11

292 35 0
                                    

"Aku ingin tahu apa yang membuatmu menjadi senekat ini"

Seungkwan yang baru keluar dari kamar mandi dan langsung dihadiahi pemandangan seorang gadis berkeliaran di kamarnya pun sebenarnya juga sangat terkejut. 

Tapi ketika melihat si gadis yang gugup dan panik, sepertinya ia harus bermain-main sedikit. 

"Aku ingin mengantar obatmu"

Umji menjawab setenang mungkin walaupun jantungnya berdetak tidak karuan. Ia ingin menutup mata atau membalikkan badan saat melihat tubuh shirtless Seungkwan yang atletis, tapi bernafas saja rasanya sudah sulit untuk dilakukan. Kalau bisa, ia ingin langsung menghilang dari rumah Seungkwan saat laki-laki itu keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan celana pendek. 

"Obatnya ada disini, kenapa kau ada disana?"

Seungkwan tersenyum miring saat ia mengangkat pouch yang ada di meja bacanya. Ia lalu membuang nafas dengan suara yang cukup keras, sengaja memberikan waktu kepada Umji untuk berpikir sekaligus membuat gadis itu lebih gugup lagi. 


"Eh… itu…"
Umji memejamkan mata sambil berusaha menata kata-kata yang rencananya ia ingin ucapkan. Semua yang akan dilontarkannya pada Seungkwan sudah ada di kepala, tapi kenapa bebal sekali saat mau dikeluarkan? 

Hei, Umji kan tidak mencuri. Kenapa harus takut? 

"Aku menutup tirai kamarmu lalu… melihat-lihat benda yang ada di nakas"
Umji menunjuk tirai yang sudah tertutup dan melirik bingkai foto yang belum ia taruh dengan benar, tangannya diam-diam menyelinap ke belakang tubuh untuk memperbaikinya. 

"Hoo.…"

Seungkwan berjalan ke gantungan baju dimana ia menyampirkan sebuah handuk lain yang masih kering. Ditaruhnya kain lembut berwarna putih itu di lehernya dengan tujuan agar air yang menetes dari rambutnya tidak jatuh ke lantai. 

"Aku minta maaf!"
Umji menundukkan kepalanya dan berencana kabur dari kamar Seungkwan.

Klek. 

"Kenapa buru-buru?"

Seungkwan yang masih berdiri di samping gantungan baju menggerakkan tangannya untuk mendorong permukaan pintu yang hanya berjarak beberapa senti dari tempatnya berdiri. Gerakan yang ia lakukan itu bahkan terasa dua kali lebih cepat dari langkah kaki Umji yang sekarang belum melewati tepi ujung ranjangnya. 

Tit! 
Seungkwan menempatkan jempolnya pada bagian atas knop pintu sebelum bunyi itu mengudara. 

"Pintu ini tidak akan terbuka kalau ditutup dari dalam. Kecuali, kalau kau tahu passwordnya"

Tuk tuk

Seungkwan mengetuk knop pintunya yang dilengkapi sistem password dan sidik jari.

"Aku berani bersumpah kalau rumahmu ini sangat aneh. Kau mandi tapi tidak terdengar suara apapun dan sekarang pintunya bisa terkunci sendiri dari dalam"

Umji menjelaskan panjang lebar isi pikirannya sekaligus mencoba meluruskan kesalahpahaman Seungkwan. Ia berusaha keras sampai berani bersumpah dan menunjuk segala hal yang membuat ia meragukan kecerdasannya.

"Seluruh kamar mandi dan kamar di rumah ini kedap suara karena itu daerah yang sangat privat. Dan untuk yang kedua… "
Seungkwan berjalan mendekat ke arah Umji yang juga terus menggeser tubuhnya. 

"Tentu saja karena aku tidak ingin diganggu saat melakukan apapun di dalam sini"

Hanya tersisa dua langkah, jarak yang memisahkan Seungkwan dengan gadis yang semakin mengerutkan tubuhnya itu. 

BOO -UMJI*SEUNGKWAN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang