letaknya lumayan jauh dengan lantai satu, gedung perpustakaan tepat berada di tengah gedung IPA dan IPS, jadi yang ke perpustakaan itu tidak hanya anak IPA. Ada juga anak IPS.
Saat ini kedua oknum dengan paras manis itu sedang berdiri di depan pintu perpustakaan yang tertutup rapat, tangan salah satunya terulur untuk mendorong pintu besar tersebut, hingga suara decitan pintu terdengar membuat sang penjaga berjengit kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Love.
Random⚠️ BxB area Transmigrasi? Pindah jiwa? Apa apaan itu, Raden tidak mempercayai semua itu. Sebelum dirinya mengalaminya sendiri. Saat sedang asik asiknya di kelas tiba tiba seorang gadis datang entah dari mana usulnya dan memberikan Raden bekal beru...