12

394 49 12
                                    

"Kubuatkan sup dan minumlah obatmu ya?"

Dengan pouch obat di genggaman tangannya, Umji menatap Seungkwan yang sama sekali tidak mau melihat wajahnya. Mereka bahkan duduk berdampingan di kursi meja makan, tapi laki-laki itu seperti menghindari kontak mata. 

Apa-apaan? Harusnya Umji yang malu. 

"Ini sudah tengah malam, ayo kuantar pulang"

"Kau jelas sakit, tapi tidak mau minum obat"
Umji menahan lengan Seungkwan ketika laki-laki itu berdiri dan berniat pergi dari tempat duduknya. 

"Kau pikir radang usus dan demam mu itu bisa sembuh sendiri?"

"Bagaimana kau tahu?"
Umji menatap pouch yang kini ia geser ke tengah meja. 

"Walaupun ayahku dokter gigi, tapi teman-temannya sering berkunjung ke rumah dan memberiku nasehat-nasehat tentang kesehatan"
Seungkwan masih mendengarkan dengan baik setiap kata yang diucapkan gadis itu. Teman-teman ayahnya, katanya? 

"Kulihat ada Kortikosteroid dan Paracetamol"

Seungkwan melihat arah yang ditunjuk oleh Umji. Pouchnya tertutup, tapi obat-obatan di dalam sana masih bisa terlihat. 

"Diantara semua yang ada disana, aku hanya mengenali bau kedua obat itu"

Ohh, dari baunya? 

"Kau pasti menderita sakit yang lain"

Umji mendongak dan menatap wajah Seungkwan dari kursinya. Tapi lagi-lagi orang sakit itu lebih mengutamakan gengsinya yang tinggi. 

"Apa pedulimu… "

"Aku peduli karena aku temanmu"

Umji ikut berdiri dan bersedekap. Sekarang ia mulai merasa kesal dengan sikap sahabatnya itu.
Apa sih susahnya menerima bantuan teman sendiri? Selama mereka tidak merasa keberatan, bukannya tidak apa-apa? 

"Teman ayahku saja banyak yang membantuku untuk mempelajari penyakit-penyakit berbahaya"

Umji berujar sedikit jengkel. Ia memilih pergi dari meja makan dan meninggalkan Seungkwan yang merasa bersalah. 

"Tapi ini sudah larut malam, kau bilang besok akan pergi ke pameran"

"Sudah ku batalkan. Yoongi oppa bilang bisa lain kali"
Langkah kaki Umji berhenti di depan kulkas berpintu empat milik Seungkwan. Memang tujuannya adalah mengecek isi lemari es super besar itu. 

"Oh? Ada Asparagus dan jahe"

Bola mata Umji membulat dan ia menatap Seungkwan dengan ceria. Sepertinya sebuah ide telah membuang tumpukan rasa kesal yang diakibatkan oleh sikap laki-laki itu.

"Kubuatkan sup Asparagus dan yogurt saja ya?"

Umji berniat mengambil seikat Asparagus yang dimasukkan ke dalam plastik bening, satu botol besar yogurt, dan berbagai rempah yang dimasukkan ke dalam sebuah wadah besar. 

"Aku baru tahu ada sup dari yogurt"

Seungkwan mendekat untuk membantu Umji mengeluarkan bahan-bahan makanan yang ia butuhkan untuk membuat sup aneh itu. 

"Ehh… ini enak dan bagus untuk radang usus. Kau harus mengkonsumsi banyak Asparagus dan yogurt agar perutmu yang-"
Tiba-tiba Umji merasakan sengatan hawa panas yang menjalar di seluruh bagian wajahnya. Bayangan tubuh bagian atas Seungkwan yang sempat ia lihat kembali melintas di depan matanya.

"Yang?"

"M-maksudku agar usus di dalam perutmu tidak sakit lagi"

Umji segera berjalan cepat menuju dapur dan mulai menyiapkan peralatan masaknya dengan agak ceroboh. Tapi ia harus melakukan kesibukan lain agar pikiran kotornya segera pergi. 

BOO -UMJI*SEUNGKWAN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang