part 14

8K 557 2
                                    

°°°
Happy Reading📖


~~~
"Jangan biarkan siapapun menyentuhnya. Aku selalu disini, tapi aku tidak bisa menemuimu. Ada yang harus aku selesaikan"

Mengerutkan alis bingung, Raden mencerna setiap kalimat yang tersaji dalam kertas di tangannya.

"Hah? Nyentuh apaan?" gumamnya membolak balikan kertas putih tersebut.

Matanya bergerak melirik ke balkon saat merasakan kehadiran seseorang. Gorden sengaja tidak di tutup sehingga pemandangan malam bisa terlihat jelas dari jendela.

Tok tok tok

Menoleh cepat ke pintu, Raden melipatkan kertas tadi lalu memasukannya ke laci. Setelah suara ketukan pintu usai, seorang pemuda dengan pakaian santainya memasuki kamar bernuansa dominan putih itu.

"Belum tidur?"

Menatap datar kearah Rafa yang barusan masuk ke kamarnya. Raden memicing horor, apakah lelaki di hadapannya ini buta? 

"Belum" sahut Raden ketus, duduk bersila di atas kasur. Ia belum melepaskan fokusnya dari abang pemilik tubuh yang ia tempati.

Membawa pantatnya untuk duduk di tepi ranjang, Rafa menatap lekat manik indah Kevin. Entah apa yang di pikirkan lelaki tinggi itu, ia malah menatap adeknya intes. Raden bergidik ngeri mendapati tatapan lekat abangnya itu.

Mendesah males, Raden memalingkan wajah kesamping. Sedangkan Rafa masih diam tak berkutit.

"Ngapain kesini?" Raden nyeletuk guna memecahkan keheningan yang tercipta.

Nada ketus Raden membuat Rafa seketika sadar dari lamunanya. Menghela nafas panjang, Rafa menatap dinding di sebrang, tangannya ia tumpukan pada ranjang.

"Besok temenin abang ke toko perhiasan" ucap Rafa langsung ke intinya.

"Idihh, ngapain harus gue? Sama kak Aksa aja sana atau gak suruh siapa kek buat nemenin" protes Raden menatap punggung lebar Rafa.

Menggerakkan kepalanya hingga melirik ke belakang, Rafa memicing menatap adiknya itu.

"Nurut aja, besok abang traktir apapun"

Mendengar kata teraktir dan apapun seketika membuat binar muncul di kedua bola mata Kevin, menyatukan kedua tangannya. Ia menatap Rafa semangat.

"Oke. Jam berapa?" serunya masih berbinar.

"Jam sembilan pagi berangkat"

"Siappp. Inget apapun" peringat Raden.

Mendengus kasar, Rafa bangkit dari duduknya lalu menatap adiknya yang masih setia duduk bersila sambil menatap kearahnya.

"Iya. Sana tidur, udah malem. Jangan sampai besok telat bangun"

Mengangkat tangan berbentuk OK, Raden merebahkan tubuhnya dan menarik selimut hingga tersisa kepalanya saja. Tidak menghiraukan keberadaan Rafa, ia memejamkan matanya.

Sambil menunggu Kevin bener bener tertidur, Rafa melangkah ke balkon bermaksud untuk menutup gorden. Tiba di dekat jendela, ia menarik kain berwarna putih bercorak keemasan itu dan perlahan kaca mulai tertutup. Namun, sebelum sepenuhnya tertutup. Rafa menangkap siluet putih di balkon, kembali menggeser gorden hingga terbuka. Ia menggerjap memastikan yang ia lihat.

Secepat kilat Rafa menoleh ketempat tidur, dan di kasur terlihat adeknya tengah menggeliat mencari posisi nyaman. Menggeleng pelan, Rafa kembali menatap ke balkon, tetapi sosok tadi sudah hilang.

"Itu apa?" gumam Rafa tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada gorden.

Memejamkan mata sekilas dan langsung membukanya, Rafa menggeleng ribut lalu menarik kembali kain putih itu hingga semua kaca tertutup.

Destiny of Love. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang