-Job Hari Sabtu yang Membagongkan-
Aku berkerja di sebuah studio jasa foto dan video kecil di pinggiran Kota. Meski kecil tempat ini sudah berdiri sejak tahun 1984, dari zaman merek kamera yang terkenal adalah Kodak, lalu Fuji hingga sekarang berbagai macam merek kamera dan video recorder bertebaran di Indonesia tempat ini masih langgeng berdiri dan memiliki beberapa kalangan yang menjadi pelanggan setia.
Bahkan sebuah kamera pertama yang di gunakan untuk membuka studio ini, kini telah di jadikan pajangan antik dalam sebuah kotak kaca di bagian depan studio sebagai diorama peninggalan cikal bakal studio.Pemiliknya sendiri adalah sebuah keluarga Tionghoa, dan sekarang sudah di turunkan pada generasi ketiga di keluarga.
Aku sendiri menggantikan seorang pegawai yang sudah berkerja sejak tahun 1990 dan pensiun sekitar 2 tahun yang lalu sejak anak wanitanya memiliki seorang anak, hingga ia memutuskan berhenti berkerja agar bisa membantu anaknya merawat cucunya.
Di studio ini aku berkerja dengan delapan orang fotografer, enam orang diantaranya bisa sekaligus menjadi videografer, sementara dua orang lainnya adalah fotografer kelas kakap yang khusus menangani klien penting. Serta satu orang lagi yang bertugas sebagai editor, lalu tugasku sendiri adalah yang umum, memastikan stok bahan di studio ada, juga memastikan alat-alat dalam kondisi bagus, juga memanggil teknisi jika ada kerusakan, juga mengatur jadwal pekerjaan dan projek pada para fotografer dan yang terbaru juga melakukan promosi melalui media sosial sejak beberapa bulan terakhir.
Singkat cerita, hari itu aku mendapatkan telepon dari seseorang yang meminta jasa foto dan video untuk sebuah acara pernikahan di hari Sabtu, jam acara yang diminta adalah sejak jam 1 siang hingga selesai acara malam hari. Aku langsung menentukan jadwal, dan memberikan tugas pekerjaan itu pada Angga, David dan Frans, orang tersebut segera memberikan alamat dan nomor telepon serta DP pembayaran sebesar 40% sebagai tanda jadi.
Saat hari yang di janjikan, mereka bertiga berangkat sejak jam 10 pagi menggunakan mobil kantor dengan peralatan yang lengkap.
Sekitar jam setengah 12 siang salah satu dari mereka mengirimkan pesan di padaku mengkonfirmasi jika mereka tiba di lokasi.
"Udah di lokasi. San, lain kali beneran dong nulis alamatnya, kami jadi bingung nih nyasar berkali-kali, untung ada orang yang nunjukin jalan." Kata Frans.Aku melihat lagi alamat yang ku tulis, jelas-jelas itu sudah sesuai dengan yang di SMS kan klien tersebut.
Meski aku sedikit bingung aku akhirnya mengabaikan WhatsApp tersebut dan memilih tidak menjawabnya.Aku di studio hanya tinggal bertiga dengan Andy dan bagian editor si Agus . Karena hari itu hari Sabtu kami hendak tutup lebih awal yaitu jam 3 sore.
Saat kami mau tutup, tiba-tiba Koko pemilik studio menelpon dan mengatakan jika kru fotografer belum datang. Aku yang gelagapan langsung mencoba menelpon ketiga orang yang aku kirim ke lokasi, tapi semua nomor mereka mendadak di luar jangkauan.
Sampai di bantu Andi dan Agus, tapi tak ada jawaban. Hingga lewat pukul 4 sore dan klien sudah semakin murka, begitu pula dengan pemilik studio, akhirnya Aku bersama Andy dan Agus berangkat sebagai kru pengganti. Sesampainya di sana, kami yang tanpa persiapan langsung kerja bagaikan di kejar malaikat maut, aku yang mengurus alat-alat, Agus bertugas menjadi tukang Foto dan Andy merekam video, beruntung kami sempat belajar dikit-dikit tentang foto dan videografi sehingga saat urgent seperti ini kami bisa cover.Barulah sekitar jam 8 malam, Mas Firman datang membantu kami bertiga, yang sepertinya di minta oleh Koko, akhirnya acara malam itu terlaksana dengan baik.
Jam 1 malam kami balik menggunakan dua buah motor menuju studio tanpa sempat makan minum. Sesampainya di sana, kami melihat tiga sosok manusia duduk di emperan toko. Sebelumnya ia sempat meminta kami mampir ke studio lewat pesan WA.
Singkat cerita, mereka menunjukkan hasil pekerjaan mereka hari ini. Ternyata itu alasan mereka tampak menjadi orang yang linglung.
Mereka mengatakan sedang berada di sebuah acara pernikahan namun nyatanya yang mereka rekam hanyalah rimbunan tanaman bambu yang hijau, pohon-pohon, sungai, dan kuburan. Bahkan si Frans baru sadar jika ia merekam sungai hingga basah kuyup setelah naik ke mobil. Hasil foto mereka juga aneh, hanya dua buah pohon besar yang katanya mereka adalah panggung hiburan tadinya, yang menjadi tempat para tamu undangan bersua foto.