part 3.

21.8K 1.3K 16
                                    

°°°
⚠️Typo bertebaran.


Pagi sekitar jam 06:50. Raden berdiri di depan cermin sembari mengeluarkan 1001 gaya bak model, kadang kala ia akan tersenyum memandang wajah barunya, entah apa yang di pikirkanya.

Puas dengan cermin, ia beralih pada laci. Menariknya pelan, dan nampaklah apa yang sedang di carinya. Sudut bibirnya perlahan terangkat, mengambil kaca mata dengan lensa bening lalu menggunakannya. Ia tidak minus, hanya saja nyaman gitu pakai kacamata.

Berjalan kearah kasur, mengambil almamater kemudian memasukkannya ke tas, setelah itu ia beralih mengambil ponsel. Tidak ada yang di perlukan lagi, ia melangkah ke pintu.

Setibanya di anak tangga terkahir, Raden celingak celinguk mencari ruangan makan. Hingga fokusnya beralih pada dapur yang terdapat satu ruangan dengan pintu berwarna putih. Menganggap itu adalah ruangan makan, Raden buru buru pergi ke ruangan tersebut, jujur saja perutnya sudah kroncongan.

Membuka pintu dengan kasar, membuat dua orang yang tengah berbicara serius tersentak. Melirik tajam ke ambang pintu, tatapan yang awalnya tajam melunak tatkala melihat Raden masih berdiri di ambang pintu.

"Morning" sapa Raden lalu duduk di sebelah Rafa.

"Morning" sahut keduanya serempak.

Melihat tatapan binar yang di layangkan oleh putranya, membuat Xander terkekeh pelan, ia lantas menyuruh mereka untuk makan. Selama makan hanya diisi dengan keheningan, suara sendok yang beradu dengan piring mengalun sempurna.

Makan pun selsai, Raden mengusap sudut bibirnya dengan tisu. Kelopak matanya bergerak melirik kedua orang disitu.

"Ternyata gini rasanya makan tanpa adanya seorang ibu" lirihnya dalam hati.

Puk

Rafa Menepuk pelan bahu adiknya tatkala melihat Kevin tengah melamun.

"Malah ngelamun, ayo berangkat." Ajak Rafa.

Bangkit dari duduknya, Rafa berjalan kearah sang Ayah lalu menyalaminya. Melihat hal tersebut, Raden ikut berdiri dan mendekat ke Xander. Terasa aneh, tetapi Raden ikut menyalimi ayah pemilik tubuh ini.

"Kami berangkat" ujar Rafa lantas menarik tangan adiknya.

Setelah mendapatkan jawaban, Rafa menarik Raden secara tiba tiba membuatnya mengeluarkan kata kata mutiara yang lantas di hadiahi tatapan tajam oleh Rafa.

Mendengus kasar dan memilih abai, Raden mengikuti langkah kaki manusia tinggi di hadapannya. Memperhatikan sosok Rafa, Raden mengernyit heran.
"Nih orang kok mirip sama foto yang di pake lockscreen sama kak Aksa" batin Raden, masih menatap Rafa menyelidiki.

Fokus dengan pikirannya sampai tidak sadar kalo sudah sampai di garasi yang di penuhi dengan berbagai kendaraan roda dua dan roda empat. Bahkan Raden yang notabenenya putra dari pengusaha terkaya di buat kagum.

Rafa beranjak dari sana, mendekat ke salah satu mobil berwarna putih mengkilap. Seperti tidak ada yang mengikuti, Rafa berbalik kemudian menyuruh Raden untuk mendekat.

Raden yang paham ikut masuk kedalam mobil. Untuk hari ini biarkanlah ia berangkat dengan Rafa.

°°°

Setibanya di sekolah, Raden merubah raut wajahnya, menjadi datar. Di balik wajah datarnya, diam diam ia tersenyum aneh memandang sekolah mewah di hadapannya.

Rafa kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang untuk dibawahnya ke parkiran.

Masih setia menatap keluar jendela, Raden memicing kala melihat sosok yang ia kenal. Siapa lagi kalo bukan, Iky.

Destiny of Love. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang