Di Rumah Teresha
Keira: Teresha..., happy birthday! (Teresha menerima uluran tangan dari Keira dan langsung melepasnya)
Keira: Oh iya, sorry yah, kado spesialnya ke bawa Nicho. Tadi, gue suruh dia beli rujak di depan Rumah Kenzi. Maklum, bawaan bayi. (Keira mengelus perutnya)
Ya, Keira dan Nicho sudah menikah. Katanya sih, karena Keira hamil duluan setelah berhubungan badan dengan Nicho. Tapi, Teresha tidak peduli. Dia sudah tidak mau tahu tentang mereka lagi.
Teresha: Seharusnya jangan repot-repot bawa kado. Karena, acaranya kan hanya syukuran kecil-kecilan.
Keira: Iya sih! Kenapa lo nggak buat pesta seperti acara ulang tahun gue, Re? Pasti, lo terpengaruh sama cewek kampungan itu yah? Dia yang menyuruh lo mengadakan syukuran seperti ini? Iya, Re?
Keira memang belum berubah. Dia masih tetap saja memandang rendah Elina. Padahal kalau bukan karena bujukan Elina, Keira pasti tidak akan Teresha undang. Apalagi pacarnya, Nicho. Sejujurnya, Teresha masih tidak terima atas tindakannya yang pernah berusaha bersikap kurang ajar. Beruntung pada waktu itu, ada kedua orang tua dan asisten rumah tangga Teresha yang mencegah hal tersebut terjadi.
Bunda Teresha: Teresha, sayang, kita mulai yuk, acaranya. Kata Ayah, Ustadznya sedang buru-buru. Dia ada jadwal mengisi acara syukuran juga di luar kota.
Teresha: Tolong bilangin ke Ustadznya, tunggu sebentar lagi, Bunda. Kenzi sama Elina belum datang. Katanya mereka sedang ada di jalan sama anak-anak Panti Asuhan. (Bunda Teresha mengangguk)
Keira: Ayah sama Bunda lo, rujuk, Re?
Teresha: Iya, alhamdulillah. Sebenarnya sudah dari dulu mereka ingin menjelaskan niatnya untuk rujuk. Tapi, aku selalu menghindar. Karena masih trauma sama kejadian dulu. Untungnya, Elina membujukku untuk mencoba berbicara baik-baik sama mereka. Akhirnya, jadilah, kita menjadi satu keluarga yang kembali utuh. Aku bersyukur banget di hadirkan sahabat sejati seperti Elina. (Keira memutar kedua bola matanya malas)
Nicho: Nih, Ra, rujaknya! (Keira menerima plastik yang berisi bungkusan rujak)
Keira: Makasih, sayang! Kamu memang suami idaman. (Nicho justru menatap takjub Teresha)
Nicho: Selamat ulang tahun yah, Re. Lo tambah cantik saja. Walaupun pakai gamis seperti ini. (Teresha menelungkupkan kedua tangannya)
Keira: Dasar, mata keranjang! Masih saja muji perempuan lain. Dengar yah, Teresha itu sudah punya calon suami. Dia sebentar lagi nikah sama Kenzi. Sudahlah, ayo kita pulang. Lo nyebelin banget jadi suami!
Nicho: Eh, bentar dulu, Ra. Gue mau memberi tahu apa yang gue lihat tadi, sama Teresha.
Keira: Apa sih, sayang? Lo mau memberi tahu Teresha apa? Cepatan!
Nicho: Gue tadi lihat Kenzi gendong Elina, cewek kampungan. Mereka masuk ke dalam Rumah Kenzi. Padahal kelihatannya Rumahnya sepi. Sepertinya mereka mau berbuat yang tidak-tidak. Nggak habis pikir, gue! Kok bisa mereka--- (Teresha menggelengkan kepala sambil menutup kedua telinganya)
Teresha: Sudah, berhenti! Kalau maksud kalian, seperti ini, kado spesialnya. Lebih baik, kalian jangan pernah datang ke sini. Karena, aku nggak mau dengar apapun dari mulut pengkhianat seperti kalian!
Bunda Teresha: Astaghfirullah, Teresha, sayang. Kamu, kenapa, teriak-teriak? (Teresha menangis sesenggukan sambil memeluk Bundanya)
Ayah Teresha: Apa yang terjadi pada Teresha, Bun? (Bunda Teresha menggeleng)
Bunda Teresha: Gimana, Ayah? Ustadznya mau menunggu?
Ayah Teresha: Ustadznya sudah pergi. Katanya dia tidak bisa menunggu lagi.
Teresha melepaskan pelukannya. Dia berlari ke luar Rumah menerjang derasnya hujan yang tiba-tiba saja datang. Dia ingin bertabayyun, mencari kebenaran dengan mendatangi Rumah Kenzi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories Of Heart
SpiritualTentang kumpulan cerita pendek yang membahas mengenai hati