Di Depan Rumah Teresha
Kenzi: Kalian pasti mau ke tempat pengajian yah?
Teresha: Sudah tahu, pakai nanya!
Keira: Teresha! Lo jangan gitu dong sama Kenzi. Dia kan nanya baik-baik. Masa lo jawab gitu sih.
Teresha: Bodo amat!
Kenzi: Walaupun jutek, tapi tetap cantik
Keira: Oh iya, Kenzi. Kenapa lo nggak siap-siap? Lo juga mau berangkat pengajian kan?
Elina: Mba Keira, pengajian yang akan kita hadiri, khusus perempuan.
Keira: Tahu gitu, buat apa gue ikut?
Kenzi: Sebentar! Gue baru sadar. Pakaian sahabat lo kok gitu sih, Teresha? Sangat--- (Teresha cepat-cepat berdiri di depan Keira)
Teresha: Jaga yah, mata lo! Lo mau, gue colok pakai kuas? (Keira berjalan ke samping Kenzi)
Keira: Pakaian gue sangat apa, Kenzi? Ayo, di lanjut ucapan lo.
Kenzi: Gue jail sedikit, it's okay kali yah. Jarang-jarang kan, Teresha marah-marah? Sudah gitu, wajahnya gemas banget lagi kalau marah. I like it.
Kenzi: Pakaian lo, sangat interesting. (Teresha mengeluarkan kuas dari tas selempangnya)
Teresha: Gue sudah peringatin! Tapi lo memang susah di bilangin!
Keira: Ingat Re, kuas yang lo pegang, kuas pemberian Nicho. Gue nggak kenapa-kenapa kok. Gue malahan suka, Kenzi bilang gitu. (Teresha meremas kuat kuasnya hingga patah)
Plak
Teresha: Lo perempuan apa sih, Ra? Kenapa lo justru senang ada laki-laki yang berniat macam-macam sama lo? Niat gue baik, ingin menjaga lo. (Teresha menangis sesenggukan)
Kenzi: Aduh, kok gini sih. Benar-benar di luar ekspektasi. Tahu gitu, tadi gue bilang jujur saja. Sebenarnya maksud gue kan mau menegur pakaian sahabatnya yang tidak cocok di pakai ke pengajian. Nggak ada sedikitpun, niat gue mau macam-macam.
Elina: Astaghfirullahal'adim. Istighfar, Sha.
Teresha: Ini salah gue, El. Seharusnya tadi gue paksa Keira supaya pakai baju sama hijab milik lo. Nggak seharusnya, gue membiarkan Keira pakai dress kurang bahan seperti itu.
Keira: NGGAK, RE! Ini semua gara-gara cewek kampungan yang ada di sebelah lo! Teresha yang gue kenal, nggak mungkin menampar dan menghina gue seperti tadi. Lo sudah mendapat pengaruh buruk dari dia! (Keira mendorong Elina)
Tangan Teresha yang sudah bersiap untuk menampar untuk kedua kalinya, kali ini di tahan oleh Keira. Elina yang melihatnya segera berdiri walaupun badannya terasa sakit.
Teresha: KEIRA! Gue sudah pernah bilang. Elina bukan cewek kampungan. Niat dia baik, ingin membantu kita untuk berhijrah. Kita harus belajar seperti dia, Ra! Lo harus mulai belajar berpakaian tertutup, supaya tidak ada lagi cowok yang selalu menggoda lo! Gue takut lo kenapa-kenapa, Ra! Seharusnya lo tahu, itu. (Keira menggelengkan kepala sambil meneteskan air mata)
Keira: Gue kecewa sama lo, Re! Lo benar-benar berubah, sejak dekat dengan cewek kampungan itu. (Keira menatap tajam Elina)
Keira: Dengar yah, cewek kampungan! Gue nggak akan membiarkan Teresha menjadi seperti lo. Teresha sahabat gue dan akan selamanya jadi sahabat gue. Jangan harap, lo bisa merebut posisi gue sebagai sahabat Teresha. JANGAN HARAP! (Keira pergi)
Teresha: Keira... (Elina memeluk Teresha)
Elina: Jangan di kejar, Sha. Mba Keira mungkin butuh waktu untuk sendiri.
Teresha: Tapi El, gue harus bicara sama dia. Gue takut dia kenapa-kenapa.
Elina: Bukan maksud aku melarang, Sha. Tapi kamu harus istirahat. Aku khawatir sama keadaan kamu.
Kenzi: Teresha, gue--- (Teresha menatap tajam Kenzi)
Teresha: Mulai sekarang, jauh-jauh dari hidup gue! Gue benci, lo. (Teresha berlari masuk ke dalam Rumah)
Elina: Mas Kenzi lebih baik pergi yah. Tolong mengerti keadaan Teresha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories Of Heart
SpirituellesTentang kumpulan cerita pendek yang membahas mengenai hati