Mudik

2 0 0
                                    

Malam itu aku sedang di tinggalkan keluarga untuk mengunjungi saudara yang tinggal di luar kabupaten dalam rangka silaturahmi lebaran.

Tapi tak mengapa, malam itu aku ditemani oleh Dedy sepupuku.

Sorenya, aku menggoreng pisang dan membuat pop corn untuk movie marathon. Menjelang jam 9 malam acara nonton film itu dimulai.

Kami menghindari menonton film horor agar tidak jadi paranoid malamnya karena hanya berdua saja di rumah, jadilah kami nonton film harry potter and the deathly hollow, yang saat itu lagi booming-boomingnya.

Menjelang jam 11 malam, sepupuku sudah tepar duluan. Ia mendengkur tidur di sebelahku di kasur lantai depan TV, sementara aku rebahan di sofa panjang sebelahnya.

Semakin malam, nyamuk semakin iseng mengganggu. Ku putuskan untuk menyalakan obat nyamuk bakar di dapur.

Tapi saat aku kembali, sepupuku sudah tak ada di sana. Ia sedang berdiri terpaku melihat kearah jendela yang tersibak kordennya.

"Ded, ngapain sih, ada apaan?"
Tanyaku, menarik bahunya.
Tapi ia masih berdiri tegak tak menoleh. Saat ku lihat wajahnya, ia ternyata masih terpejam.
"Ahh, masih tidur ni anak."

Akhirnya ku goyang-goyangkan dengan keras agar ia bangun.

"Ehh kok aku di sini."
Tanyanya.

"Yaiyalah elu tidur sambil jalan."

Akhirnya ia rebahan lagi di depan TV, setelah lima menit ia tertidur pulas lagi.

"Gila ini anak gampang banget ngorok."

Gumamku, sementara mataku masih terang benderang tak sedikitpun mengantuk meski jam sudah hampir tengah malam.

***
Tepat pukul 00.00 lonceng jam di ruang tamu berbunyi dan Dedy kaget langsung bangun terduduk.

"Elah bunyi jam doang, lanjut aja ngorok."

Tapi ia tak bergerak. Matanya masih menutup rapat.

Ia langsung berdiri dan menuju ke tembok, dan mencakar-cakar tembok.

Aku ketakutan langsung menggoncang-goncangkan tubuhnya sampai ku tarik-tarik kausnya. Sampai akhirnya efek ketakutan sudah kelewat batas, aku mengambil sapu lantai dan ku pukulkan ke kepalanya.

"Aduh."

"Kamu segitunya ya ngelindur sampek jalan, udah kayak orang kesetanan tau." Bentakku.

"Eh aku kok mimpi gak enak ya."

"Mimpi apaan?" Tanyaku.

Tok.tok.tok.
Tiba-tiba pintu depan rumah di ketuk.

Aku yang menjadi paranoid langsung mengintip lewat jendela. Ternyata Ayah, Ibu, Paman dan Bibi sudah pulang semua. Aku sangat gembira, dan langsung ku bukakan pintu.

"Loh, kok kalian pulang? katanya nginep?"

"Iya." kata Ibu, tersenyum ramah. Meletakkan buah rambutan permintaanku di meja dan langsung pergi ke kamar.

"Syukurlah, aku gak perlu sama Dedy berduaan."

Paman dan Bibiku ikut masuk ke rumah dan naik ke lantai dua, mereka sepertinya akan ikut istirahat di rumah ini dan menggunakan kamar kakak yang ada di atas.

"Emak ,Bapak gw kenapa ikut tidur disini ya. Padahal rumah cuma 15 meter." Dedy menggaruk-garuk kepalanya. "Dan mobil gue kemana ini, masa iya mereka jalan kaki."

"Udah di garasi belakang kali. Yaudah tidur aja kali di kamar gue."

"Ogah ah, gue tidur di depan TV aja."
Dedy memungut sarungnya dan meringkuk tertutup sarung di depan TV. Aku tak mau tidur dengan orang tukang ngigau itu lagi, jadi aku memilih tidur di kamar sendirian.

Kriing... Kriing... Handphoneku berdering setelah sekian lama aku tertidur.
Kulihat jam menunjukkan jam 4.30 pagi. Lampu depan kamar sudah terang benderang.

"Hallo." Suara kakakku yang sudah duluan ke rumah saudaraku dan menginap disana.
"Kenapa nelpon pagi banget."
"Ibuk dan ayah, berangkat jam berapa? Kok gak nyampek-nyampek?"
"Maksudnya?" Tanyaku.
"Ibu sama ayah jadi kesini gak? Katanya sekitar jam 8 malam nyampek, tapi belum sampek juga, takutnya ada apa-apa di jalan."

"Lho, mereka udah pulang tadi malam jam 12 malam nyampe rumah."

"Lho, mereka gak kesini kok, orang ini Budhe Laksmi udah masak rawon malah kecewa mereka gak datang, mana gak ngabarin lagi."

"Tapi mereka ada kok, tadi malam pulang, tuh sekarang lagi istirahat di kamar."

Terdengar suara ribut-ribut kakak sedang mengobrol dengan seseorang di seberang. Aku yang mulai aneh, segera keluar menuju kamar orang tuaku.

Tapi Dedy sedang duduk di ruang tamu, melihat buah rambutan yang masih berada di atas meja dengan ekspresi menakutkan.

"Kenapa?"

"Orang tua kita gak ada?" Sahutnya singkat.

"Maksud lo?"

"Tadi malam lo lihat kan mereka ke kamar? Tapi sekarang gak ada, tadi gw mau bangunin buat sholat subuh, tapi kamar semua pada kosong."

Aku masih tak percaya, ku putuskan untuk mengecek setiap kamar yang ada di rumah. Dan keberadaan mereka nihil. Guling bantal dan sprei kasur masih rapi seperti kemarin sore, menandakan tak ada tubuh yang tidur di sana.

"Apa kita halusinasi ya?"

"Tapi rambutannya masih ada disini."

#untuk yang kali ini ceritanya indonesia, karena cerita sebelumnya sempat di kira hasil translate. Makasih buat temen-temen yang apresiasi, #mohon kritik dan saran

LATE NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang