Akhirnya up juga setelah menghilang seabad.
Gebukin aja ges gpp, author yang satu ini emang hobinya ngaret.
Daripada banyak bacot, mending langsung ke ceritanya. Hepi reading!
Sorry kalau misal banyak typo:D
Jam 6:45 pagi
"INI MELISSA KEMANA SIH AH! 15 MENIT LAGI MASUK," omel Guin sambil nongkrong di angkringan bapaknya Layla yang kebetulan buka cabang di Academy of Eruditio.
"Sabar atuh neng, paling anaknya lagi mandi." Nolan menjawab santai seraya menyodorkan secangkir teh hangat ke Guin. Namun alih-alih lebih santai, Guin justru makin emosi dan meneguk teh hangat tersebut sampai nyaris nelen cangkirnya juga.
"GIMANA MAU SABAR PAK? INI ADA PENGUMUMAN NILAI AKHIR LOH."
"Ya sabar neng, palingan lagi boker."
Baru aja Nolan ngomong gitu, Guin dapet chat pap dari Melissa yang ternyata beneran lagi boker. Mana tainya sekalian di tunjukin.
"Ih anjir anaknya mencret." Guin bergumam sambil memandang foto yang dikirimkan Melissa.
"Neng, ini di angkringan loh. Jangan ngomongin tai-"
"BODO AMAT."
Karena sudah tidak tahan dengan perilaku Guin, Nolan memutuskan untuk ngeteh dulu sambil makan mendoan. Ya meskipun rada ga nafsu makan gara-gara Guin ngomongin tai.
Sudah jam 6.58, 2 menit lagi kertas yang berisi daftar nilai akhir para murid akan muncul secara otomatis di papan tulis kelas masing-masing.
Namun, alih-alih siap siaga di kelas, cogil-cogil Academy of Eruditio malah ngumpul di warmindo depan sekolah.
"Eh cuy, taruhan nilainya Bruno berapa." Claude menyeletuk sambil nyuapin Dexter indomie goreng. Bruno yang tiba-tiba disebut namanya langsung keselek teh.
Anying, mentang-mentang ujian kemaren kepala gw kena bola sendiri.
"70 ga sihh? Itu benjolnya bentuk segi 5 loh," jawab Chou santai. Harga diri Bruno langsung jatuh ke dasar laut.
Pada ketawa-ketawa semua, tapi begitu lonceng masuk udah bunyi, senyuman mereka langsung sirna.
"Eh mampus telat," bisik Claude sambil mulai menjinjing tas sekolahnya.
Claude, Chou, Bruno, serta Faramis yang cuma ikut-kutan doang buru-buru lari mengejar gerbang yang udah setengah tertutup.
"Woo, lu sih ngide sarapan jam 7 kurang seperempat!" semprot Bruno tak terima. "Nanti kita alasan gimana lagi, cok?!" Pria hytam itu melanjutkan, Claude reflek semirik.
Faramis menghela nafas, tau gitu dia gausah ikutan ajakan sesat Claude. Padahal ia udah tau anak itu otaknya bagi dua sama monyet.
7.05
Kerumunan anak dari setiap kelas terlihat memadati area papan tulis. Daftar nama beserta nilai sudah muncul otomatis sejak 5 menit yang lalu.
Suara tangisan, teriakan, sampai desahan terdengar di seluruh penjuru sekolah, bercampur aduk layaknya es campur. Sementara itu bu kepala sekolah kita tercinta, Bu Silvanna cuma bisa terkekeh di kantornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Rasa Kostan (END)
Cerita PendekHanya cerita random tentang hero-hero mlbb di real life.Tempat author menuangkan kegabutannya setelah ls. ⚠️WARNING⚠️: Harshword di mana-mana! Udah author peringatin yah, sisanya tergantung kalian sendiri 🤩