Di Taman
Dari kecil, Teresha memiliki hobi melukis. Dia selalu menghabiskan waktu luangnya dengan kanvas dan kuas . Terbukti, saat ini, dia sedang sibuk memainkan kuasnya.
Nicho: Hai, Sayang...
Keira: Hai, Re...(Teresha berdiri sambil melambaikan tangan)
Teresha: Hai... (Keira memeluk tubuh Teresha)
Nicho: Jangan lama-lama kali, meluknya. (Keira tertawa renyah sambil melepaskan pelukannya)
Keira: Ternyata ada yang iri nih... (Teresha duduk dan kembali melukis)
Nicho: Diam, lo!
Nicho: Sayang, kita jalan yuk. Belanja baju buat pesta nanti. Gimana?
Teresha: Kamu jalan sama Keira saja. Aku mau menyelesaikan lukisan.
Keira: Nggak mau gue, jalan sama pacar lo lagi, Re! Nanti gue nggak di antarin pulang, seperti kemarin.
Nicho: Gue juga nggak mau kali, jalan sama lo lagi. Lama, lebih lama dari Mamih gue.
Teresha: Ya sudah, kalau kalian nggak mau jalan. Lebih baik kalian di sini. Nonton TV atau Makan cemilan atau apa gitu...
Nicho: Makasih, sayang. Tapi aku harus pergi. Baru ingat, mau kumpul sama teman-teman.
Teresha: Hati-hati. (Nicho pergi)
Keira: Re, ke kolam renang yuk. Gue mau lihat dekorasi buat acara pesta nanti.
Teresha: Lo duluan saja. Nanti gue menyusul.
Keira: Oke, jangan lama-lama yah. Gue tunggu di kolam renang... (Teresha bergumam)
Di Kolam Renang
Dua puluh menit kemudian...
Keira: Menurut lo, gimana Re, dekorasinya? Sudah bagus, atau masih ada yang perlu di tambahkan? (Kedua mata Teresha tetap fokus ke arah kanvas yang ada di depannya)
Teresha: Kalau menurut lo, sudah bagus. Ya sudah. Selera kita kan sama.
Keira: Emm, okey, Re. Menurut gue, ini sudah bagus. Berarti tinggal nanti pembayaran ke EO-nya yah.
Teresha: Mudah itu, pakai uang gue saja. Nanti gue transfer ke rekening lo. (Keira memeluk tubuh Teresha)
Keira: Makasih, Re. Lo memang benar-benar sahabat sejati gue. Kita memang sehati.
Teresha: Sudah, Keira. Jangan lama-lama peluknya. Gue mau lanjutin lukisan. Nanti kalau lukisan gue nggak selesai-selesai, lo nggak akan gue bayarin ke mall lagi! (Keira melepaskan pelukannya dari tubuh Teresha)
Keira: Eh, jangan dong, Re...
Teresha: Ya sudah. Nanti gue sekalian transfer buat lo belanja-belanja ke mall.
Keira: Seriusan, Re? (Teresha bergumam)
Keira: Lo memang sahabat...
Teresha: Sejati gue. Kita memang sehati. Sudah hafal gue sama lanjutan ucapan lo.
Keira: Bagus dong... Supaya lo ingat, kalau kita benar-benar sahabat sejati, kita sehati. (Teresha terdiam)
Keira: Oh iya, sudah sore nih. Gue pulang yah. See you...
Teresha: Sahabat sejati? Entahlah. Jujur, sampai detik ini, gue masih ragu dengan kedua kata itu. Gue selalu mendengarnya dari mulut Keira. Tapi sebuah kata tidak bisa gue percaya, tanpa adanya bukti yang nyata. Keira, gue harap lo memang sahabat sejati gue. Gue harap lo bisa memecahkan pertanyaan gue tentang, adakah sahabat sejati?
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories Of Heart
SpiritualTentang kumpulan cerita pendek yang membahas mengenai hati